Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap industri properti di seluruh dunia. Pembatasan sosial, perubahan dalam preferensi konsumen, dan ketidakpastian ekonomi mengharuskan perusahaan properti untuk menyesuaikan strategi bisnis mereka. Pasca pandemi, perusahaan real estat perlu mengembangkan strategi bertahan yang efektif untuk menghadapi tantangan baru dan memanfaatkan peluang yang ada.
PT Bumi Serpong Damai (BSD) merupakan salah satu perusahaan pengembang real estat terkemuka di Indonesia, yang beroperasi di sektor properti dan konstruksi. Sebagai bagian dari industri yang sangat dinamis dan kompetitif, PT BSD memiliki tantangan besar dalam mengelola operasi mereka dengan efektif dan efisien.
Kondisi pasca pandemi Covid-19 ditambah dengan situasi perekonomian nasional dan global yang pesimis serta peluang terjadinya resesi perekonomian yang mungkin bisa terjadi menjadi tantangan utama bagi PT BSD untuk bisa survive dan bangkit dari kondisi yang kurang menguntungkan . Selain itu sejumlah faktor yang perlu diwaspadai oleh PT BSD yaitu penurunannya daya beli properti akibat kenaikan suku bunga dan inflasi yang mungkin saja bisa terjadi.
Kendati demikian, secara keseluruhan. Direksi menilai prospek atau melakukan forecasting subyektif bahwa industri properti tetap cerah seiring dengan pertumbuhan nasional pada tahun 2023 yang masih akan positif , hal ini mengindikasikan bahwa PT BSD melakukan kegiatan lawan arus terhadap kondisi yang sedang dialami.
Kegiatan lawan arus yang dilakukan PT BSD yaitu seperti ekspansi proyek-proyek hunian dan komersial baru yang ditargetkan kira-kira 50 hektare tiap tahunnya. Selain itu, PT BSD melakukan inovasi program pemasaran nasional 'Double Dream" (program pemasaran yang digabungkan dengan beberapa kebijakan pemerintah) .
Meskipun hal ini sangat beresiko, tetapi PT BSD mampu membuktikan bahwa mereka mampu untuk survive dan memperoleh hasil yang maksimal dengan strategi yang mereka rencanakan.
Pernyataan tersebut didukung dengan data pada tahun 2022 , Perusahaan berhasil mencatatkan kinerja prapenjualan sebesar Rp8,8 triliun. Angka ini melampaui target awal yang ditetapkan di awal tahun, yaitu sebesar Rp7,7 triliun.
Dari target tersebut, penjualan residensial diharapkan berkontribusi 74% atau Rp5,7 triliun. Di dalam realisasinya, Perusahaan mencatatkan prapenjualan residensial sebesar Rp5,12 triliun. Sementara itu, target penjualan komersial yang adalah sebesar 16% atau Rp1,23 triliun, terlewati dan tercatat Rp2,08 triliun. Sebagian besar kontributor prapenjualan memang berasal dari proyek-proyek di BSD City.
Dari studi kasus di atas dapat di ambil pelajaran bahwa Forecasting atau peramalan mampu memberikan hasil positif bagi perusahaan yang sedang menyusun strategi perusahaan, terutama dalam melakukan manajemen operasi pada saat-saat tertentu seperti pasca Covid-19 sehingga dapat memberikan hasil kinerja yang positif bagi perusahaan.
Artikel ini dibuat ditujukkan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Operasi , Semoga dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
Subali, Mahasiswa S-1 Prodi Manajemen Universitas Pamulang