Pernah memakan atau paling tidak mendengar nama makanan gado-gado? Mungkin sebagian besar dari pembaca pernah atau bahkan sering memakannya. Gado-gado yang saya kenal, adalah makanan dengan irisan lontong sebagai bahan utama. Kemudian diberi campuran beragam jenis sayur, mulai dari kangkung, kecambah, kacang panjang, atau juga kubis. Semua jenis sayur yang telah dimasak ini lantas dibubuhkan di atas lontong. Tambahan bahan lainnya adalah irisan kentang rebus, irisan telur rebus. Ada juga yang diberi irisan tahu atau tempe goreng. Seporsi gado-gado akan lengkap dengan kerupuk disampingnya. Apakah sudah lengkap?
Ternyata belum. Harus ada bumbu yang disiramkan pada semua bahan tersebut. Bumbu ini adalah saus kacang yang sudah dihaluskan (untuk seterusnya saya menggunakan kata ‘bumbu’ dalam artkel ini). Beragam macam resep untuk membuat bumbu ini. Laku tidaknya dagangan seorang penjual gado-gado, bermula dari racikan bumbu yang dibikinnya. Lantas, apa hubungan antara gado-gado dan kabar berita? Sehingga saya memasangnya menjadi satu judul.
Dalam pandangan sementara saya, antara gado-gado dan kabar berita adalah sama. Lontong hanya akan menjadi lontong, tidak bernama gado-gado, jika tanpa bumbu. Demikian juga dengan kabar berita. Sebuah kabar atau berita akan hambar jika tidak berbumbu.
Seorang Mak Comblang akan menambahkan bumbu-bumbu pada uraian tentang kepribadian kliennya agar laku dan mendapatkan jodoh. Seorang makelar tanah akan memuji nilai investasi secara berlebihan saat mendapati calon pembeli. Seorang sales promotion girl (baca: SPG) akan menurunkan derajat kecantikan dirinya demi memuji ibu-ibu pelirik barang yang dijajakan. Saat saya mengikuti seminar jurnalistik, pematerinya mengatakan bahwa berita yang disajikan oleh media dikemas se-bombastis mungkin agar menarik minat pemirsa. Pada akhirnya bumbu-bumbu digunakan untuk menambahkan ‘kedahsyatan’ kabar berita dan tujuan-tujuan tersebut.
Saking “melasnya”, karena berkali disodori ‘kalimat tuduh’ akibat dari kabar berbumbu tentang diri dan pekerjaan, saya membuat status dalam BBM, bahwa saya sedang belajar memahami jika gado-gado itu tidak akan enak tanpa adanya bumbu. Begitu juga kabar berita. Tinggal kita harus mengetahui, bahwa bumbu itu punya kadar. Kalau terlalu banyak bumbu dalam sebuah kabar, ia akan berbelok menjadi hasut. Itu! [Afif E.]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H