Sebuah karya tulis yang baik, adalah karya tulis yang mampu mencerahkan pembacanya, menjadikan pembaca tergugah, membawa pembaca dengan isi karyanya pada kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Jika memang ini yang menjadi ukuran baiknya sebuah karya tulis. Maka tidak bisa di ragukan lagi karya Helvy Tiana Rosa termasuk dalam hitungan itu. Penulis produktif yang telah menerbitkan 40 karya yang hampir semuanya menjadi karya-karya terbaik di nusantara bahkan dunia. Karya-karyanya telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa termasuk bahasa Inggris, Arab, Jepang, Swedia, Jerman, dan Prancis. Dan dalam waktu yang dekat baru-baru ini namanya termasuk dalam 500 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh Di Dunia (di tahun 2009). Sebenarnya hal itu bukanlah hal yang mengejutkan, karena di Indonesia karya-karyanya telah terbukti menjadi inspirasi bagi banyak orang. Karyanya Ketika Mas Gagah Pergi membuktikannya, dari kisah seorang perempuan yang awalnya tidak memahami Islam dengan baik, karena perantara kakaknya yang telah dulu mendapatkan pemahaman Islam dengan baik. Meskipun awalnya kakaknya harus mendapatkan tatapan sinis kebencian, bahkan kebaikan islamnya harus menjadikannya bukan seorang kakak bagi adiknya. Namun ternyata dari ketabahan dan kakaknya itu menjadi hidayah nantinya bagi adiknya, sehingga menjadi muslimah yang baik yang menutup auratnya dan memakai hijab. Dari kisah ini, banyak pembaca yang awalnya tidak memahami Islam kemudian memahami Islam dengan baik, terinspirasi, tergugah, akhirnya merubah kebiasaannya untuk menjadi muslimah yang baik, memakai hijab seperti tokoh rekaan dalam karya Bunda Helvy – sapaan akrab Helvy Tiana Rosa-. Saya sendiri pun terinspirasi untuk menjadi muslim yang lebih baik dari sebelumnya, seperti tokoh Mas Gagah yang hijrah dari kejahiliaan menjadi muslim kaffah. Tak beda dengan karyanya cerpen “Ketika Mas Gagah Pergi”, karyanya yang berbentuk novel “Akira Muslim Watashiwa”, kisah seorang mahasiswa jepang bernama Akira, yang kuliah di UI (Universitas Indonesia) di fakultas bahasa untuk memperdalam bahasa Indonesia. Kemudian masuk Islam, dan ketika kembali ke negara asal”Jepang”, harus bertahan dalam keislamannya meskipun cemoohan dan intimidasi dari tetangga bahkan kalangan keluarga dan kerabatnya yang awalnya bersahaja dengannya pun berlaku tidak fair padanya. Namun dia terus mempertahankan keislamannya sampai terusir dari rumah dan pada endingnya ternyata sang kakak yang awalnya tidak ingin memiliki dan memahami agama, akhirnya tertarik dan masuk Islam karena melihat dari kegigihan Akira dalam mempertahankan keyakinannya. Sungguh menyentuh, saya pun harus merinding, bagaimana jika hal itu terjadi pada saya? Maka mulai saat ini saya mempersiapkan semua, bekal dan bekal untuk mepertahankan agama, dalam jasad dan ruh ini agar terus bernafaskan Islam, hingga akhirnya. Dari karya-karya lainnya di kumpulan cerpen “Bukavu” terlihat Bunda Helvy adalah manusia yang memiliki banyak pengetahuan serta wawasan yang terjadi di belahan dunia, khususnya yang sangat menjadi perhatiannya keadaan dunia Islam dari Sabang sampai Merauke, dari belahan kutub utara sampai kutub selatan. Dari GAM, Aceh dan tsunaminya. Dari isu ras dan agama di ambon. Kasus ras Madura dan Kalimantan di Sampit. Pembantaian muslim di Bosnia. Pembantaian muslim di Palestina. Semua tergambar dalam kisah –kisah karyanya dalam kumpulan cerpen “Bukavu”. Semua itu menunjukkan bahwasanya beliau sangat perhatian terhadap keadaan dunia terutama keadaan muslim di dunia tak terkecuali yang terjadi di negerinya Indonesia. Begitu menyentuh hati pembaca, membuat hati-hati terkoyak bergetar untuk berhenti memejamkan mata terhadap yang terjadi di dunia, khususnya dunia Islam. Agar senantiasa mengingat, belasungkawa, dan melantunkan do’a bagi belahan negeri di dunia yang dalam keadaan perang yang mengerikan. Sungguh, walau hanya dengan karya fiksi namun sungguh memberikan arti. Bunda Helvy adalah sastrawan yang mampu menuangkan ide-idenya menjadi karya-karya yang universal. Bagaimanapun memang yang di jadikan patokan utama dalam setiap karya-karya beliau adalah Islam, tetapi pembaca nonmuslim pun tak enggan untuk membaca karya-karyanya dan itu pun mereka merasakan pencerahan itu, sehingga tak heran jika penghargaan demi penghargaan beliau raih. Semua karena sifat universal yang beliau tuangkan dalam setiap karya-karyanya. Maka memang tidak dapat di pungkiri bahwasanya karya-karya beliau dapat membangun sebuah peradaban yang besar. Karya yang memang berdasarkan hati yang bersih halus, mampu menggatarkan hati pembaca, membawanya ke alam bawah sadarnya, dan membentuk karakter yang halus dan baik pula. Karena itu orang banyak yang tersentuh atau terinspirasi. Dari situ membangun generasi bangsa yang baik, dari nilai-nilai sastra yang baik. Sehingga hingga sampai saat ini keinginan untuk bertemu langsung beliau sangat menggebu, ingin berinteraksi tanya jawab tentang dunia kepenulisan, langsung belajar dari sastarawan senior, sungguh hebat. Semoga Allah memperkenankan saya untuk bertemu dengan orang yang banyak menginspirasi banyak orang termasuk saya sendiri, amin. Salut untuk Bunda Helvy Tiana Rosa. Hadiah Tuhan untuk Indonesia. siang itu di kantor KMI Pondok Pesantren Al-Ishlah, desa Reformasiku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H