Mohon tunggu...
Muhammad Afif
Muhammad Afif Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Masih bodoh dan masih perlu belajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Citorek: Negeri di Atas Awan, Jantung Kabupaten Lebak

14 Desember 2024   20:57 Diperbarui: 14 Desember 2024   20:58 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada artikel kali ini, saya akan membahas mengenai perjalanan saya saat melakukan perjalanan ke Citorek di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Perjalanan saya awali dari Jakarta dengan Moda transportasi mobil. Saya berangkat ke Citorek pada bulan Juni 2024. Dari Jakarta diperlukan waktu sekitar 4 jam. Agar biaya perjalanan lebih terjangkau, hindari jalan tol dan ambil jalur melalui Jasinga Bogor, kemudian dilanjutkan ke Cipanas dan Warung Jambu. Wisata di daerah Citorek dapat dikatakan masih baru dan dalam tahap pengembangan. Hal ini karena belum banyak penginapan yang tersedia di daerah tersebut serta pos-pos penjagaan yang masih belum selesai dibangun. 

Masuk ke khawasan Citorek, saya dan teman saya disugugi pemandangan yang luar biasa. Di kanan dan kiri kami terlihat sawah-sawah yang sangat menakjubkan. Saya sendiri cukup terkejut karena saya baru melihat sawah di daratan tinggi, karena setahu saya sawah biasanya berada di dataran rendah. Pemandangan sawah yang indah tersebut semakin indah dengan adanya leuit, sebuah tempat penyimpanan hasil pertanian berbentu rumah-rumahan khas suku Sunda. Karena sawahnya berada di dataran tinggi, bentuk sawahnya berbentuk terasering. 

Citorek terkenal dengan spot Sunrisenya yang berkedudukan di Gunung Luhur. Julukan dari Citorek salah satunya adalah "Negeri di Atas Awan." Julukan tersebut mengingatkan pada sebuah lagu yang dinyanyika oleh Katon Bagaskara. Terdapat beberapa tempat penginapan di sekitar spot Sunrise. Karena kami berangkat hari sabtu, maka pastinya akan banyak wisatawan yang berdatangan. Kami saat itu sampai pada sekitar pukul 14.00, sehingga kawasan sekitar masih belum ramai wisatawan. Kemudian kami memesan satu kamar di salah satu penginapan. Harga penginapannya waktu itu Rp 150.000 (Kalo ga salah harganya segini). Setelah itu saya makan dan terlelap tidur  karena lamanya perjalanan. Sementara teman-teman saya berdiskusi selama saya tertidur. 

Malam harinya wisatawan-wisatawan mulai berdatangan. Di antara mereka saya lihat ada yang menyewa kamar dan ada juga yang tidak. Semua wisatawan tersebut menunggu hingga pagi tiba untuk melihat Sunrise. Malamnya sebelum saya tertidur, saya menyempatkan waktu untuk belajar, karena hari senin besoknya ada ujian. 

Saya terbangun pukul 4.00 pagi. Karena rasa kantuk yang tak terbendung, saya berpikir untuk tidak perlu menyaksikan Sunrise. Namun, saya berpikir lagi, untuk apa saya jauh-jauh datang kesini. Akhirnya saya cuci muka dan membangunkan teman-teman saya. Sayangnya mereka tidak  bangun dan menyuruh saya untuk mendahului mereka. Kemudian sekitar pukul 4.30 saya pergi ke spot Sunrisenya. Karena masih satu kawasan, jarak ke spot Sunrise tidak terlalu jauh dari penginapan. Dari penginapan saya berjalan selama sekitar 5 menit ke spot dan disana sudah banyak wisatawan yang memadati spot Sunrise tersebut. Tidak lupa pedagang juga mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan di lokasi sekitarnya. 

Spot Sunrise
Spot Sunrise

Saat matahari terbit, saya melihat lautan awan yang menyelimuti Gunung Halimun Salak yang sangat indah. Hamparan awan tersebut terlihat seperti lautan yang menghubungkan pulau-pulau di sekitarnya. Pada momen tersebut saya mengabadikannya dengan video dan orang-orang di sekitar banyak juga yang mengabadikan momen tersebut dengan berfoto maupun video. Hamparan gunung yang luas dengan lautan awan membuat saya dan orang-orang sekitar saya merasa takjub akan keindahan alam Gunung Halimun Salak. Setelah itu, saya balik ke penginapan dan tak lupa saya ikut membantu perekonomian masyarakat setempat dengan membeli Nasi Uduk. 

Sebelum saya pulang, saya menyempatkan untuk tidur karena malamnya saya hanya tidur beberapa jam saja. Citorek bisa menjadi alternatif tujuan wisata yang dapat dipilih. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta serta akses jalannya yang tidak terlalu ramai dapat menjadi tujuan wisata bagi yang menyukai pemandangan pegunungan. Di perjalanan pulang, tidak lupa saya berfoto di daerah persawahan. 

Sawah di Dataran Tinggi
Sawah di Dataran Tinggi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun