Membangun sebuah ekosistem pendidikan yang mampu membudayakan nilai-nilai positif dan selaras dengan fitrah dan zaman membutuhkan sebuah akselerasi dan adaptasi. dalam menyikapi kontradiksi antara teori dan realita menjamur dan memunculkan sebuah fenomena analogi yang paradoks.Â
Dalam dunia pendidikan fenomena-fenomena analogi paradoks sering bermunculan hanya karena miskonsepsi dalam pembelajaran. diantara nya adalah konsep, nilai, visi dan budaya pendidikan serta  pembelajaran di sekolah. rekonstruksi dan revitalisasi menjadi sebuah solusi dalam mewujudkan pendidikan yang selaras dengan kurikulum medeka dan profil pelajar pancasila. koneksi yang sinergis antara konsep, nilai, dan visi menghasilkan sebuah budaya positif dalam pembelajaran dengan wujud pembelajaran diferensiasi. pembelajaran diferensiasi merupakan bentuk PBM di kelas yang menyesuaikan dengan kebutuhan siswa sehingga mampu mengoptimalisasikan bakat dan  minat siswa. bentuk pembelajaran ini menjadi solusi dalam menciptakan pendidikan yang mereduksi cita-cita bangsa dengan budaya Indonesia.  indikasi ini dapat dilihat pada elemen-elemen pembelajaran nya seperti:
(1) Setiap siswa dibedakan berdasarkan latar belakang pengalaman, budaya, bahasa, jenis kelamin, minat, tingkat kesiapan belajar, metode belajar, kecepatan belajar, support system (orang-orang yang siap siaga mendukung siswa), kesadaran diri, kepercayaan diri, kemandirian, dan lain sebagainya; (2) Perbedaan-perbedaan yang dimiliki siswa pasti mempengaruhi cara mereka belajar dan kerangka kerja yang mereka butuhkan dalam proses pembelajaran; (3) Guru bertanggung jawab memastikan semua siswanya menguasai materi konten; (4) Guru secara berkelanjutan harus membuat rencana spesifik dan berkembang agar para siswanya bisa terus terhubung dengan konten utama; (5) Selain memahami konten yang diajarkan, guru juga dituntut untuk dapat memahami semua siswanya; (6) Pendekatan yang fleksibel saat mengajar dapat menangani perbedaan setiap siswanya; (7) Guru harus terus merenungkan, "Apa yang paling dibutuhkan siswa saat ini agar dapat menguasai konten ini dan apa yang harus saya lakukan untuk mewujudkannya?(https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/memahami-diferensiasi-untuk-memimpin-kelas-berdiferensiasi)Â
Dalam filosofi kurikulum merdeka konsep utama pendidikan nya adalah filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD). berdasarkan elemen-elemen diatas pembelajaran diferensiasi mengadopsi konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD) yang didominasi dengan kodrat alam dan zaman yaitu menyesuaikan kebutuhan siswa, kurikulum, manajemen kelas, lingkungan dan  penilaian berkelanjutan.Â
Konsepsi yang menjadi ideologi pembelajaran diferensiasi diejawantahkan dalam bentuk nilai dan peran guru penggerak, diantara komponen yang dominan adalah nilai inovatif, kreatif dan berpihak pada murid sedangkan prinsip yang dominan adalah prinsip mewujudkan kepemimpinan murid. kombinasi nilai dan peran zini memantik guru untuk mengeksplorasi dan mengarahkan siswa pada bakat dan minat nya, sehingga dikemudian hari minimal mereka mampu memahami kelebihan dan kekurangan pada diri mereka dan menjadi pribadi yang profesional pada pekerjaan dan pendidikan lanjutannya
Lulusan-lulusan pendidikan ini akan menjadi pondasi masa depan bangsa yang sesuai dengan visi pendidikan Indonesia pada 2020-2035 yaitu membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila(https://nasional.tempo.co/read/1440958/nadiem-revisi-draf-peta-jalan-pendidikan-2020-2035-frasa-agama-dipastikan-ada)
Koneksi antara ideologi, implementasi dan visi memproduksi sebuah stigma positif di lingkungan pendidikan. melalui pembelajaran diferensiasi akan meningkatkan motivasi dan keyakinan elemen-elemen pendidikan khususnya mengikis kesan negatif yang ada pada kurikulum merdeka. budaya positif ini meresonansikan aksi nyata untuk mewujudkan pendidikan yang menyesuaikan fitrah dalam menyongsong perkembangan zaman
Bercermin pada keseluruhan penjelasan diatas maka pembelajaran diferensiasi merupakan wujud Pembelajaran yang ideal. meskipun implementasi di lapangan disesuaikan dengan situasi dan kondisi setiap daerah. adaptif dan kreatif merupakan kata kunci dalam keberhasilan pembelajaran diferensiasi. sehingga hal ini memberikan sebuah tantangan bagi seluruh pendidik untuk mampu merekonstruksi dan menunjukan eksistensinya sebagai pilar dan pondasi pendidikan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H