Flashback Freeport Lan Freeporn, Pripun?
*Muhammad Fauzinuddin
Untuk tulisan saya yang berikutnya ini, sebelumnya saya pengen mengajak saudara-saudara yang saya cintai dan pastinya mencintai saya untuk menyorot kembali (atau kalau saya boleh meminjam bahasanya mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya : Flashback) sejenak tentang kasus freeport, pornografi serta maraknya kesurupan massal yang muncul bersamaan beberapa tahun terakhir ini. Sebelumnya saya sempat geleng-geleng kepala melihat karikatur-karikatur yang terbit di sejumlah madia waktu itu. Sejumlah karikatur ini dengan amat tajam memakai majas ironi dalam menyindir situasi dan kondisi yang sedang berlangsung saat itu. Getir, menyayat-nyayat sekaligus memberi sedikit pencerahan bagi yang mau merenung. Di suatu majalah saya melihat kartun yang menggambarkan seorang mahasiswa dengan tubuh berdarah-darah mengancungkan senjata dan menggenggam batu, seakan-akan memberi deskripsi soal jati diri mahasiswa yang identik dengan olah kekerasan, bukan dari olah intelektualitas. Lajeng pripun niki???
Sedang di media cetak lainnya, digambarkan seorang penjahit yang menerima jahitan untuk mulut, mata, hati, dan telinga yang khusus untuk para pejabat. Suatu sindiran pedas terhadap pemerintah dan elite politik yang belakangan ini dinilai makin ndablek saja, tidak peduli dengan beban berat yang dirasakan oleh rakyat, yang ditunjukkan dengan banyak orang ‘kesurupan’ seperti yang diwartakan oleh beberapa media dan ditayangkan oleh televisi. Menurut para pakar psikologi, sebenarnya kesurupan tersebut tidak ada kaitannya dengan makhluk halus seperti pocong, genderuwo, sundel bolong, kolor ijo yang suka memperkosa para gadis desa, dll. Tidak sebagaimana diyakini paranormal yang didatangkan untuk menyadarkan mereka yang kesurupan. Bagi para psikolog, mereka kesurupan karena terlalu berat menahan beban kehidupan pribadinya. Pikirannya kosong, labil, sehingga rentan terguncang.
Disaat rakyat memikul beban berat itu, pemerintah termasuk corong rakyat (baca: DPR) seakan-akan tidak mau tahu. Di saat rakyat menjerit dengan pendapatan yang kecil dan beban hidup yang tinggi, eh ... wakil rakyat itu makin sejahtera dengan mengantongigaji minimal Rp 48,1 juta. Itu untuk anggota DPR yang ‘biasa’, dan akan menjadi dua kali lipat untuk yang ‘luar biasa’, apalagi mereke berkilah bahwa mereka itu hanya mengajukan anggaran saja, perkara pemerintah tidak setuju, iya tidak apa-apa.
Secara bersamaan, entah ini cara untuk menghilangkan isu-isu atau tidak, tapi yang jelas kasus freeport dan pornografi ini secara tidak langsung sudah mereduksi berita hangat tentang ‘kesurupan’ yang di alami masyarakat yang ekonominya menengah kebawah. Yaa, mestinya yang free-free itu kita sikapi dengan tegas, kan? Seperti kita menyikapi free sex, free porn dan sejenisnya. Kita kan nggak mau menjadi negeri yang bebas dan liar kan?? Soalnya ini menyangkut masa depan bangsa. Pripun??? ^_*
Saya bisa memahami perasaan bangsa ini. Tapi, bagaimanapun juga perkembangan dari kasus freeport, freeporn dan kerasukan masal ini akan selalu menghadirkan pertanyaan “pripun”??????? Pripun hasil akhiripun niki? Pripun sikap pemerintah lan pripun rakyat harus menyikapi tentang niki? mosok sich, semua persoalan itu akan membawa kita semua kesurupan. Apa kalian mau kesurupan? Kalau saya sendiri tidak mau dong, hehehehe.
jika kalian tidak mau kesurupan atau di bilang kesurupan, bisa saya simpulkan yang kesurupan itu adalah pemerintah. Ha ha ha ha!!! betul betul betul, yang kesurupan adalah pemerintah. Pemerintah lagi kesurupan...... *_*
*Muhammad Fauzinuddin, Ketua Umum Islamic Journalism Community (IJC) Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H