Jika tak ada yang kebetulan, sungguh kesempurnaan itu benar milik-Nya. Perlahan niat tumbuh dari berinteraksi sekedarnya. Tentang masa lalu, sekarang, dan tentang masa depan. Takzim, untuknya para penyampai sebab, hingga muaranya adalah sebuah ketulusan niat.
Diktum kausalitas bahwa setiap sebab melahirkan sebuah konsekuensi/akibat menjadi penting, sangat penting! Kita tak semestinya lupa agar ketika telah sampai pada sebuah telaga takdir, itu adalah sebab aliran usaha yang selalu bergerak. Bergerak, tanpa atau dengan kesadaran.
Tanpa kesadaran juga merupakan 'gerak', yang selayaknya gerak akan berakhir pada takdir. Baik buruknya sebuah takdir dimata kita, tentu untuk-Nya Mahabaik. Jika kita mengenali diri yang sangat terbatas dengan potensi yang tak terbatas, tentu segalanya dianggap baik.
Bukankah Pesan Cinta sebagai risalah dari-Nya harus membumi disetiap 'gang', gelap juga terang?i Seloroh 'anak muda' bahwa berniat selalu mendahului usaha adalah peluang untuk selalu berada di titik terang. Ia terang dengan ketulusan juga keteguhan untuk selalu berbeda dengan mayoritas orang yang berlaku 'gelap'. Jika lakunya 'gelap', bagaimana kita membenarkan niatnya 'terang'!
Menjemput niat adalah usaha (aktif) sebagaimana imbuhan aktif (me-) sebagai pelengkap jemput. Pertama dan Utama adalah sebaik-baik tempat niat terpajang. Mengkerdilkannya (niat) adalah ketakbecusan kita mengurai cita. Niat sangat pantas untuk kita perjuangkan!
Selamat memulai 'libur', bagiku berfikir juga bekerja! ^.^
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI