Mohon tunggu...
Muhammad AinurRofi
Muhammad AinurRofi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Hobi saya menonton dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Perubahan gaya praktis keagaman dalam era moderen; analisi platfrom NU Online melalui kacamata masyarakat konsumsi Jean Baudrillar

19 Desember 2024   01:05 Diperbarui: 19 Desember 2024   01:05 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam dua dekade terakhir ini dapat kita lihat bahwasanya perkembangan teknologi informasi kian signifikan terutama di indonesia yang menjadi mayarakat konsumen berbagai produk digital, indonesia juga telah mengalami perubahan dari berbagai aspek kehidupan soisial, termasuk bagaimana cara masyarakat dapat mengakses dan mempraktikan agama dari berbagai media sosial. Dari berbagai banyaknya fenomena perubahan sosial yang ada di masyarakat, organisasi islam terbesar di indonesia, yakni Nahdatul Ulama (NU) hadir membawa inovasi baru dengan menghadirkan platform digital yang menarik yakni platfom NU Online yang dimana hadir di tengah masyarakat untuk menyebarkan ajaran islam yang beraliran Ahlussunnah Wal Jamaah (MUDHOFI, M. 2023). NU Online hadir tidak hanya menjadi sebuah media dakwah moderen, akan tetapi juga menjadi sebuah bagian dari realitas baru yang hadir di tengah masyarakat yang sesuai dengan perkataan Jean Baudrillard yakni sebagai "masyarakat konsumsi", dimana aplikasi ini menjawab berbagai tantangan zaman. Kehadiran NU Online tidak hanya mempermudah akses ke ajaran agama semata, akan tetapi juga membawa tantangan baru dalam konteks masyarakat modern yang di dominasi budaya komsumsi yang diperlukan masyarakat.

Transformasi agama dalam era digital tidak dapat dipisahkan dari dinamika masyarakat komsumsi. Jean Baudrillard, merupakan seorang filsuf asal Prancis, ia dalam tulisannya menawarkan teoritis yang relevan untuk memahami fenomena ini. Dalam pandangan Baudrillard, masyarakat komsumsi tidak lagi hanya mengonsumsi barang berdasarkan nilai guna, tetapi juga berdasarkan nilai simbol dan tanda (Baudrullard, 1994). Dewasa ini masyarakat modern mengomsumsi massal berbagai simbol identitas yang berupa dalam bentuk barang, layanan, dan juga simbol agama. NU Online merupakan salah bentuk hasil representasi agama dalam ranah digital, yang dapat kita analisis menggunakan konsep-konsep Baudrillard seperti simulasi dan hiperrealitas. Simulasi adalah proses dimana representasi menggantikan realitas, sementara hiperrealitas adalah kondisi dimana simulasi menjadi lebih nyata dari pada realitas itu sendiri. Dalam konteks agama digital, simulasi ini berpontensi menggantikan pengalaman spiritual trandisional dengan representasi digital.

NU Online hadir sebagai platform yang menyediakan berbagai layanan keagamaan, berupa artikel yang mengkaji keislaman, doa-doa harian, fatwa para ulama, kalenjer hijriyah, dan berbagai layanan keislaman lainnya. Dalam masyarakat konsumsi layanan ini tidak hanya berfungsi sebagai sebuah sarana pembelajaran agama, tetapi juga sebagai sebuah simbol identitas religius. Dengan adanya platform ini mencerminkan bagaimana individu memanfaatkan teknologi digital untuk menegaskan identitas mereka sebagai seorang muslim yang terhubung dengan tradisi islam moderat ala Nahdatul Ulama. Konten-konten yang terdapat di dalam platfrom NU online, tidak hanya menjadi sebuah sarana edukasi, tetapi juga menjadi sebuah bagian dari bagaiamana masyarakat dapat menampilkan identitas religius mereka kepada orang lain. Agama kini tidak hanya menjadi praktik spiritual tetapi juga merupakan simbol yang dapat dikomsumsi dalam bentuk digital.

Namun kini penggunaan NU Online juga menciptakan fenomena simulasi agama, yang mana konten seperti ceramah daring, artikel, serta infografis keislaman dapat memberikan pengalaman beragama yang begitu praktis tetapi tidak secara langsung melainkan melalui digital. Dalam perspektif Baudrillard, fenomena ini adalah sebuah bentuk simulasi dimana realitas agama yang seharusnya dialami memalui praktik spiritual seperti shalat berjamaah atau diskusi secara langsung dengan para ulama tergantikan oleh representasi digital. Simulasi ini berpontensi menciptakannya hiperrealitas, dimana agama yang dikemas dalam visual menarik dan narasi populer akan tampak lebih nyata atau relevan dibandingkan pengalaman tradisional (Baudrillard, 1994). Sebagai contoh, ceramah agama yang biasanya terdapat di ruang-ruang publik seperti masjid atau majelis taklim, kini dapat diakses dengan satu sentuhan jari melalui platfrom digital yang dapat menciptakan sebuah ilusi kepada masyarakat bahwa pengalaman spritual yang hakiki kini dapat diperoleh melalui layar ponsel. Proses digitalisasi juga menunjukan bagaimana dakwah agama kini mengalami komodifikasi dalam masyarakat konsumsi, dimana upaya ini menarik para pengguna. Konten-konten NU Online dirancang agar sesuai dengan trend pasar digital melalui desain yang estetik, pendekatan populer, dan juga judul yang menarik perhatian konsumen. Kini dakwah tidak hanya menjadi media penyebaran ajaran agama, tetapi juga bersaing dalam ekosistem pasar religius digital yang beroperasi berdasarkan logika konsumsi (Fealy & White, 2008).

Transformasi ini tentu membawa sebuah dampak positif terhadap konsumsi masyarakat, tetapi juga memberikan sebuah tantangan tersendiri. NU Online di satu sisi telah berusaha mendemokratisasi akses terhadap pendidikan agama yang memungkinkan masyarakat dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Platfrom ini juga mempromosikan nilai-nilai islam moderat yang relevan dengan konteks ke indonesiaan dan membentengi masyarakat dari radikalisme yang muncul diruang digital (NU Online, 2024). Akan tetapi di lain sisi, logika konsumsi juga berisiko mereduksi agama menjadi sekadar informasi atau hiburan. Ketergantungan pada platfrom juga dapat membuat pengguna kehilangan pengalaman spiritual yang mendalam, karena agama direduksi menjadi simulasi yang dikonsumsi tanpa keterlibatan emosional atau praktik nyata.

NU Online mencerminkan transformasi agama dalam masyarakat konsumsi di Indonesia. Dalam perspektif Jean Baudrillard, platfrom ini berperan sebagai simbol agama yang dikonsumsi dalam bentuk simulasi digital. Meski tantangan dari logika konsumsi moderen nyata, NU Online juga menawarkan peluang besar untuk mempromosikan nilai-nilai islam moderat, memperluas akses terhadap pendidikan agama, dan menghadirkan agama dalam format yang relevan dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan yang baik anatara adaptasi teknologi dan pelestarian nilai-nilai spiritual untuk memastikan bahwa agama tetap menjadi bagian penting dari kehidupan manusai dalam bermasyarakat, bahkan di tengah derasnya arus digitalisasi.

Referensi

Baudrillard, Jean. Simulacra and Simulation. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1994.

Fealy, Greg, dan White, Sally. Expressing Islam: Religious Life and Politics in Indonesia. Singapore: ISEAS Publishing, 2008.

MUDHOFI, M. "Pengarusutamaan narasi ahl al-sunnah wa al-jam'ah al-nahiyyah di era new media."

NU Online. Tentang kami. Diakses dari: www.nu.or.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun