Mohon tunggu...
MUHAMMAD AFIEF RAMADHANI
MUHAMMAD AFIEF RAMADHANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Edukasi Pencegahan Pernikahan Usia Muda kepada Remaja Tabunganen

3 September 2022   09:07 Diperbarui: 3 September 2022   09:12 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Proses Edukasi Pencegahan Pernikahan Muda (Dokpri)

Tabunganen, 2022- Jumlah kasus pernikahan dini di Indonesia mencapai 50 juta orang dengan rata-rata usia pernikahan 16 tahun. Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Jambi dan Jawa Barat termasuk daerah dengan angka pernikahan anak yang tinggi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa di antara faktor-faktor yang menyebabkan anak menikah di usia muda, yaitu rendahnya tingkat pendidikan, tradisi, ekonomi dan budaya, sulit untuk mengubahnya.(Metasari et al., 2022)

Instansi penegak hukum sering kali dikecewakan oleh tidak efektifnya praktik-praktik tradisional yang mengatur norma-norma sosial kelompok masyarakat. Faktor yang membuat pernikahan dini menjadi kebiasaan adalah ketakutan orang tua bahwa anak perempuannya tidak akan memiliki pasangan, tetapi pada saat yang sama, ada juga keinginan orang tua untuk menghilangkan beban keuangan pada anak perempuannya.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stunting adalah pernikahan dini. Pernikahan sendiri merupakan tahapan dimana seseorang harus lebih dewasa dari pada tahapan pranikah. Tahap pematangan ini merupakan bagian dari persiapan mental dan psikologis. Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan yaitu retardasi pertumbuhan.

Kaitan antara stunting dan pernikahan dini adalah ketika perempuan belum dewasa secara psikologis, masih remaja. Anda mungkin tidak memiliki cukup pengetahuan yang benar dan benar tentang kehamilan dan pengasuhan anak. Salah satu relevansinya adalah remaja memiliki kebutuhan gizi maksimal hingga usia 21 tahun. Karena itu, jika Anda menikah muda, tubuh ibu akan berjuang bersama bayi untuk mendapatkan nutrisi.

Jika nutrisi si ibu tidak mencukupi selama kehamilan, bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah dan sangat berisiko terkena stunting.

Maka dari itu pemerintah Barito Kuala bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin untuk membantu proses penurunan angka stunting di daerah Barito Kuala dengan disebarnya tim pengabdian masyarakat agar bisa memberikan wawasan dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya memenuhi gizi balita dan ibu hamil serta memberikann informasi bahayanya Stunting itu sendiri bagi anak balita.

Gambar 2. Siswa menyimak edukasi (Dokpri)
Gambar 2. Siswa menyimak edukasi (Dokpri)

Salah satu program yang baru diluncurkan oleh Dinas Kesehatan Barito Kuala ialah GEMADARLING, ini merupakan program kerja yang mengajak para remaja agar peduli stunting dengan cara minum obat tablet tambah darah secara rutin dan pencegahan pernikahan muda.

Sehingga program edukasi kami ini menunjang program pemerintah barito kuala dengan cara memberikan edukasi tentang bahayanya pernikahan muda serta memberikan informasi bahwa menuntut ilmu itu lebih penting.

REFERENSI :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun