Cara seseorang berbicara dapat digunakan untuk menilai mereka. Ketika seseorang berkata kotor, orang lain mungkin langsung menilai orang itu tidak sopan atau memiliki tata krama bahasa yang buruk. Sebaliknya, ketika seseorang berbicara secara etis, orang lain akan menganggap bahwa mereka adalah orang yang beretika dan sopan santun.Â
Tentu saja, tidak ada orang yang ingin dianggap buruk oleh orang lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan kata-kata yang sopan untuk memaafkan orang lain karena salah menilai kepribadian kita. Para pemimpin negara masa depan harus memiliki etika berbahasa yang baik, bukan hanya untuk imajinasi, tetapi juga agar orang asing mau mempertahankannya dan membantunya berkembang menjadi negara yang benar-benar makmur.
Kecenderungan remaja untuk menggunakan bahasa kotor ketika berbicara dengan teman atau orang asing adalah faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan kesantunan berbahasa di antara kelompok usia ini. Remaja memiliki budaya atau dikondisikan untuk sering menggunakan kata-kata kotor dalam percakapan.Â
Mungkin saja hubungan mereka cukup dekat sehingga mereka dapat berbicara dalam bahasa tersebut tanpa mengalami masalah apa pun. Namun, ini menjadi situasi yang sangat meresahkan jika Anda berada di antara orang-orang, terutama orang tua. Interaksi sosial reguler remaja dengan orang-orang ini adalah komponen kedua yang berperan dalam masalah ini.Â
Remaja akan terpengaruh dan secara alami akan bergabung menggunakan bahasa kotor ketika berbicara dengan teman-teman mereka, meskipun remaja tersebut berasal dari perdesaan. Jika tetap bergaul dengan remaja dari kota-kota besar yang kesopanan dalam berbahasa mulai terkikis, secara tidak langsung remaja tersebut akan ikut terpengaruh.Â
Fenomena tuturan yang diucapkan oleh seseorang remaja kepada sahabatnya:
Arga : "mau pergi kemana tolol?"
Jihan : "kerumahnya saudaraku"
Arga : "woiii tolol kenapa kau lewat jalan situ"? Â
Jihan: "pergi beli pulsa di konter baru terus ke rumah saudaraku"
Wacana pada contoh di atas terfokus pada kata miring, tolol yang berarti bodoh. Jika dikait-kaitkan secara harfiah kata tolol berarti bodoh, namun dalam dialog di atas, bukan memanfaatkan makna aslinya, melainkan sebagai bahasa kedua yang sering digunakan remaja dalam interaksi sehari-hari.