Antara Kaum Hawa, Lagu dan Film Korea
*Muhammad Fauzinuddin
Kebudayaan merupakan hasil karya aksentuasi pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar dalam kehidupan kelompok. Unsur-unsur potensi budaya yang ada pada manusia antara lain pikiran (cipta), rasa, dan kehendak (karsa). Berbicara tentang rasa, pikiran saya langsung tertuju pada korea, lho, kok bisa???hehehe.
Dalam belantara music indonesia, selama sepuluh tehun terakhir ini diakui atau tidak, kita tidak akan bisa lepas dari yang namanya "Boy Band" atau "Girl Band" yang diadopsi dari artis asal korea.Ketika berbicara tentang produksi korea yang sudah membooming di Indonesia saya tidak bisa berbicara terlalu dalam karena memang gak terlalu suka sama hal-hal yang berbau femina ini, hehehe. Sekilas yang saya tahu (itupun dari gaya tanda tangan Short Message Service (SMS) teman-teman cewek pasti kalau tidak "saranghaeo", Arrata, dan Naegewass". ^_^
Memang seiring berubahnya waktu masuknya budaya pop, sekarang ini belantara musik indonesia tidak hanya di dominasi oleh budaya barat. Asia pun sudah mulai menjadi pengekspor budaya pop. Selain Jepang, Korea mulai bertindak sebagai pengekspor budaya pop melalui tayangan hiburan dan menjadi pesaing negara-negara Eropa. Hal ini sejalan dengan progesifitas industri hiburan Korea dan kestabilan ekonomi mereka.
Selama beberapa tahun terakhir ini, demam budaya pop Korea melanda kaula muda Indonesia. Fenomena ini mungkin juga dilatarbelakangi oleh Piala Dunia Korea-Jepang dimana kedua negara tersebut menjadi tuan rumah di piala dunia yang diselenggarakan empat tahun sekali itu. Hanya saja, berbeda dengan budaya pop Jepang yang hanya menjangkau anak-anak dan remaja, budaya pop Korea mampu menjangkau segala usia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, terutama dapat membuat galau kaum hawa. Ketika saya mencoba bertanya sama teman-teman tentang film atau lagu korea, yang paling mendramatisir jawabannya adalah kaum hawa, kebanyakan merka berkata "Para aktornya ganteng-genteng, keren, lagunya enak didengar (meskipun ada sebagian orang yang tak tahu artinya) , sudah mendunia, style-nya juga keren, suara oke, alur musik pas, keren deh pokoknya. Selain itu, anak muda nggak mau dikatain katro , Kuper , kampungan, dsb. Hal ini kontras dengan jawaban kaum adam yang mengatakan "film korea itu film khusus perempuan", ada juga yang berkata" ah, kalau nonton film korea mau ditaruh kemana harga diri seorang cowok", ada juga yang lebih ekstrim "Mereka belum tahu bagaimana rasisnya orang-orang korea. Kalo sudah tahu atau merasakan sendiri, mungkin akan membenci apa-apa yang datang dari korea".
Menurut salah satu sumber yang saya baca (dari Mbah Google), ada seorang pengelola sindikat siaran televisi Korea Selatan yang bernama Kim Song Hwan yang mengatakan bahwa produksi hiburan korea ini dikemas dengan nilai-nilai Asia yang dipasarkan dengan gaya modern. Istilah ini juga mengacu pada cerita-cerita yang dikemas dengan nuansa kehidupan Asia, namun pemasarannya memakai cara internasional dengan mengedepankan penjualan nama seorang bintang atau menjual style.
Koreaisasi yang lebih dikenal dengan Hallyu ini berhasil mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia dan bisa berhasil bersaing dengan Hollywood dan Bollywood dalam memasarkan budaya ke dunia luar seperti indonesia. Berbagai produk budaya Korea mulai dari drama, film, lagu, dan fashion pun membuat kaula muda inonesia menggalau, hehehe.
apapun spekulasinya, namun secara realita, kaula muda Indonesia memang sudah terjangkit wabah koreaisasi, khususnya kaum remaja putri Indonesia, bukankah begitu??*_*