Sejauh manakah nasib “rakyat kecil” (petani, nelayan, butuh, pemulung, orang-orang sakit, dan mereka yang tak pernah menikmati jaminan sosial pemerintah) ikut dibicarakan dan diperhitungkan oleh para elite politik yang sedang memasang kuda-kuda politik? De facto, dampak konflik elite politik selalu terkait dengan “rakyat kecil” dalam civil society di Indonesia yang kebanyakan tak tahu-menahu masalah politik dan mereka yang tinggal jauh dari Jakarta. Keputusan-keputusan para elite politik biasanya ditanggung oleh mereka yang tak berpendidika formal, mereka yang dari hari ke hari mengadu nasib ditengah sawah, mereka yang mangais di tumpukan sampah, dan mereka yang belum dikenal oleh wakil mereka di MPR-DPR.
Sebagai bagian integral suatu masyarakat, rakyat kecil mesti diperhatikan oleh kaum elite politik yang ikut menentukan kebijakan bangsa. Kecenderungan naluri elite politik untuk memikirkan kepentingan perseorangan dan kelompoknya amat perlu di sadari, sebab gejala ini akan mendatangkan musibah yang lebih memprihatinkan bangsa dan negara Indonesia. Yang perlu mendapat perhatian pokok adalah kepentngan rakyat banyak dan bukan demi keselamatan kelompok kecil yang kebetulan pernah menguasai negara ini. Para elite politik bisa saja berkonflik, namun konflik ini hendaknya tidak menimbulkan petaka bagi kehidupan orang banyak. Kalau begitu, tiap keputusan dan kebijakan yang diambil seharusnya mempertimbangkan bonum commune dalam civil society.
Masalah perut, periuk, dapur, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan formal dan rasa aman sebagai syarat mutlak untuk bekerja, tercatat dalam agenda pembicaraan yang berkenaan dengan rakyat kecil. Dana pinjaman luar negri yang diperoleh atas nama rakyat kecil dan orang-orang miskin sudah waktunya disalurkan kepada mereka yang sungguh miskin dan mengalami kesulitan hidup. Kalautidak, keadaan negara kita lambat-laun akan menjadi chaos yang disintegrasi.
Akibatnya, tiap pembicaraan dan pertimbangan elite politik dalam instabilitas sosial dewasa ini mesti memikirkan nasib 270 juta manusia Indonesia yang tersebar di sekitar 17.00-an pulau besar dan kecil dengan latar belakang kebudayaan, falsafah hidup, agama, dan mentalitas berbeda. Kepentingan dan kesejahtraan rakyat yang serba majemuk ini termaksuk agenda utama para perintis bangsa ini. Silakan berembuk, bertukar pikiran dan berbeda pendapat mengenai masa depan negara kita, namun harus diingat bahwa sekarang ini banyak rakyat kecil sedang menderita karena kehilangan pekerjaan, merasa tak aman, kekurangan pangan, ketidakmampuan untuk berobat, dan mereka tidak tahu apa yang bisa dimakan besok!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H