Salatiga, Pengelolaan sampah yang sudah berjalan di Kota Salatiga hampir sama dengan pengelolaan sampah di kota-kota lainnya yang mayoritas masih masih menggunakan metode kumpul- angkut-buang dan dilaksanakan oleh pemerintah bekerjasama dengan masyarakat. Penumpukan sampah di TPS menjadi masalah utama dan umum terjadi, sehingga memerlukan analisa mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Akar permasalahannya selain perbedaan pengelola sampah, penjadwalan dan SOP (Standart Operational Procedure) terkait waktu standar pengelolaan sampah belum ada. Pengelolaan sampah secara teknis mulai dari pemindahan, pengumpulan dan pengangkutan sampai kepada TPA memerlukan waktu tertentu yang menandakan kinerja proses pengelolaan persampahan.
Semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mengelola sampah dari sumber sampah sampai ke TPA berarti semakin baik juga kinerjanya baik sarana, prasarana, SDM dan yang lainnya. Demikian sebaliknya, ada kalanya TPS yang notabene tersebar di seluruh wilayah perkotaan, memiliki waktu jeda bersih dari sampah sehingga pekerja yang ada didalamnya bisa dioptimalkan, secara estetika TPS dapat “menyatu” dengan pemukiman dan terjamin dari segi kesehatan.
Sedangkan dalam Penanganan sampah merupakan isu yang kompleks, melibatkan berbagai dimensi filosofis dan praktis. Dalam konteks ini, analisis ontologi, epistemologi, dan aksiologi memberikan kerangka yang holistik untuk memahami dan mengelola sampah secara efektif.
Dimensi Ontologi dalam pengelolaan sampah dimensi ontologi berfokus pada hakikat dan realitas sampah itu sendiri. Sampah bukan hanya material sisa yang perlu dihilangkan, tetapi juga merupakan hasil dari aktivitas manusia yang mencerminkan pola konsumsi, produksi, dan kebiasaan masyarakat.
Sampah juga memiliki dimensi fisik yang terlihat, seperti limbah organik dan anorganik, tetapi juga dimensi sosial yang mencerminkan struktur sosial dan budaya masyarakat. Misalnya, peningkatan jumlah sampah di TPS Kembang Arum menunjukkan adanya perubahan perilaku konsumsi yang belum diiringi oleh pengelolaan yang efektif.
Dimensi Epistemologi memahami pengetahuan tentang sampah, dimensi epistemologi berkaitan dengan cara manusia memperoleh pengetahuan tentang sampah dan pengelolaannya. Dalam konteks ini, pengumpulan data, survei, dan penelitian sangat penting untuk memahami karakteristik limbah dan perilaku masyarakat terkait sampah.
Yang menunjukkan bahwa di TPS Kembang Arum, Kota Salatiga, masih terdapat kesenjangan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan limbah secara berkelanjutan.
Sedangkan aksiologi nilai dan etika dalam pengelolaan sampah, dalam dimensi aksiologi menekankan pentingnya nilai dan etika dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah yang efektif tidak hanya bertujuan untuk mengurangi volume limbah, tetapi juga untuk menciptakan kesadaran masyarakat terhadap nilai lingkungan yang berkelanjutan.
Dalam Pedoman Teknis Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK, 2023) ditekankan bahwa pentingnya membangun sistem pengelolaan berbasis partisipasi masyarakat.
Kajian ini bertujuan untuk menggali bagaimana dimensi ontologi, epistemologi, dan aksiologi dapat diterapkan dalam pengelolaan sampah di TPS Kembang Arum. Melalui pendekatan ini, diharapkan tercipta kerangka pengelolaan sampah yang tidak hanya efektif secara teknis, tetapi juga etis dan berkelanjutan secara sosial-ekologis.