Mohon tunggu...
Dr. M. Agung Rahmadi
Dr. M. Agung Rahmadi Mohon Tunggu... Psikolog - Dr. M.Si. Kons

Psikolog

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik di Balik Perang Rusia Ukraina : Maju atau Hancur (Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si)

1 Mei 2022   23:39 Diperbarui: 15 Mei 2022   18:14 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seharusnya sejak 10 hari lalu saat pasukan khusus Amerika dan Nato ke Ukraina dalam samaran pasukan sukarelawan, Perang Dunia sudah di deklarasikan oleh Rusia dan sekutunya. Sebab yang bertempur dengan Rusia saat ini bukan lagi orang Ukraina tapi sumberdaya militer asing. 

Keterlambatan-keterlambatan presiden Rusia dalam mengambil keputusan dan berharap kondisi geopolitik negaranya akan kembali sama akan membawa Rusia kembali masuk dalam perang dingin dan kembali menjadi negara pesakitan yang wilayahnya terpecah-pecah seperti Uni Soviet akibat intrik-intrik dari mata-mata, diplomatik dan propoganda Amerika. 

Bila perang tidak meluas ke Uni Eropa dan Rusia malah menarik pasukannya karena intrik diplomatik dengan nilai tawar ganti rugi ekonomi, artinya Putin mengulangi kesalahan-kesalahan pendahalunya yang membuat jatuh moral rakyat Rusia pada bangsanya dan menarik konflik eksternal negara menjadi internal negara yang jauh lebih berbahaya. 

Negara Soekarno, Kadafi serta negara-negara korban Arab Spring lainnya, dihancurkan oleh intrik politik internal nasionalnya yang bisa dijalankan sebab hilangnya dukungan rakyat pada panglima militer tertinggi negara akibat kebijakan dengan "citra" yang tidak konsisten. 

Politik di atas nyawa pasukan yang telah melayang akan melahirkan banyak orang-orang seperti Hitler di pasukan Rusia, dan itu juga yang dialami Soviet yang membuat kehilangan nyawa prajurit serendah kehilangan alutsista. 

Nyawa dan jiwa yang tersakiti akan melahirkan dendam, saat dendam itu merasuk pada orang-orang besar maka akan menjadi energi melahirkan dinamika besar, bahkan hingga kini Malaysia dan Indonesia masih menyimpan dendam ekspedisi dwikora yang tidak tuntas. 

Penakhlukkan wilayah yang memiliki entitas tidak hanya didapatkan dengan sekedar pendudukan militer seperti yang dilakukan oleh Hitler dan Napoleon tetapi hegemoni bangsa penakhluk atas bangsa takhlukan yang membuat moral entitas tersebut hancur dan msngikuti budaya penakhluk seperti yang berhasil dilakukan raja-raja Romawi dan Arab Umayyah. 

Orang-orang intelektual berkata Hulagu dan Julius itu bodoh sebab membakar Bait Hikmah dan perpustakaan Alexandria, sebaliknya panglima meliter besar berkata itu adalah cara instan menghancurkan bangsa angkuh seperti Arab dan Yunani Mesir yang mengklaim masih lebih superior berkat kemakmuran dan intelektual tinggi banding bangsa penakluknya yaitu Itali dan Mongol yang dinyatakan sebagai kaum bar-bar, so moralitas itu berhasil dihancurkan. 

Hitler, Napoleon tidak berhasil mencapai hegemoni itu sebab jabatan yang singkat, sedangkan Amerika, Uni Eropa dan Rusia yang diklaim adi kuasa pun memiliki spiritual polutik yang kering. 

Saat Firaun dan Namrud yang mengaku Tuhan tak ada bedanya dengan konsepsi Sinto Jepang yang berkata Hirohito sebagai Dewa yang melahirkan pengkultusan pemimpin dan fanatisme hebat dari rakyatnya (bedanya Hirohito tidak bertemu Nabi tapi MacArthur dari bangsa pengusung gay, berubahlah jepang dari negara moralitas tinggi menjadi negara pornografi terbesar di Dunia) dan  disayangkan spiritual tersebut adalah sesat sebab berlandaskan filsafat ontologis yang fallacy. 

Hal ini sejatinya ingin menyerupai konsepsi politik yang lebih matang yaitu sistem Khalifah dalam tradisi imperium Arab Islam dan Wilayatul Faqih yang kini dibangun Iran dimana terbukti berhasil membuat Iran tetap kokoh dari hantaman Arab Spring dan memiliki proxy fanatik di seluruh Dunia disaat seluruh negara-negara berbentuk republik di Timur Tengah hancur, dan sekali lagi Rusia bahkan Uni Soviet tidak memiliki sistem itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun