Mohon tunggu...
Muhammad Ichsan
Muhammad Ichsan Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai seni sastra, sosial dan budaya

http://ichsannotes.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Refleksi Mendalam: Menggali Makna Kematian dalam Puisi "Pulang"

6 Juli 2023   13:37 Diperbarui: 15 Juli 2023   20:17 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kematian yang dalam kerangka filsafat eksistensialisme adalah sebuah 'faktisitas', yakni keterlemparan manusia ke hadapan fakta-fakta mengejutkan yang sebelumnya tak dapat dibayangkan. Berkaitan dengan ini, sebagai penulis puisi secara retoris mengajukan pertanyaan tentang "ketidakberdayaan" individu ketika mengalami kematian. Seakan-akan segala yang ia miliki (baca: perangkat kemanusiawiannya seperti kecerdasan, daya nalar dan kemampuan lainnya) tidak ada manfaat sama sekali.

//kadang aku bertanya bagaimana bisa/
//daging berubah menjadi tanah/
//yang tak berkesadaran dan tak berperasaan/
//sia-sia bagai rumah yang begitu lama ditinggalkan/

Dalam bait-bait berikutnya, saya menyinggung tentang kehadiran Tuhan dalam kaitannya dengan situasi kematian. Saya percaya bahwa Tuhan ada di sana, berbicara melalui takdir yang telah ditentukan-Nya. Saya menggambarkan bahwa Tuhan tidak akan menunda saat yang tepat bagi seseorang untuk meninggalkan dunia ini. Hal ini mengisyaratkan bahwa semua kesenangan dan kesedihan hidup akan berakhir pada akhirnya.

Tentang perpindahan jiwa yang melalui proses kematian tubuh fisik ini, saya sebagai penulis puisi merenungkan kemungkinan bahwa ada jalan yang sudah dipersiapkan Tuhan bagi jiwa setelah "keluar rumah sementaranya". Jiwa itu kemudian dituntun menuju dunia yang berbeda: dunia yang damai dan sejati, mudah-mudahan saja.

Saya percaya itu semua adalah kreasi Yang Maha Kuasa. Jalan yang sengaja dibuat untuk jiwa yang meninggalkan tubuhnya sendiri, dan dunia yang baru sebagai alam transit tempat jiwa tersebut. Apa arti semua ini? Segala sesuatu yang terjadi dan dialami manusia ternyata sudah ditentukan oleh Tuhan. Dan manusia tak bisa mengelak dari semua yang sudah ditakdirkan-Nya.

Ironisnya, mengapa banyak orang masih takut menghadapi kematian yang pada kenyataannya adalah sesuatu yang absurd tapi cenderung bersifat fait accompli, pilihan yang tak bisa ditolaknya.

Dalam bait akhir puisi ini, makanya saya menggambarkan bahwa selama kita hidup di dunia ini, kita sebenarnya hanya menjadi penyewa yang akan kembali ke rumah sebenarnya pada akhirnya, yaitu setelah kematian. Ada kesementaraan yang termuat dalam kehidupan dunia.

Sebagai kesimpulan, melalui puisi ini, saya mencoba merangkum perasaan dan pikiran yang terkait dengan kematian. Puisi ini memang berupaya memunculkan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang arti hidup, kehadiran Tuhan, dan bagaimana kita berhubungan dengan kematian sebagai manusia. Meskipun tema ini dapat menimbulkan perasaan sedih dan serius, saya tahu. Akan tetapi, puisi ini juga menawarkan harapan bahwa ada kehidupan setelah kematian yang damai. Jangan cemas jiwa tak akan terlantar. Tuhan tak akan membiarkan ini terjadi. [MI]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun