Mohon tunggu...
Muhammad Akmali
Muhammad Akmali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Muhammad Akmali Mahasiswa UIN Walisongo seorang yang tertarik dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Es Puter sebagai Penyambung Hidup

16 Agustus 2022   02:55 Diperbarui: 16 Agustus 2022   03:08 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 1.300 suku etnis dengan beragam budaya dan kesenian (Badan Pusat Statistik, 2010). Keberagaman tersebut membuat Indonesia memiliki kekayaan akan tradisi dan budaya  maupun makanan tradisional. Berbagai daerah di Indonesia memiliki beragam jenis makanan yang menjadi ciri khas masing-masing daerah. Solo merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa tengah yang masih kental dengan tradisi dan budaya. Pada mulanya Solo merupakan daerah yang menjadi Kerajaan besar di Jawa karenya banyak peninggalan fisik seperti gedung, benda pusaka, senjata, busana hingga kuliner. Adapaun peninggalan non-fisik seperti adat-istiadat, tradisi dan kesenian. Salah satu minuman yang merupakan ciri khas kota Solo yaitu es puter.

Lebih dari 80 tahun Es puter beredar di masyarakat Indonesia. Delapan puluh tahun lalu pada masa penjajahan Belanda tren Es krim  muncul dibawah bangsa Belanda ke nusantara. Pada mulanya es krim disajikan untuk menjadi makanan penutup bagi para tuan noni Belanda. Es krim ini dibuat dengan menggunakan susu dan mempunyai tekstur yang lembut di mulut.

Menurut Standar Nasional (SNI 10-3713-1995) produk es krim merupakan makanan semi padat yang dibuat dengan proses pembekuan dari beberapa campuran bahan seperti susu, lemak hewani, maupun nabati, gula dengan atau bahan tambahan makanan lain.

            Pada masa trennya es krim banyak rakyat pribumi yang ingin mencoba untuk menikmati kelembutan es krim yang hanya dapat dinikmati orang Belanda dan kaum tertentu, namun pada saat itu rakyat Indonesia sulit untuk menikmatinya dikarenakan harga yang tidak dapat dijangkau. Dilatarbelakangi keinginan hati masyakarat, banyak penjual makanan mencoba untuk memodifikasi Es krim menjadi "versi nusantara" demi dapat dinikmati oleh semua masyarakat Indonesia yang ingin mencoba es krim dengan mengganti bahan utama susu menjadi santan (sari pati kelapa) karena lebih dapat dijangkau. Modifikasi ini membuat citarasa es puter menjadi khas dan lebih gurih. Tekstur, kelembutan dan aroma juga menjadi berbeda dengan es krim.

            Es puter pun menjadi salah satu minuman yang berperan dalam perkembangan kulinier di Indonesia. Pada tahun 1970-1980 Es puter pernah Berjaya ketika Es krim versi orang Belanda masi mahal. Cita rasa yang cukup khas, manis, gurih dan segar membuat ia disukai semua umur. Tapi kini dengan seiring tumbuhnya indrustri es krim di Indonesia, es-es lokal mulai terpinggir. Termasuk Es Puter yang mulai kehilangan pamor pada awal 2000-an. Selain dari serangan dari industri es krim pabrik, proses pembuatan es puter yang memakan waktu yang lama juga mejadi permasalahan bagi penjual es puter. Pembuatan Es  Puter paling tidak membutuhkan 3 hingga 4 jam untuk memutar bahan hingga menjadi es puter. Proses pemutaran ini dilakukan secara tradisional dengan menggunakan tanggan, yang akan membentuk gumpalan adonan yang mengkristas mirip dengan es krim. Adonan es krim puter yang biasanya ditambah dengan memadukan potongan-potongan buah, dimasukan kedalam tabung lalu diputar dengan digerakan di antara es batu dan garam[i]. 

Es puter merupakan salah satu jenis dari "edible ice". Meski bentuk es puter menyerupai es krim akan tetapi es puter tidak dapat dikatakan sebagai es krim, karena tidak adanya susu dalam es puter dan rendahnya kadar lemak. Es puter menjadi salah satu cemilan dingin yang sangat disukai oleh anak-anak. Kelembutan dan kelezetan es krim puter ini membuat es ini disukai oleh semua kalangan usia. Dibalik kembutannya es krim ini mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh.

            Kepopularan es puter ini dimulai karena dahulu banyak pendagang es puter yang menawarkan daganganya disekita Jawa. Es puter dijajakan keluar-masuk kampong menggunakan opikulan atau gerobak kecil. Es puter gerobak menggunakan gong kecil yang bisa dipukul berbunyi dung-dung Pada masa moderen ini eksistensi es puter semakin sulit ditemukan ditengah masyakarat moderen. Penurunan daya tarik konsumen dan kurangnya inovatif pedang menjadi salah satu penyebab penuran eksistensi es puter.  Namun biasanya kita masih bisa menemukananya pada acara seperti pernikahan atau pesta rakyat.

            Di berbagai daerah Indonesia Industri rumahan es puter menjadi salah satu sumber mata pencarian. Salah satu industri rumahan es puter yang berada pada di kelurahan Tamanrejo menjadi jajanan yang sangat disukai oleh anak-anak disekitar rumahnya dan anak sekolah (SD). Es puter yang kombinasi dengan perasa alamia, membuat rasa es krim menjadi lebih tajam. Es puter ini menjadi salah satu peluang usaha yang cukup menjanjikan karena semua kalangan masyarkat menyukai es krim.

            Pak kosim, salah satu penjual es puter di Tamanrejo mengakui, untuk dapat menghasilkan 1 tabung es puter dibutuhkan waktu 3-4 untuk terus memuter es secara manual menggunakan tangan. Untuk mendapatkan cita rasa yang diinginkan, Pak kosim juga menambahkan bahan seperti perasa makanan. Dijual dengan harga yang dapat dijangkau semua lapisan masyarakat, sekitar Rp. 2000- 5000/ porsi. Pak kosim memulai bisnis kuliner ini setelah ia ikut bekerja dengan seseorang yang menjual es puter. Pada akhirnya Pak kosim memberanikan diri untuk memulai bisnisnya sendiri. Berbekal pada pengalaman selama bekerja dengan seseorang, Pak kosim memulai bisnis es puter cukup terampil.

Ia sudah mulai menyiap-nyiapkan barang sejak pukul jam 02.30 dini hari, barulah berkeliling pada pukul 09.00 pagi hingga sore hari. Pak kosim biasanya mangkal di kawasan medina, nglimut dan Sekolah dasar (SD).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun