Saya akan sampaikan sebuah rahasia kepada kalian. Rahasia ini mengungkapkan dirinya pada saya ketika sedang bermimpi. Berulang-ulang datang ke dalam mimpi saya. Saya tidak tahu siapa yang mengirim mimpi itu. Tetapi yang jelas, mimpi itu sangat meragukan saya: serentetan peristiwa dengan berbagai tokoh yang berbicara kepada saya.
Pernahkah kalian membaca perihal Adam dan Hawa yang terusir dari surga? Tidak, mereka sebenarnya tidak terusir. Mereka secara sadar menginginkan dirinya untuk tinggal di bumi. Lalu, apa alasan mereka tinggal di bumi? Karena bosan. Ya, hanya karena bosan berada di surga. Sejak mula diciptakan, mereka layaknya raja dan ratu yang selalu dilayani. Apapun yang mereka inginkan, tinggal berkata maka terwujudlah. Kata-kata yang diajarkan melalui pengenalan terhadap benda-benda. Mereka pergi ke bumi karena ingin mencari suasana yang lain. Ya, hasrat untuk mengenal yang lain di luar surga.
Mereka terlempar ke bumi berbekal pengetahuan tentang nama-nama benda. Banyak benda di bumi yang belum mereka kenali, maka mereka beri nama benda itu secara mandiri. Ya, mereka harus mandiri. Tanpa kemandirian, maka mereka hanya menunggu mati. Mati? Ah, kata ini adalah kata pertama yang mereka ciptakan di bumi yang tidak merujuk kepada benda.
Setelah berkeliling mengitari sebagian kecil dari bumi, hal pertama yang Adam dan Hawa rasakan adalah lapar. Mereka mengucap berbagai jenis makanan di surga, tapi makanan itu tak kunjung tiba. Berulang-ulang mereka ucapkan bagai merapal mantera, tetap jua tak ada santapan surga di hadapan mereka. Bingung dan cemas, Adam mengorek-orek tanah di sisi sebuah pohon tempat mereka berteduh. Mengorek-orek dengan tangan dan kakinya. Sedang Hawa tetap bergeming sembari komat-kamit merapal makanan dari surga.
Sesaat menjelang putus asa, seekor burung yang belum di kenal namanya, hinggap di ranting pohon yang rimbun buahnya. Buah yang tentunya belum dikenal oleh Adam dan Hawa. Burung itu mematuki buah hingga berlubang dan menelan bijinya. Seperti mendapat ilham, seketika Adam dan Hawa berebut meraih buah di pohon itu dan langsung memakannya. Buah berwarna merah yang asing rasanya namun mampu menghilangkan lapar sekaligus dahaga. Burung yang belum dikenal namanya itu, memberi pelajaran pertama kepada Adam dan Hawa tentang memperoleh makanan di bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H