Mohon tunggu...
Muhammad Alfan
Muhammad Alfan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasantri Ponpes Lirboyo, Kediri-Jawa Timur. Pembelajar otodidak pengetahuan sosial, psikologi, dan filsafat.

Part of my life. Agama, Kitab kuning, Buku, Novel, Film & Mindset.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Berteman

31 Agustus 2021   20:47 Diperbarui: 31 Agustus 2021   21:16 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sawalat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga hari akhir. Amin.

    Siapapun anda dan dinamapun anda berada, saya ulurkan tangan dengan hangat kepada kalian semua sebagai tanda pertemanan. Pada kesempatan kali ini, saya ingin bercerita tentang konten yang akan disampaikan akun ini kepada teman-teman semua agar kalian dapat mengenal konten saya dengan lebih baik.

   Kierkegaard, bapak filsafat eksistensialisme, pernah berujar, "Begitulah semua orang adalah kristen." Perlu kalian ketahui bahwa ia dikenal dengan caranya menyampaikan pandangannya dengan ironi. Begitu pula dengan ungkapan di atas, alasan dia menyampaikan hal tersebut dikarenakan umat Kristen di daerahnya menjalankan agama Kristen dengan cara yang sangat mudah sehingga seolah mereka tidak beragama Kristen. Mereka adalah Kristen, tetapi tidak ada ajaran Kristen yang mereka laksanakan sama sekali. Kristen tak ubahnya hanyalah sebuah status sosial belaka. 

  Jujur saja, mendengar kabar yang disampaikan oleh Kierkegaard membuat bulu kuduk saya berdiri tegak, saya merinding hingga bertanya pada diri saya sendiri, bagaimana dengan umat Islam? Apakah kita yang memeluk agama Islam tidak jauh berbeda dengan mereka yang beragama Kristen dalam arti Islam hanyalah status sosial belaka?

    Saya pun kemudian berpikir, jawaban yang tepat bagi pertanyaan itu bukanlah data dan fakta yang terjadi di lapangan, karena, sebagaimana yang kita saksikan, tema agama seperti itu merupakan sesuatu yang kontroversial. Umat Islam, khususnya di Indonesia, belum dapat dikatakan dewasa karena seringkali mudah dibuat naik pitam ketika merasa agama mereka dihina oleh orang lain. Contohnya ialah kasus pelecehan terhadap Al-Qur'an oleh Ahok yang memancing demo besar-besaran di Monas. Kasus lain yang berskala internasional adalah pembunuhan terhadap guru di Prancis yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad saw kepada muridnya oleh pemuda asal Pakistan. Setiap celaan dan hinaan selalu disikapi dengan emosi dan amarah, bukan dengan kepala dingin. 

    Habib Umar bin Hafidz, seorang ahlul bait (Keturunan Nabi Muhammad saw) yang berasal dari Yaman, ketika menanggapi kasus pembuatan karikatur Nabi Muhammad saw justru lebih memilih introspeksi dan mawas diri atau bisa juga disebut dengan self critism, alih-alih menyalahkan pihak luar. Beliau berkata, kejadian tersebut, pembuatan karikatur terhadap Nabi Muhammad saw, merupakan kesalahan umat Islam sendiri yang meninggalkan sunnah atau jalan hidup Nabi Muhammad saw dengan mengikuti cara hidup modern dan meneladani figur selain Nabi Muhammad saw, artis-artis dan sebagainya. Umat Islam sudah tidak mengagungkan teladan mereka sendiri, konsekuensinya teladan mereka pun dihina oleh pihak luar. Begitu pula dengan kejadian pelecehan terhadap Al-Qur'an itu, boleh jadi sebabnya dikarenakan umat Islam telah jauh meninggalkan Al-Qur'an. Apalagi, Sujiwo tedjo pernah berkata, penghinaan yang paling besar terhadap Al-Qur'an itu bukan dengan cara membakar atau menginjak-injaknya, sebab itu hanya pelecehan terhadap bungkusnya bukan esensinya. Penghinaan yang paling besar, menurutnya, adalah dengan tidak mempelajari dan mengamalkan kandungan Al-Qur'an. 

    Oleh karena itu, dibandingkan menyulut api dengan menampilkan data dan fakta keadaan umat Islam atau malah membuat mereka lalai karena data menunjukkan kualitas Islam sangat baik, saya lebih memilih untuk memperkenalkan konsep Islam yang utuh (komprehensif) dan tidak pincang sehingga bisa menarik umat agar mau mempelajari dan mengamalkan konsep tersebut yang dengannya Islam akan dapat dicerminkan dengan sempurna. Saya ingin kita semua selalu belajar dan belajar meningkatkan kualitas Islam hingga mencapai taraf sempurna atau kaffah. Adapun maksud mematuhi perintah sesuai dengan kemampuan, tidak berarti beragama atau beribadah sekenanya dan semaunya sendiri karena yang menjadi tolok ukur mampu tidak mampu telah diatur oleh syariat Islam. Bukan berdasarkan hawa nafsu yang dapat membuka pintu melalaikan dan menyepelekan.

    Jadi, bisa dikatakan akun ini merupakan manifestasi usaha saya dalam menyampaikan konsep Islam yang komprehensif. Banyak sekali yang akan saya bahas mulai dari hal-hal sederhana terkait tata cara, aturan dan adab beribadah hingga hal-hal yang ilmiah seperti kaitan Al-Qur'an dan Hadis dengan ilmu psikologi dan sebagainya. Selain itu, akun ini juga menerima berbagai konsultasi permasalahan agama dan bahkan masalah psikologis ataupun curhatan-curhatan lain. Sebisa mungkin saya akan menjadi teman mendengarkan yang baik dan mungkin bila mampu saya pun akan membantu memecahkan masalah anda. 

    Terakhir, saya berharap pada Allah swt agar dapat memberikan saya pertolongan dalam menyampaikan agama-Nya dengan ikhlas sehingga mampu menjadi ganjaran bagi saya, keluarga, kerabat, sahabat dan orang-orang yang saya cintai. Sekian, terima kasih telah berkunjung.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun