Pendidikan Islam tidak hanya tentang transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan akhlak yang mulia. Dalam ajaran Islam, pendidikan memiliki tujuan yang sangat jelas, yakni membentuk manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak baik. Salah satu elemen utama yang seringkali diabaikan dalam pembahasan pendidikan adalah etika atau adab. Padahal, tanpa etika yang baik, pendidikan menjadi hampa, karena hanya berfokus pada pengetahuan tanpa menanamkan moral yang benar. Oleh karena itu, memahami dan menerapkan etika dalam pendidikan Islam menjadi sangat penting dalam konteks pembentukan karakter generasi muda.
Dalam pendidikan Islam, etika bukan hanya aspek pendukung, melainkan inti dari seluruh proses pendidikan. Rasulullah SAW sendiri menegaskan dalam hadisnya bahwa salah satu tujuan utama diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Ini menunjukkan betapa pentingnya adab dalam Islam, sehingga harus menjadi landasan dalam setiap jenjang pendidikan. Di sekolah-sekolah Islam, madrasah, maupun pesantren, pengajaran akhlak mulia harus mendapat prioritas yang sama, jika tidak lebih, dengan pengajaran ilmu-ilmu agama maupun ilmu umum.
Salah satu tantangan utama dalam pendidikan Islam saat ini adalah bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai etika ke dalam kurikulum pendidikan yang modern. Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi, pendidikan Islam sering kali hanya berfokus pada aspek kognitif, seperti hafalan dan penguasaan materi agama. Namun, pemahaman tentang adab, seperti menghormati orang tua, guru, dan teman, serta menjaga integritas diri, terkadang kurang ditekankan. Padahal, akhlak inilah yang menjadi fondasi moral bagi seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Selain itu, pentingnya etika dalam pendidikan Islam juga mencakup hubungan antara guru dan murid. Seorang guru dalam Islam tidak hanya berperan sebagai pemberi ilmu, tetapi juga sebagai pembimbing moral. Dalam sejarah peradaban Islam, guru selalu dipandang sebagai sosok yang mulia, dan hubungan antara guru dan murid didasarkan pada rasa hormat dan penghargaan yang tinggi. Guru bukan sekadar mengajarkan pelajaran di kelas, tetapi juga memberikan teladan melalui perbuatan sehari-hari. Di sisi lain, murid dituntut untuk mematuhi dan menghormati guru, karena menghormati guru adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap ilmu.
Namun, dalam kenyataan pendidikan saat ini, nilai-nilai ini seringkali mulai luntur. Banyak siswa yang menganggap guru hanya sebagai penyampai materi tanpa memberikan tempat yang layak sebagai figur panutan. Sebaliknya, ada pula guru yang hanya fokus pada penyampaian materi pelajaran tanpa memperhatikan aspek pembentukan karakter murid. Hal ini mencerminkan adanya krisis etika dalam pendidikan Islam yang harus segera diatasi.
Peran orang tua juga tidak bisa dikesampingkan dalam proses pembelajaran etika. Sekolah atau madrasah hanya berperan sebagian dalam membentuk karakter anak, sementara fondasi akhlak yang baik dimulai dari rumah. Orang tua sebagai pendidik pertama harus memberikan contoh nyata dalam menerapkan nilai-nilai etika Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ketika orang tua dan sekolah berjalan seiring dalam mendidik anak-anak dengan akhlak yang mulia, maka hasil pendidikan akan lebih optimal.
Maka dari itu, etika adalah bagian integral dari pendidikan Islam yang tidak boleh diabaikan. Pendidikan Islam harus mampu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga unggul dalam karakter dan akhlak. Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, pendidikan yang berlandaskan pada etika Islam menjadi salah satu solusi untuk membentuk masyarakat yang adil, harmonis, dan beradab. Mari kita kembali menempatkan etika sebagai prioritas utama dalam pendidikan, karena tanpa akhlak yang baik, pendidikan hanya akan melahirkan individu-individu yang pintar, tetapi tanpa moral yang jelas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI