Mohon tunggu...
pondok pesantren daarul arqom
pondok pesantren daarul arqom Mohon Tunggu... Penulis - muda qur'ani muda berprestasi

daarul arqom kampus 1 pulon malangan daarul arqom kampus 2 tulung, tulung, tulung daarul arqom kampus 3 wajong wetan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Al-Quran dan Religius Attitude

8 Oktober 2022   20:02 Diperbarui: 8 Oktober 2022   20:16 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: republika.co.id

Sains memiliki etika, sains attitude agar kita selalu tidak puas dengan ke-eksistensian kita hari ini. Kita harus terus melakukan observasi-observasi untuk mencari isyarat-isyarat yang Allah firmankan dalam ayat. 

Ayat adalah tanda, misal: Allah bersama orang-orang sabar, ini adalah ayat (tanda), lalu kebersamaan Allah dengan hamba itu seperti apa (?) Sains Attitude berfungsi disitu. Namun, Religius Attitude berfungsi untuk menenangkan, sebab dasar dari agama adalah iman (percaya).

Hidup ini penuh dengan misteri, kita semua dikepung oleh ketidak-tahuan. Misal saja, saat kita pergi ke kantor; tentu saja, tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh istri kita. Kita, sebagai seorang suami yang baik, hanya bisa percaya kepadanya: bahwa dia (istri) setia pada kita, tidak akan menghianati.

Pada saat yang sama, gak mungkin kita melakukan penelitian kualitatif, misal, untuk sekedar mengetahui kesetiaan istri. Cukup dengan "imam", cukup. Dalam hal ini Religious Attitude sangat berperan besar dalam menentramkan hati kita, manusia.

Hubungannya apa dengan ujian tahfiz? Saya jawab, sederhananya, ada relasi antara kehidupan siswa penghafal qur'an yang cenderung memiliki tingkat moral yang baik, kebahagiaan, dengan sesuatu yang mereka hafal.

Hematnya, al-Qur'an sangat memberi sumbangan yang sangat besar dalam perbaikan moral, dan tentu, tidak hanya perbaikan moral tapi memberi petunjuk, arahan agar memiliki Sains Attitude yang maksimal, akal kita selalu dipantik oleh firman-Nya, "afala ta'qilun?", "afala tatafakkarun?", "afala tatadabbarun?", sehingga kadangkala kita terpantik untuk menggali maksud (tujuan) atau rahasia dari ayat tersebut.

Dalam acara tersebut Kepala Sekolah, Ustadz Ismail Siddiq, juga menyampaikan yang, bagi saya, perlu diperhatikan. Bahwa menghafal Al-Qur'an adalah proses, Allah sendiri juga menurunkan Al-Qur'an sebagai proses pendidikan ilahi untuk hamba-hambanya. Baik pendidikan mental, spiritual, dan intelektual.

Dan, bangsa ini akan jauh lebih baik jika dikawal oleh manusia-manusia yang memiliki dua kompetensi attitude ini, sebab mereka dapat menggali rahasia-rahasia tuhan yang "tidak ter-firmankan" (ayat kauniah) menggunakan sains, dan pada waktu yang sama etika keagamaan mereka sudah matang.

Jadi, saya yakin, "budaya" yang telah berlaku di tengah-tengah masyarakat kita, berupa menghafal al-qur'an sama sekali tidak mengurangi kadar kecerdasan siswa asal porsi dan proporsinya diperhatikan dengan tepat.

Wallahualam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun