Mohon tunggu...
Muhammad abdul Rolobessy
Muhammad abdul Rolobessy Mohon Tunggu... Jurnalis - Editor

Bahasa mati rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mencintaimu Tanpa, Berhenti

20 Agustus 2024   06:43 Diperbarui: 20 Agustus 2024   08:26 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk cinta yang tak bisa ku jelaskan, Pada rindu tak bisa ku ucapkan, Namun hanyalah pada bait bait puisi ini yang bisa ku tulis bersama doa-doa saat aku mencium lantai meminta restu sang pencipta. Aku selalu yakin cintaku tak akan pernah menjadi kelopak mawar yang layu, yang gugur saat di tiup angin, pada musim kemarau tiba.


Saat aku mencintaimu hari-hariku nampak ramai sekali, ada apa dengan kita, yang cintanya melarikan diri. Menelusuri mimpi?
Mencaci maki, Atau meludahi bahkan sampai berkelahi karena rindu yang mendunia. Mencintaimu adalah mati yang hidup kembali.

Larut-larut sajak berkeliaran, mencari di mana tempat nya menetap.
Di mana tempatnya menemukan kasih sayang.
Apakah di selokan got?
Ataukah di tempat tikus-tikus berkeliaran ?                                                    mungkin saja, di lorong para penjahat menyembunyikan cinta mereka.

Tetapi pada tempat ini aku sembunyi dan tidur tenang. Mimpi yang selalu aku nantikan.Aku hanya bisa berkata jujur. terhadap cinta yang tak akan pernah berhenti, atau mati.

Namun sejujurnya kejujuran bermain mata dengan liar. entah perempuan asmara, agama,  dan politik.                             Bilamana surga dan neraka, lari menuju nikmat di atas kulit lida yang bernyala.

Tanpa dosa.                                                   Tanpa hikmat.                            Menumbuhkan karang-karang gigi.   Menghidupkan kuman-kuman berkecambah, dan semua manusia telah mati Cintanya. menjadi Rahan-rahan yang gugur. membusuk menjadi lahan-lahan tandus.

Sedangkan kita, bertemu mulut dan bibir berseri sang pencipta. Dengan dalil yang paling suci kita ucapkan bersama-sama.    Maukah, kau bersamaku selamanya,tanpa luka dan duka.

Kutipan:

"Puisi ini sengaja beta tulis, untuk seseorang perempuan berdarah laut.  Matanya bagiku adalah kehidupan yang paling tenang ketika beta memandangnya, tidur dan juga berenang di dalamnya." 

"Beta terlalu akrab untuk katong yang sudah terlanjur asing. Yah; hanya puisi yang bisa beta abadikan. beta punya rasa kedalam yang dimana dia gagal menyelam bersama-sama" 

           

Sumber penulis: M. Abdul Rolobessy

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun