Mohon tunggu...
muhammad aidil faradis
muhammad aidil faradis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik UINSA

Saya Muhammad Aidil Faradis, pemuda berusia 20 tahun yang tengah menekuni ilmu politik di UINSA. Minat saya terhadap dinamika sosial dan politik mendorong saya untuk mendalami ilmu ini. Di luar kegiatan perkuliahan, saya memiliki hobi menulis puisi dan cerpen, dua media yang saya gunakan untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaan. Melalui puisi, saya mencoba merangkai kata-kata menjadi sebuah keindahan estetis yang sarat makna, sementara cerpen menjadi wadah bagi saya untuk berimajinasi dan bercerita. Kedua hobi ini menjadi pelengkap bagi kehidupan akademis saya, memberikan keseimbangan dan inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Magnet Kiai Dalam Kontestasi Pilkada Tapal Kuda

1 Desember 2024   21:22 Diperbarui: 2 Desember 2024   17:17 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Magnet kiai merujuk pada pengaruh besar para tokoh agama Islam, khususnya kiai, dalam memobilisasi dukungan politik di wilayah Tapal Kuda Jawa Timur. Dengan kedudukan sebagai pemimpin spiritual, kiai sering kali menjadi rujukan masyarakat dalam berbagai keputusan, termasuk pilihan politik. Dalam Pilkada, dukungan kiai terhadap kandidat dapat meningkatkan elektabilitas secara signifikan, terutama di kantong-kantong tradisional Nahdlatul Ulama (NU).
-Kiai sebagai figur sentral yang memberikan restu kepada kandidat.
-Kandidat kepala daerah, yang aktif mencari dukungan dari kiai untuk meningkatkan legitimasi moral dan sosial.
-Masyarakat pemilih, yang menjadikan kiai sebagai panutan, baik secara spiritual maupun sosial.
-Tim sukses dan partai politik, yang memanfaatkan relasi dengan kiai untuk membangun citra positif bagi kandidat mereka.
Pada Pilkada Bondowoso 2018, pasangan Salwa Arifin dan Irwan Bachtiar Rahmat memenangkan kontestasi setelah mendapatkan dukungan dari sejumlah kiai berpengaruh. Salwa, yang juga seorang kiai, mampu menarik simpati besar dari masyarakat pesantren dan kalangan NU tradisional. Dukungan ini menjadi kekuatan utama yang tidak dapat disaingi oleh lawan politiknya, meskipun dari sisi program, ada kandidat lain yang lebih progresif.

Fenomena magnet kiai biasanya muncul selama masa kampanye Pilkada, dimulai dari proses pencalonan hingga mendekati hari pencoblosan. Momentum penting adalah saat kandidat melakukan sowan ke pesantren-pesantren besar untuk meminta restu. Fenomena ini terjadi Pada Pilkada Jember 2020, pasangan Hendy Siswanto dan Gus Firjaun berhasil menarik dukungan besar setelah mendapatkan restu dari beberapa kiai karismatik. Salah satu yang menonjol adalah dukungan dari Gus Aab, putra Kiai As'ad Syamsul Arifin, pendiri Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo. Restu ini dianggap sebagai "stempel legitimasi" yang meyakinkan pemilih, terutama kalangan NU tradisional.

Magnet kiai paling terasa di wilayah Tapal Kuda, mencakup Bondowoso, Situbondo, Jember, Probolinggo, Lumajang, dan Pasuruan. Wilayah ini memiliki karakteristik masyarakat religius dengan akar tradisi pesantren yang kuat. Pesantren besar seperti Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo di Situbondo atau Pesantren Nurul Jadid di Probolinggo sering menjadi pusat dukungan politik yang menentukan.

Kiai memiliki pengaruh besar karena posisi mereka sebagai pemimpin moral yang dihormati dan dipercaya oleh masyarakat. Dalam budaya Tapal Kuda, petuah kiai dianggap sebagai "amanah" yang harus dipatuhi. Selain itu, jaringan sosial yang dimiliki kiai---melalui pesantren, majelis taklim, dan organisasi keagamaan---memungkinkan mereka menggerakkan massa secara efektif. Pada Pilkada Probolinggo 2013, Puput Tantriana Sari, yang bukan berasal dari kalangan pesantren, berhasil memenangkan pemilihan setelah mendapat dukungan dari sejumlah kiai besar di Probolinggo. Restu ini menjadi kunci keberhasilannya dalam mengalahkan lawan politik yang lebih berpengalaman di pemerintahan.

Magnet kiai bekerja melalui beberapa mekanisme:
1.Restu langsung: Kiai memberikan dukungan eksplisit terhadap kandidat tertentu.
2.Jaringan pesantren: Pesantren menjadi pusat mobilisasi massa untuk mendukung kandidat yang disarankan oleh kiai.
3.Narasi keagamaan: Dukungan kiai sering disertai dengan narasi bahwa kandidat yang didukung merupakan pilihan yang baik secara agama.
Pada Pilkada Situbondo 2015, Dadang Wigiarto berhasil mempertahankan jabatan sebagai Bupati setelah mendapatkan dukungan penuh dari Kiai Fawaid As'ad, salah satu tokoh karismatik NU di wilayah tersebut. Jaringan kiai dan pesantren Sukorejo memainkan peran kunci dalam mengonsolidasikan suara masyarakat tradisional, sehingga memberikan kemenangan telak bagi Dadang.

Magnet kiai dalam Pilkada Tapal Kuda Jawa Timur mencerminkan perpaduan unik antara agama dan politik. Studi kasus dari Bondowoso, Jember, Probolinggo, dan Situbondo menunjukkan bahwa dukungan kiai dapat menjadi faktor pembeda yang menentukan kemenangan kandidat. Dengan basis sosial yang kuat, kiai tetap menjadi kekuatan dominan dalam kontestasi politik di wilayah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun