SAYA-ia, itu beta. Menelusuri cerita-cerita tanpa henti dan mati. Kuburan bagi beta adalah tempat yang ramai. Dan dunia adalah kesunyian tanpa memiliki. Kenapa dia perempuan berdarah bangsawan itu tak kunjung datang dengan secara tiba-tiba. Ada apa dengan cinta dan permainya dunia. Entahlah.
Beta hanya bisa bercerita, setalah pagi tiba, dan ufuk dunia tercipta kepada beta di dunia. Beta bisa melihat sebuah ilustrasi gambar ibu dan ayah di mata. Kakek nenek dan kerabat. Namun, Mereka memiliki cinta yang tak beta bisa memiliki. Kenapa, perempuan berdarah suci, kasta, tahta, dan Rahwana itu, tak kunjung beta miliki? Dunia beta anggap sebagai ilusi pelarian diri. Sebut saja. Cinta tanpa harus memiliki.
Malam yang akrab dan tulisan sebagai cerita, dengan segelas kopi dan  beta nyalakan juga sebatang rokok Marlboro, beta hembuskan perlahan asapnya. Namun, itu hanyalah kabut yang menutup mata. Yang jelas setelah kabut adalah dia. "Perempuan yang tak bisa beta gapai secara batin dan ilmu naluriah. Selamat malam untuk tinta dan cinta seseorang wanita".Â
Ambon.08 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H