Mohon tunggu...
Muhammad Nurul Fahmi
Muhammad Nurul Fahmi Mohon Tunggu... -

Ambillah aku, latihlah aku, tegaslah terhadapku, maka aku akan meletakkan dunia di kakimu. Kendorlah terhadapku, maka aku akan menghancurkanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Warraqeen : Pelopor Industri Penerbitan

2 Oktober 2013   17:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:05 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1380709544508633247

Ilmu menjadi suatu hal yang sangat penting dalam Islam. Ilmu menjadi ruh utama dalam setiap sendi kehidupan umat Islam. Ilmu mampu membuat Islam mengenal peradaban. Salah satu peradaban baru yang mereka kenal adalalah buku.

Sebelum abad ke-7, umat Islam tidak menulis di atas kertas melainkan di atas, daun, batu, tulang, dan pelepah pohon kurma. Pada abad ke-8 umat Islam mulai beralih menggunakan kulit sebagai sarana untuk menulis. Semua buku yang ada pada saat itu terbuat dari kulit. Namun, buku yang terbuat dari kulit sangat sulit untuk diproduksi. Kemudian mereka memutuskan untuk menggunakan kertas yang mereka datangkan dari China.

Setelah pembuatan buku semakin berkembang orang-orang semakin banyak yang menulis. Namun pada saat itu masing-masing buku yang ditulis hanya berjumlah satu buah sehingga orang-orang tidak bisa memiliki buku yang mereka inginkan. Semenjak itu munculah Warraqeen yaitu orang yang bekerja sebagai mesin photocopy. Inilah “mesin pengganda” pertama di dunia. Mereka mampu menggandakan buku secara akurat dan cepat. Buku dengan ratusan halaman bisa mereka gandakan hanya dalam beberapa jam saja. Semakin tebal buku maka akan semakin membutuhkan waktu yang lebih lama. Pekerjaan sebagai Warraqeen sangat berkembang di daerah-daerah seperti Baghdad, Damascus, Kairo, Granada, Fez, dan Samarkand.

Biasanya, kebanyakan Warraqeen memiliki toko buku sendiri mulai dari kecil hingga besar. Pada abad ke-9 seorang intelektual muslim, Al-Yaqubi, terhitung memiliki lebih dari seribu toko buku di Waddah, sebuah daerah di pinggiran kota Baghdad. Toko buku yang besar dan memiliki reputasi yang baik menjadi tempat yang digemari oleh para pelajar dari berbagai daerah untuk berdiskusi.

Pada abad ke-10, seorang muslim bernama Al-Nadim memiliki sebuah toko buku yang terkenal pada masanya. Toko buku ini memiliki ribuan manuskrip dan menjadi tempat berkumpul yang sangat digemari oleh para penulis terkenal dan intelektual. Katalog buku yang ada di tokonya, Al-Fihrist Al Nadim, dikenal sebagai ensiklopedia budaya Islam abad pertengahan.

Selain bekerja sebagai pengganda buku, Warraqeen juga menjadi pelopor dalam industri penerbitan. Warraqeen menjalin kerja sama dengan penulis dan pihak penerbit. Seorang penulis yang ingin menerbitkan bukunya akan menghubungi seorang Warraqeen. Penulis akan membacakan buku yang akan diterbitkan di masjid atau toko buku setiap hari di waktu tertentu. Pembacaan buku ini akan menghabiskan waktu hingga beberapa bulan dimana setiap pembacaan isi buku, Warraqeen yang menjalin kerja sama dengan penulis harus selalu hadir.

Setelah Warraqeen selesai melakukan penulisan kembali buku yang sudah dibacakan, buku tersebut diberikan kepada penulis untuk diperiksa dan dikoreksi. Lalu, setelah penulis merasa buku yang ditulis oleh Warraqeen itu sesuai dengan yang ia tulis, buku tersebut mulai diperbanyak dan dipublikasikan. Dari penghasilan penjualan buku itu, penulis dan Warraqeen akan mendapatkan keuntungan sesuai perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya.

Semenjak itu industri penerbitan menggunakan jasa Warraqeen sangat berkembang mulai dari abad ke-8 hingga 15. Puncaknya ketika industri penerbitan mampu menerbitkan sepuluh ribu buku dalam satu tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun