Mohon tunggu...
Muhammad Fajar
Muhammad Fajar Mohon Tunggu... -

Saya adalah mahasiswa FEUI yang tergila-gila akan ekonomi syariah dan ingin memperjuangkannya mati-matian.. Allah menciptakan segala sesuatu dengan alasan, dan semoga tujuan hidup saya yang spesifik adalah untuk memperjuangkan hal ini..

Selanjutnya

Tutup

Money

Islam dan Inflasi

6 Mei 2010   13:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:22 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta Alam dengan segala tanda-tanda kekuasaan-Nya dan juga segala penciptaan-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada ilahyang berhak untuk diibadahi dengan benar selain-Nya dan Muhammad adalah utusan juga hamba-Nya. Semoga sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah beserta keluarga, sahabat, serta pengikutnya yang istoqomah menjaga agama yang dibawanya hingga akhir zaman.

Sebelum membahas tentang inflasi dalam Islam, ketahuilah saudara-saudaraku bahwa Islam adalah agama yang diridhoi Allah untuk hamba-Nya sebagai agama, dan telah disempurnakan-Nya untuk kita, ummat Islam.

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Maaidah:3)

Salah satu kesempurnaannya adalah bahwa agama Islam berisi tentang aturan-aturan yang mengatur kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupan, dan didalamnya termasuk aspek ekonomi. Karena pada hakikatnya indera dan pengetahuan manusia adalah terbatas, dan Allah lebih tahu mana yang lebih baik atau lebih buruk atas segala urusan manusia di dunia ini

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Al-Baqarah: 216)

Inflasi dalam sejarah Islam

Salah satu larangan dalam agama Islam yang paling popoler di kalangan ekonom adalah pelarangan riba. Riba kurang lebih berarti penambahan atas pokok yang dibebankan pada kekayaan pihak lain dengan cara yang bathil. Dan pelarangan ini sering dikaitkan dengan fenomena terjadinya inflasi di dalam ekonomi. Apakah apabila syariat Islam ditegakkan dan diluruskan dalam perekonomian, perekonomian tersebut akan terbebas dari inflasi? Ternyata jawabannya adalah tidak. Namun demikian, inflasi yang terjadi lebih dapat didefinisikan dan tidak berlarut-larut karena bukan merupakan creeping inflation yang selama ini mencekik kesejahteraan masyarakat dan tidak dapat dihindari.

Beberapa contoh inflasi yang terjadi pada masa kekhalifahan Islam adalah pada masa khulafaa’ur-raasyidin, yaitu masa pemerintahan Umar ibn al-Khattab, pernah terjadi inflasi dalam perekonomian khilafah Islam. Inflasi ini terjadi karena kekeringan yang terjadi saat itu. Sehingga supply makanan (gandum) yang ada berkurang dan menjadi langka, dan menyebabkan harga makanan tersebut menjadi naik. Dan pada fase 2 perkembangan ekonomi Islam, zaman Ibnu Taimiyah, terjadi pula inflasi yang disebabkan oleh penimbunan barang-barang (ikhtikar) oleh penduduk di zaman itu.

Lalu yang dilakukan khalifah Umar ibn al-Khattab saat itu adalah beliau mengimpor gandum dari Mesir untuk meng-offset kekurangan gandum yang terjadi saat itu. Kemudian supply gandum pun pada akhirnya dapat menyesuaikan dengan demand yang ada, sehingga harga kembali normal. Yang dilakukan oleh khalifah Umar adalah intervensi pasar untuk mengatasi masalah ini.

Ibnu Taimiyah juga pernah menghadapi inflasi dengan sebab seperti yang telah disebutkan diatas. Namun cara yang diambil beliau tidaklah sama dengan apa yang diambil khalifah Umar. Bukan berarti beliau tidak mengikuti sunnah sahabat Rasulullah, melainkan karena kondisinya berbeda. Inflasi yang ada pada masa Ibnu Taimiyah dikarenakan ikhtikar yang dilakukan oleh para penduduk. Apabila dilakukan intervensi pasar seperti yang dilakukan khalifah Umar, masalahnya tidak akan selesai, malah akan bertambah buruk karena barang yang diimpor akan ditimbun oleh pihak-pihak tersebut. Maka yang dilakukan oleh ibnu Taimiyah adalah melakukan intervensi harga. Beliau menentukan tingkat harga yang berlaku di pasar, sehingga percumalah aksi ikhtikar yang dilakukan pihak-pihak tersebut.

