Kalau aku ke tepian sungai, ku bonceni tubuh tambunmu di sepedahku ini
Biar kita habiskan waktu memandangi riak-riak mengilap berbalut sang surya sesorean
Kalau singgah di padang rumput di balik bukit yang hijau, ku ajak kau duduk berdampingan
Biar ku ceritakan tentang rupa-rupa  sambil berangkulan
Namun hari ini kau pergi, pelan berjalan jauh dan membalikan badan
Di ujung jalan persimpangan , kau lembaikan tangan tanda perpisahan
Kau pergi selamanya, ya selamanya
Sebelum sempatku kecupi tanganmu
Sebelum terucap sekata perpisahan
Sebelum kupandangi wajahmu sekejapan
Sebelum ku bisikan maaf dan segala penyesalan
Kini kau benar-benar pergi
biar kan aku terdiam
Menangkap kenangan yang bergelayutan laksana jejaring laba-laba
Merasakan setiap  hal yang pernah kita lalui,kita temui
Tentang cintamu yang tulus tak pernah kusam
Tentang perhatian yang penuh seisi hatimu
Lalu aku tertunduk, betapa dulu ku acuh kepadamu
Belum sempat ku membuatmu benar-benar  tersenyum
Kemudaian sesal membenamkan ku kejurang kehampaan
Aku didekap kekecawaan yang sungguh
Kecewa pada diriku sendiri
Yang terlalu naïf pada kasihmu
Terlalu bebal pada buai dan rindumu
Namun apalah arti sekarang
kau tlah pergi
Yang tertinggal hanyalah bayangan mu  dengan segala wewangian bunga-bunga
Dan seonggok diri khilaf ini
Di belenggu  ribuan rasa penyesalan sepanjangan
Selamat jalan
ruang penyesalan, Mei 2015
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI