Mohon tunggu...
Muhammad Rasyid Ridho
Muhammad Rasyid Ridho Mohon Tunggu... Guru - Mengabdi di Pondok Pesantren Al-Ishlah. Suka membaca dan menulis. Suka mengajak orang baca buku dan menulis. Suka jualan buku. Menulis banyak tulisan di media massa cetak ataupun online. Telah menulis belasan buku antologi dan satu buku solo kumpulan puisi "Kita Adalah Cinta."

Lahir di Bondowoso. Tepatnya 3 Januari 1991. Saat ini banyak menulis resensi buku, dan menerima permintaan menulis resensi/ review buku dari penerbit atau penulis. Email: penulispembelajar@gmail.com Blog Buku: ridhodanbukunya.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku Malu Padamu Wahai Rasulullah

19 Juni 2010   18:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:25 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di semesterkedua ini, aku mengajar Tarikh islam dan Muhadatsah, Kali ini jam mengajarku semakin sedikit, alhamdulillah. Tetapi menurutku, mengajar tarikh islam lebih sulit dan berat karena beban moralnya terhadap santri. Karena memang aku baru sadar ternyata mengajar tarikh bukan sekedar bercerita tentang kelahiran hingga kematian Muhammad Saw, tapi juga mengambil dan menyimpulkan hikmah di setiap kejadian dalam jejak-jejak hidup beliau. Yang kemudian seharusnya memberikan semangat (jihad) dan hidup lebih baik dalam berislam. Mengajar tarikh islam juga lebih memberikan aku penyadaran tentang arti sejarah dan tentunya lebih-lebih sejarah tentang Rasul Allah, Muhammad SAW, yang dulu sempat aku abaikan saat masih sebagai santri, bisa disebut sesuatu yang riskan.

Aku merasakan bahwa aku masih belum paham benar, bagaimana sejarah islam. Khususnya, sejarah sejak kelahiran Nabi hingga wafat, apalagi sejarah tentang sahabat Rasul. Akhirnya, aku memutuskan untuk membaca kembali sirah nabawiyah terlebih dahulu ketimbang bacaan-bacaan lainnya, kecuali Al-Qur’an must read it always.

Aku menargetkan, seminggu aku selesai membaca sirah nabawiyah Muhammad Sa’id Ramadhan El-Buthy. Kemudian aku, akan membaca sirah-sirah karangan penulis lainnya. Termasuk sebuah novel tentang Rasulullah karya anak negeri yang tak ada meragukan karya-karyanya sebelumnya. Dialah Tasaro GK yang Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan (MLPH).

Sebuah novel tentang Muhammad yang sangat menyentuh sekali, tata penuturannya yang memesona, penggambaran kejadian hidup lelaki yang mulia yang sangat detail. Aku banyak tertuntun dari novel ini, karena begitu banyak pelajaran yang berharga. Sebuah sirah nabawiyah yang lebih menurutku, karena penyajiannya begitu nyastra.

Bukan hanya itu, kelebihan novel ini sangat banyak. Termasuk di hadirkannya seorang dari alam imajinasi, Kashva. Yang di katakan sebagai sastrawan dan ulama muda bangsa Persia yang sangat di segani karena kadar ilmunya yang lebih waktu itu. Kisah yang menceritakan dia sebagai seorang pelarian, setelah mengabarkan pada Raja Persia bahwasanya akan ada utusan Tuhan yang akan mengembalikan kemurnian ajaran zardusht, agama yang di anut oleh bangsa Persia ketika itu. Karena itu maka Raja Persia “Khosrou” murka padanya, karena itu juga akan berpengaruh dengan keadaan kerajaan Persia.

Dalam perjalanannya, Kashva yang di latari kejaran pasukan khosrou juga karena keingininannya untuk mengungkap kebenaran akan datangnya lelaki yang dijanjikan, dengan membedah kembali kitab-kitab agama lain terdahulu.

Nah, ini yang menurutku lebih dari sirah nabawiyah yang berbentuk novel ini, kita seakan tak perlu membaca buku-buku berat tentang Rasulullah karya orang-orang barat seperti Karen Armstrong, martin lings, dll. Karena sudah terangkum di novel ini, yang di tuturkan dalam kisah yang sangat menarik.

Terima kasih mas Tasaro, engkau menjadi jalan bagiku untuk kembali mengingat lelaki mulia ini, yang mungkin telah lama aku campakkan. Aku sempat tak sadar bahwa dialah sang pemberi syafaat kelak. Semoga kesadaran ini menjadi kebaikan yang kemudian menjadi awal untuk istiqomah meniti sunnah-sunnahnya. Semoga penulis novel ini “Tasaro GK” mendapatkan ini sebagai shodaqoh jariyahnya, amin. Inilah kesadaranku.

Bagaimana aku akan mendapatkan syafaatmu wahai Rasulullah, jika sirahmu saja aku tak tahu. Padahal aku benar-benar mengharapkan syafaatmu di akhirat kelak. Ya, karena itu aku ingin menjadi ummat setiamu. Semoga, setelah aku menamatkan membaca berbagai macam sirah yang ada, aku semakin mencintaimu, aku semakin memiliki tsiqah untuk din ini, untuk berjuang untuk din ini, mampu menyampaikan yang aku ketahui tentang engkau agar tak sia-sia aku membaca sirahmu, tentu kuharap engkau pula semakin mencintaiku. Aku malu kepadamu wahai Rasulullah, jika tak tahu sirahmu. Aku malu.Aku rindu padamu wahai Rasulullah.

“Rasulullah dalam mengenangmu

Aku susuri perjalanan sirahmu

Pahit getir perjuanganmu

Membawa cahaya kebenaran”

17.04.10. Sebuah Refleksi Setelah Beberapa Hari Khusyuk Menekuri Abjad di LembaranMLPH. Aku Rindu Padamu….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun