Bumi yang kita tinggali terdiri dari semacam nebula. Gas-gas yang tersimpan di perut bumi yang terus mengembang dan mendesak keluar. Sehingga bumi akan hancur dan isinya berhamburan. Bumi dan planet dalam tata surya kita beredar di angkasa mengelilingi matahari, “bisa kita bayangkan seandainya suatu saat nanti keseimbangan tidak ada lagi maka bumi beserta planet-planet lainnya akan saling bertabrakan.”
Mengingatnya mendorong kita untuk berbuat baik, merasa optimis memandang kehidupan. Berharap memperoleh keadilan hakiki menjadi kenyataan. Mempelajari alam sebelum semua diciptakan membawa kita pada kehidupan di dalam kandungan, bertambah syukur terlahir di dunia. Menjalaninya sepenuh usaha, melalui cinta sebagai hadiah hati. Sampailah kita jatuh hati pada sebuah pandangan, menginginkan namun tidak bisa memberi. Disibukkan hari dengan bekerja, mengingat, dan melihat. Ketenangan keluarga penuh cinta, serta saling menyayangi, anak-anak terlahir penuh damai, berlarian segenap harapan. Terkumpulah kehendak mengikuti teladan mulia menuju sebuah pernikahan, mengharap keberkahan.
Tiap malam kita menulis hari, tentang apa yang telah dijalani. Menggandeng pagi memikirkan sesuatu yang seharusnya ada, sesuatu yang esok akan dikerjakan. Tak lupa ada larangan, yang tidak boleh diharapkan. Yaitu karena darah, nasab atau keturunan, karena pernikahan, se asi atau sesusuan, 2 perempuan sekandung atau seorang perempuan bersama bibinya. Sedangkan karena pernikahan adalah mertua, ibu dari ibu mertua, menantu, ibutiri, dan anak tiri. Dan tidak boleh karena persusuan ada ibu yang menyusui, saudara sesusuan, serta ibu dari ibu yang menyusui.
Ada pula sesuatu yang tidak bisa diindera dan tidak bisa dijangkau oleh akal kecuali Pencipta ruh. Kita meyakini ada hari akhir, saat raga kita terkubur dalam pemakaman. Sementara jiwa kita memasuki sebuah ruang menunggu kerusakan kecil, sampai datangnya goncangan. Dimana kita dibangkitkan, kemudian dikumpulkan di tempat yang Maha luas dan dihitunglah tiap hal. Mengenai keburukan dan kebaikan dalam buku rekaman, semua dalam timbangan sebelum adanya keputusan pembalasan.
Senyum pada tempat kediaman yang kekal, damai, dan nikmat. Pada tempat yang paling dalam, api menyala-nyala, mengoyak kulit, membakar, mengelupaskan kulit kepala sampai ke ulu hati. Sebaris kalimat kala kita sendiri, dukungan ketika kita di bawah, seorang teman saat kita sedang mencari. Lagu ketika kita senang, sebuah melodi jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H