“…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,” (At-Taubah: 34)

Meninjau penyebab inflasi dalam Islam

Meninjau penyebab inflasi dalam islam yang melarang praktik riba, inflasi terbagi menjadi dua penyebab, yaitu natural cause of inflation, dan human error cause of inflation.

Natural cause of inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh bencana, atau fenomena alam lainnya, sehingga supply barang menurun dan harga menjadi tinggi. Inflasi ini adalah inflasi yang sempat dialami khalifah Umar seperti yang saya sebutkan diatas.

Human error cause of inflation dapat dibagi menjadi tiga sebab:


  1. Korupsi dan administrasi yang buruk

Banyak sekali contoh korupsi yang dapat menyebabkan inflasi. Namun untuk memudahkan, mari kita ambil contoh dari kasus Gayus Tambunan yang baru-baru ini mencuat. Makelar pajak, yang notabane lebih tahu tentang nilai pajak yang harus disetor oleh perusahaan, melebih-lebihkan nilai pajak yang harus disetor dalam pelaporannya kepada perusahaan. Hal ini mendorong perusahaan untuk menyuap petugas pajak untuk menurunkan pajak yang harus disetor. Distorsi ini tentunya menambah expense yang harus dikeluarkan perusahaan, dan pada hilirnya akan meningkatkan harga produk. Bayangkanlah apabila ada seratus petugas pajak saja yang korup, yang menilai pajak dari 100 perusahaan besar yang memproduksi bahan baku dan barang kebutuhan dasar. Bukankah itu saja akan terjadi inflasi yang cukup besar??

Atau contoh yang lebih umum di kalangan mahasiswa adalah dalam hal penyewaan bus untuk perjalanan jauh, anggaplah puncak atau gunung gede. Bukankan fee yang kita bayar kepada si sopir sudah termasuk fee yang diperuntukkan untuk polisi nakal yang seringkali men-stop kendaraan kita di saat perjalanan??

Dan administrasi yang buruk pun, walaupun lebih mulia dari korupsi, mudharat yang ditimbulkan tidak lebih baik dari korupsi itu sendiri. Jadi ini pun merupakan hal serius yang perlu ditinjau dalam perekonomian.


  1. High tax

Penerapan pajak yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dua hal. Yang pertama, pajak ini dapat secara langsung mendorong harga untuk naik, dan tidak menutup kemungkinan untuk menimbulkan efek bola salju apabila produk yang dihasilkan adalah barang kebutuhan dasar atau produk hulu.

Kemungkinan kedua adalah produsen-produsen dalam industri akan keluar dan mencari usaha yang pajaknya rendah. Hal ini dalam long-term akan membuat industri lesu dan barang dari industri tersebut akan menjadi langka, dan akhirnya harga akan naik.


  1. Seignorage (penambahan jumlah uang beredar)

Seperti yang telah kita pelajari dalam kelas-kelas makroekonomi atau pengantar ekonomi, peningkatan jumlah uang beredar dalam perekonomian tanpa disertai peningkatan velocity of money dapat menyebabkan inflasi atau kenaikan harga, karena tidak semua uang itu dapat diserap oleh perekonomian. Dalam Islam yang pada masa khilafah memiliki mata uang dinar (emas) dan dirham (perak), seignorage juga dapat berarti bahwa kandungan emas atau perak yang beredar tidak sesuai dengan standard yang ada, atau aplikatifnya dalam kehidupan sehari-hari saat ini adalah adanya uang palsu.


  1. Ikhtikar (penimbunan barang atau uang/hoarding)

Ini adalah jenis inflasi yang dialami pada masa Ibnu Taimiyah, seperti yang telah saya sebutkan diatas, dimana masyarakat menimbun harta mereka berupa barang untuk menaikkan harga, atau menimbun uang karena keserakahan. Uang bagi pasar adalah seperti darah bagi tubuh manusia. Tanpa peredarang uang, velocity of money akan turun, dan perekonomian lesu. Dan apabila ada uang yang tidak terserap oleh perekonomian, yang akan terjadi selanjutnya adalah inflasi, karena perputaran modal akan terhambat, dan memberi dampak kerugian yang luas bagi perekonomian. Berikut saya imbuhkan lanjutan dari ayat at-Taubah: 34 diatas:

“pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (at-Taubah: 35)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun