Mohon tunggu...
muhammad abrar
muhammad abrar Mohon Tunggu... Human Resources - mahasiswa ilmu komunikasi universitas andalas

hobi saya membuat design logo dan adverstismen.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampung Sanjai yang Terancam Punah

2 November 2022   23:10 Diperbarui: 2 November 2022   23:15 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan berbagai tempat destinasi wisata yang sangat menarik bagi wisatawan asing maupun bagi warga negara Indonesia sendiri. Salah satu yang sangat menarik minat wisatawan, baik itu asing ataupun lokal adalah kota wisata di Sumatera Barat, Kota Bukittinggi.

Pada tanggal 11 Maret 1984, Kota Bukittinggi dicanangkan sebagai Kota Wisata dan Daerah Tujuan Wisata Utama di Sumatera Barat. Kemudian, sesuai Perda Nomor : 25 tahun 1987, Kota Bukittinggi ditetapkan sebagai daerah Pengembangan Pariwisata Sumatera Barat. 

Berangkat dari kondisi alam dan geografis ini, maka ditetapkanlah gagasan untuk mengembangkan kawasan wisata baru dimana menawarkan wisata alternatif di Bukittinggi yang diharapkan menjadi ikon kota wisata yaitu Kampung Sanjai yang berada di Kelurahan Manggis Ganting pada tahun 2011.

Kampung Sanjai ini menjadi salah satu lokasi utama yang dijadikan sebagai destinasi pengunjung wisata yang berkunjung ke Bukittinggi. Kampung Sanjai ini menjadi agak berbeda dengan tempat wisata lainnya di Bukittinggi. Hal ini dikarenakan di Kampung Sanjai memiliki kelebihan tidak hanya di keindahan alam lokasi saja, tapi juga wisata pengalaman. 

Artinya, pengunjung dapat langsung belajar cara-cara membuat sanjai, bordiran, sulaman, makan bajamba, serta penginapan di rumah warga yang dijadikan homestay (penginapan). Dan juga pada Kampung Sanjai ini, persawahannya dimaksimalkan menjadi atraksi wisata. Dimana wisatawan dapat mencoba langsung bagaimana cara menuai padi dengan cara tradisional dan membawa pulang hasil beras tersebut. 

Selain itu, Wisatawan juga dapat melihat proses kerajinan bordir kerancang khas Bukittinggi. Potensi -- potensi yang ada pada Kampung Sanjai, bisa menjadikan desa wisata ini menjadi salah satu objek wisata baru di Kota Bukittinggi (www.wego.co.id, 2016).

Namun seiring berjalannya waktu,  setelah dua tahun lebih keberadaan Kampung Sanjai hingga saat ini sudah redup. Dari yang awalnya memiliki banyak tungku untuk pembuatan sanjai sekarang Kampung Sanjai hanya memiliki lima tungku yang masih aktif beroperasi di Kampung Sanjai tersebut dan ini sangat berbanding terbalik dengan beberapa tahun sebelumnya dimana wisatawan dapat menyaksikan langsung proses pembuatan keripik sanjai (singkong) di tempat ini. 

Sebelumnya, ada banyak ibu-ibu yang mengupas singkong, mengiris, menggoreng, membumbui, dan mengemas dengan peralatan yang masih peralatan sederhana dan penggunaan peralatan untuk melakukan proses produksi masih didominasi oleh tenaga kerja manusia, sehingga produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai merupakan faktor penentu dan produk utama yang dijual sendiri adalah keripik dengan varian dua rasa yaitu, asin dan pedas. 

Dimana terbuat dari ubi khusus dengan ketahanan lama berbeda dengan sanjai lainnya. Karena faktor bahan baku adalah faktor yang sangat mempengaruhi hasil produksi.

Dari perspektif saya sebagai salah satu Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang medalami Public Relation, salah satu faktor penyebab tidak lagi dikenalnya Kampung Sanjai ini adalah kurangnya branding yang dilakukan oleh Pemerintah Bukittinggi maupun dari masyarakat lokal itu sendiri. 

Dimana seperti yang bisa kita lihat sendiri ketika kita sudah memasuki daerah Kota Bukittinggi, banyaknya toko -- toko sanjai yang berada di pinggir jalan sehingga membuat para wisatawan yang sedang berlibur ke Bukittinggi akan memilih untuk membeli keripik sanjai dari toko -- toko tersebut karena tidak mengetahui bahwa ada sebuah tempat yang bernama Kampung Sanjai dimana mereka bisa melihat sendiri proses pembuatannya.

Selain itu, ada beberapa hambatan dalam melakukan promosi dari Kampung Sanjai di Bukittinggi ini. Hambatan itu antara lain adalah telah berkembangnya citra dan reputasi Keripik Sanjai daerah lain di masyarakat seperti di Kota Payakumbuh. 

Reputasi merupakan representasi kolektif dari tindakan dan hasil di masa lalu yang mendeskripsikan kemampuan mengirimkan hasil yang bernilai dimata stakeholders. 

Tidak hanya reputasi daerah, melainkan juga sama halnya dengan reputasi sebuah brand produk sanjai yang dapat dengan mudah mengalahkan produk Kampung Sanjai ini, seperti halnya Sanjai Nita. Brand merupakan persepsi yang dihasilkan dari pengalaman dengan, dan informasi tentang sebuah produk atau perusahaan. Perlu dipahami bahwa brand melekat dalam benak dan hati pelanggan (Prayudi, 2016).

Eksistensi Kampung Sanjai ini bisa di perbaiki dengan menggunakan media, baik itu media konvensional maupun media online. Dalam hal ini diperlukan promosi yang cukup pesat dengan pemanfaatan media sebagai sarana pemasaran produk atau brand. Begitu juga dengan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam pengembangan usahanya. 

Di zaman dimana kita hanya perlu mengangkat jari kita untuk mecari semua informasi, tentunya hal ini akan sangat membantu eksistensi Kampung Sanjai dan menarik minat para wisatawan yang sedang berkunjung ke Kota Bukittinggi.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bukittinggi kemudian sadar akan perlunya usaha mengangkat kembali Kampung Sanjai yang sudah lama terbenam tersebut. Pemerintah berupaya untuk mulai melakukan rebranding dengan menaikkan nama daerah disana yaitu Kampung Sanjai dengan istilah Wisata Kampung Sanjai. 

Dengan menggunakan beberapa strategi branding dan upaya marketing yang maksimal, pemerintah bertujuan dengan penggunaan Wisata Kampung Sanjai ini, wisatawan akan tertarik untuk mengunjuginya dan secara otomatis tertarik untuk membeli produk asli Kampung Sanjai yaitu Keripik Sanjai dimana akan berdampak pada perekonomian masyarakat Kampung Sanjai.

Dalam hal tersebut, saya sangat menyetujui usaha dari Pemerintah Kota Bukittinggi dalam melakukan rebranding Kampung Sanjai kepada para wisatawan baik itu wisatawan asing maupun lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun