Mohon tunggu...
Muhammad Nurul Fahmi
Muhammad Nurul Fahmi Mohon Tunggu... -

Ambillah aku, latihlah aku, tegaslah terhadapku, maka aku akan meletakkan dunia di kakimu. Kendorlah terhadapku, maka aku akan menghancurkanmu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembangunan Infrastruktur dan Intelektual Tidak Berbanding Lurus

11 Agustus 2013   20:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:26 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, ketika saya menjejakan kaki di kota kelahiran saya, Purwakarta, saya selalu merasa asing dengan kota yang sudah saya tinggali sejak 21 tahun silam ini. Deru laju pembangunan infrastruktur di Kabupaten Purwakarta boleh dikatakan cukup pesat beberapa tahun belakangan ini.

Banyak perubahan yang terjadi di sana-sini terutama di bidang infrastruktur. Misal, jalan yang dulu berlubang dan bergelombang, sekarang disulap menjadi rata dan mulus. Alun-alun kota yang dulu hanya sebatas bidang tanah berbentuk persegi empat dengan hanya menyisakan satu tiang bendera di dalamnya, sekarang berhias menjadi Alun-alun yang di dalamnya terdapat taman dengan bermacam-macam bunga serta kolam air mancur. Area Pendopo saat ini bak istana raja yang mewah. Arsitektur kota ditata sedimikian rupa sehingga dikatakan berkarakter. Lalu, yang paling fenomenal, patung tokoh-tokoh perwayangan dibangun hampir di setiap perempatan atau pertigaan jalan.

Tak hanyaitu, berkali-kali Purwakarta mengadakan hajatan besar yang memakan biaya cukup besar. Misal, tahun ini Purwakarta memperingati hari jadinya yang ke-182 dengan mengadakan rangkaian acara selama satu bulan penuh. berbagai macam acara seperti festival egrang yang melibatkan 15.000 orang, festival lampion yang menghadirkan 100.000 lampion, dan sebagainya. Karena itu saya sangat mengapresiasi langkah Pemkab Purwakarta yang sejauh ini sudah sangat baik dalam membangun infrastruktur kota. Saya akui Purwakarta menjadi kota yang enak untuk dinikmati pemandangannya.

Hal-hal tersebut di atas memang guna untuk membangun kota. Persoalannya, tampaknya akan terasa sangat tergesa-gesa bila tampilan (feature) tersebut secara serta-merta disimpulkan sebagai pembangunan dalam artian mutlak. Mengikuti analisis Soedjatmoko sebagai sandaran referensi, pembangunan tidak hanya berarti aspek-aspek materiil seperti bangunan dan sebagainya. Di lain sisi, secara bersamaan, pembangunan juga berarti fasilitasi kebutuhan (wants) dan keinginan (need) immaterill publik, seperti pusat-pusat kegiatan yang mampu meningkatkan kapasitas personal publik. Ketersediaan dua elemen penting itulah yang dalam konsepsinya disebut sebagai pembangunan kemanusiaan, pembangunan hakiki.

Seperti diungkap Francis Fukuyama dalam Kekacauan Besar (2010), selain modal kapital, suatu bangsa dan atau negara wajib memiliki modal lain, yang tidak kalah pentingnya, yaitu modal intelektual. Minus itu, suatu negara akan kalah bersaing dengan negara yang lain.

Purwkarta memang menjadi kota yang “cantik” dengan dipoles di sana-sini. Tapi, jangan lupa semua itu harus dibarengi dengan pembangunan intelektualnya. Rakyat Purwakarta berhak cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun