Cabe – Cabean memiliki makna konotasi negatif. Ia dikenal sebagai remaja perempuan yang sering keluar malam dengan mengenakan pakaian ketat dan minim. Terkadang mereka diajak berbuat seks oleh para pria. Kebiasaan lain yang sering dilakukan cabe-cabean adalah bonceng tiga, dengan menggunakan celana pendek. Selain itu cabe cabean juga sering diartikan sebagai Anak Baru Gede (ABG) yang menjadi bahan taruhan dalam balap liar. Usia cabe-cabean ini berkisaran 13 hingga 18 tahun Setatus pendidikan kebanyakan dari SMP – SMA.
Pada saat sekarang ini cabe-cabean tidak sulit untuk ditemukan (observasi daerah samarinda), yang membuat penyebarannya terjadi begitu cepat. Hal ini dikarenakan banyaknya tempat hiburan, tempat nongkrong dan arena balapan liar, yang menjadi tempat berkumpulnya para cabe-cabean atau ajang mereka untuk menunjukkan eksistensi mereka.
Cabe-cabean ini pun memiliki golongan atau tingkatan perilaku yang menyesuaikan area pergaulan mereka dan tren yang ada pada geng (kelompok) mereka. Hal ini juga bisa dibilang sebagai ajang mencari pengakuan jati diri terhadap geng atau perkumpulan mereka.
Mereka pun tidak menyadari akan resiko yang mereka hadapi, hal-hal yang merugikan diri mereka sendiri bahkan tidak menutup kemungkinan merugikan pihak lain.
Akibat kehadiran cabe-cabean ini lah yang menjadikan para remaja (laki-laki) bahkan lelaki hidung belang / “om genit”, memanfaatkan mereka (cabe-cabean) sebagai pemuas nafsu seks mereka. Hal ini pula yang menjadi masalah tambahan bagi para warga/masyarakat yang terganggu akan perilaku yang mereka (cabe-cabean) timbulkan.
Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi pola pikir dan sikap sosial bagi orang-orang yang berada disekitarnya, terjadinya keresahan masyarakat akan permasalahan yang mereka timbulkan. Semakin maraknya pergaulan liar yang menjurus kepada seks bebas, cara berpakaian yang tidak pantas untuk dilihat khalayak yang ada disekitarnya.
Permasalahan seperti ini dapat memberikan dampak buruk bagi generasi muda yang akan datang/selanjutnya, bahkan menjadi hal yang sulit untuk menemukan solusinya akan maraknya cabe-cabean tersebut. Untuk saat ini bahkan kedepannya peranan para orang tua sangat dibutuhkan didalam menjaga atau mendidik para buah hati mereka yang meranjak remaja, agar tidak terjerumus kedalam pergaulan yang liar seperti ini. Tidak kalah penting juga peranan masyarakat untuk mempersempit ruang gerak mereka bahkan tindakan - tindakan yang mampu membuat penyebaran mereka terhenti dengan bekerja sama kepada pihak yang berwenang (polisi) dalam melaporkan hal-hal yang mencurigakan atau meresahkan atas apa yang mereka lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H