Anak laki-laki yang baru lulus SD bernama Adit dengan penuh keberanian melihat ke atas langit, seringkali mengkhayal tentang masa depannya dan bertanya-tanya bagaimana masa depannya akan menjadi. Adit selalu optimis dan mencoba berbagai cara untuk mencapai apa yang ia inginkan, walaupun ada rintangan-rintangan yang menghadang di depannya. Namanya Adit, dan dia selalu bersemangat dalam menghadapi segala teka-teki hidup yang ada di depannya.
Datang dari keluarga miskin, adit merantau ke Bekasi Jati Asih mencoba untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya. Meskipun usianya masih terbilang sangat muda, tetapi ia berniat untuk membantu ibu dan adik-adiknya agar bisa hidup lebih layak.
Dengan bekal sederhana dan modal yang sangat minim, anak kecil itu kemudian berjualan baju. Tak jarang ia bermain cilukba dengan teman-temannya dan selalu berusaha untuk menarik perhatian calon pembelinya. Tapi kenyataannya, hasil dari berjualan baju sangatlah mengecewakan. Terkadang sehari ia hanya bisa menjual satu atau dua potong baju saja.
Kondisi tersebut membuatnya harus bergantung pada pamannya sebagai seorang penjual baju juga agar bisa memperoleh pemasukan tambahan. Anak kecil ini harus bekerja keras pada siang hari berjualan, serta pada malam harinya ngamen di trotoar agar bisa menambah penghasilannya.
Sampai Adit pun berkata Menggunakan bahasa Spanyol "Deberia Rendermi" yang artinya Haruskah aku menyerah? lalu Lantas Adit pun Berpikir "Orang yang paling sukses bukanlah yang tidak pernah gagal, tetapi orang yang tidak pernah menyerah ketika mereka mengalami kegagalan."
Adit dalam mencari nafkah untuk keluarganya Terkadang dia harus bekerja sangat keras bahkan sampai tidak makan berhari-hari hanya untuk mengirimkan uangnya kepada orangtuanya dan adik-adiknya. Adit adalah seorang anak yang sangat tangguh dan inspiratif. Meskipun harus bekerja keras pada siang dan malam hari dengan berjualan dan ngamen, dia tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya.
Dalam perjalanannya bertahan di Bekasi, Adit selalu berdoa agar keluarganya bisa melihat dia sebagai sosok anak yang tak malas dan telah berusaha untuk membantu memperbaiki situasi keuangannya. Setelah beberapa tahun, akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, selain di Bekasi ia juga merasakan bahwa memang kehidupan di rantau sangat tidak mudah.
Namun, nasib malang menimpanya ketika ia diiming-imingi mengikuti temannya ke Taiwan. Temannya mengatakan bahwa ia bisa mendapatkan pekerjaan dengan upah yang cukup besar. Tanpa berpikir panjang, Adit tersebut pergi bersama temannya ke Taiwan dan mencoba untuk meraih kesuksesan disana.
Setiba di Taiwan, kenyataannya jauh dari yang dijanjikan. Ia dan temannya harus bekerja di sebuah pabrik, dengan kondisi yang sangat penuh tekanan. Mereka harus bekerja lebih dari 12 jam tanpa istirahat dan gaji yang sangat minim. Setelah berbulan-bulan bekerja tanpa gaji yang memadai, ia akhirnya menyadari bahwa ia dan temannya sudah di tipu oleh pihak travel yang menjanjikan mereka kerja di Taiwan.
Dengan tangan hampa, serta impian yang hancur, Adit pun harus kembali ke Indonesia dan menerima bahwa kehidupannya tetap akan selalu berat. Meskipun demikian, ia tak pernah menyerah untuk berjuang mengais nafkah untuk keluarganya. Namun, kisah pilunya tetap akan terus teringat dan menjadi pengalaman yang pahit baginya.Â
Setelah melalui berbagai rintangan dan kesulitan dalam hidupnya, akhirnya Adit tadi dewasa menjadi seorang pria tangguh. Meskipun telah mengalami beberapa kegagalan dalam mencari nafkah, ia tetap gigih dan pantang menyerah.