Mohon tunggu...
Muhammad Abdul Majid
Muhammad Abdul Majid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Saya adalah seorang mahasiswa di perguruan tinggi, saya memiliki hobi bermain game dan memiliki minat mengenai Pendidikan, konten yang saya buat adalah mengenai Pendidikan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menginterasikan Seni dalam Kurikulum Sekolah Dasar

13 Oktober 2024   15:30 Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:07 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh : Muhammad Abdul Majid (Mahasiswa semester 5 PGSD UNNES) dan Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd. (Dosen PGSD FIPP, Universitas Negeri Semarang)

Pendidikan seni di tingkat sekolah dasar sering kali dipandang sebagai suatu aspek pelengkap yang tidak terlalu penting, padahal sebenarnya peran seni jauh lebih signifikan daripada sekadar hiasan dalam proses pendidikan. Seni memiliki kemampuan yang luar biasa dalam membentuk karakter, membangun kepribadian, dan mengembangkan kecerdasan anak. Dalam konteks pendidikan yang semakin kompleks dan beragam, seni bukan hanya sekadar sarana untuk mengekspresikan diri, melainkan juga merupakan media yang efektif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran seni seharusnya dipandang sejajar dengan mata pelajaran inti seperti matematika dan bahasa, terutama dalam era pendidikan saat ini yang menekankan pada pengembangan keterampilan abad ke-21, yang meliputi kolaborasi, komunikasi, dan inovasi.

Sejak diberlakukannya Kurikulum Merdeka Belajar, terdapat peluang yang sangat besar bagi institusi pendidikan untuk mengintegrasikan seni lebih mendalam ke dalam proses belajar-mengajar sehari-hari. Seni dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai keterampilan penting, seperti kemampuan kolaborasi, komunikasi yang efektif, serta penyelesaian masalah merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dunia nyata. Namun, masih banyak sekolah yang terjebak dalam pendekatan konvensional, di mana seni hanya dipandang sebagai pelajaran tambahan yang tidak memiliki hubungan erat dengan tujuan pembelajaran lainnya. Pendekatan semacam ini jelas perlu diubah, karena tidak sejalan dengan kebutuhan dan harapan pendidikan modern.

Seni, dalam berbagai bentuknya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mengembangkan kemampuan berpikir divergen, yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai kemungkinan solusi dari satu masalah. Kemampuan berpikir divergen ini sangat relevan dengan konteks pendidikan masa kini yang mengutamakan kreativitas dan inovasi sebagai kunci utama dalam mempersiapkan anak-anak menghadapi tantangan di masa depan. Selain itu, pendidikan seni juga membantu anak-anak dalam memahami diri mereka sendiri, mengenali emosi yang mereka rasakan, serta belajar untuk menghargai perbedaan budaya dan perspektif yang ada di sekitar mereka.

Di tengah kemajuan teknologi yang bergerak begitu cepat, di mana kecerdasan buatan dan otomatisasi semakin mendominasi banyak aspek kehidupan, seni justru menjadi semakin penting. Meskipun kecerdasan buatan mungkin dapat menggantikan pekerjaan manual dan analitis, kreativitas tetap menjadi domain eksklusif manusia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa pembelajaran seni di sekolah dasar tidak diabaikan atau hanya dianggap sebagai aktivitas selingan yang kurang bermakna. Sebaliknya, seni harus diintegrasikan ke dalam mata pelajaran inti lainnya, sehingga anak-anak dapat belajar dengan cara yang lebih holistik, interdisipliner, dan terintegrasi.

Sebagai contoh, dalam pelajaran bahasa, siswa dapat diminta untuk membuat puisi atau cerita pendek yang menggambarkan pengalaman pribadi mereka, sehingga mereka dapat mengasah kemampuan bercerita dan menuangkan ide-ide mereka dengan cara yang menarik. Dalam pelajaran sains, seni dapat digunakan untuk menggambarkan proses ilmiah, membantu anak-anak memahami konsep-konsep abstrak dengan lebih baik melalui visualisasi yang kreatif. Melalui pendekatan yang inovatif ini, anak-anak akan belajar bagaimana mengaitkan ide-ide, mengembangkan narasi, dan menerjemahkan gagasan abstrak menjadi bentuk yang lebih mudah dipahami oleh orang lain.

Dengan demikian, seni bukan hanya sekadar urusan keindahan atau ekspresi diri, tetapi juga merupakan alat yang ampuh untuk mengembangkan kemampuan kognitif, emosional, dan sosial siswa. Pendidikan seni di sekolah dasar, jika diterapkan dengan benar dan menyeluruh, dapat menjadi fondasi yang kokoh dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kreatif, adaptif, dan memiliki daya inovasi yang tinggi. Investasi dalam pendidikan seni adalah investasi yang tak ternilai bagi masa depan pendidikan dan masyarakat kita secara keseluruhan.

Sebagai bangsa yang kaya akan warisan budaya yang beragam, sudah saatnya kita memberikan perhatian yang lebih besar pada pembelajaran seni di tingkat sekolah dasar. Saat ini adalah momentum yang tepat untuk menyadari bahwa seni merupakan bagian integral dari pendidikan yang mampu membentuk generasi yang kreatif, inovatif, dan tangguh dalam menghadapi tantangan di masa depan. Mari kita bersama-sama mengupayakan agar pendidikan seni menjadi bagian penting dari kurikulum, demi menciptakan generasi yang mampu menghadapi dunia dengan penuh percaya diri dan kreativitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun