Mohon tunggu...
HME Irmansyah
HME Irmansyah Mohon Tunggu... Ipoleksosbud

Institute for Studies and Development of Thought (ISDT)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rizal Ramli Yang Memulainya

19 Desember 2015   20:03 Diperbarui: 6 Juli 2017   22:23 28243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru sehari menjabat sebagai Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli langsung melakukan "gebrakan" yang mengejutkan. Dia meminta agar PT Garuda Indonesia Tbk membatalkan penambahan pesawat.  Dia mengaku telah menggagas pembatalan rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesia. Rizal mengistilahkan tindakannya itu sebagai "kepret" (menampar). Ya, Rizal sudah melakukan Kepretan jilid 1.

Belum seminggu, tepatnya 18 Agustus 2015, Rizal sudah memberikan Kepretan jilid 2. Kritikan tajam Menteri Koordinator bidang Maritim Dan Sumber Daya  terkait proyek pembangkit listrik 35.000  megawatt (mw) yang tidak masuk akal, diserang balik oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Menurut JK, Rizal harus memahami terlebih dahulu persoalan yang ada sebelum menyampaikan kritikan. Namun, mantan menteri koordinator bidang ekonomi inipun kembali 'menyerang' JK.  Rizal menantang JK agar berdebat di depan umum terkait proyek pembangkit listrik 35 GW  tersebut.

Saya menilai bahwa kritik  Rizal Ramli  terhadap program-program pemerintah yang dibuat sebelum dia masuk kabinet dan menurutnya tidak realistis serta sarat kepentingan kelompok bisnis tertentu, pasti sudah didahului perhitungan.  Saya "Haqqul Yaqin" bahwa Rizal bukan sekedar "koboi-koboian" atau "gaya-gayaan" atau mencari sensasi, karena sejatinya Rizal adalah sosok yang selalu berpihak pada kepentingan rakyat banyak, bukan kepentingan segelintir orang.

Rizal Ramli juga melakukan TENDANGAN DUA BELAS PAS...! Tendangan dua belas pas ........ ke gawang pelabuhan Tanjung Priuk, yaitu PT. PELINDO II (mulai dari Dwelling Time).

Tendangan satu lagi,  tentang besaran yang realistis dari jumlah Giga Watt pembangkit listrik yang mampu di bangun dan apakah jaringan transmisinya siap menampung aliran listrik sebanyak  35 GW. Tendangan lain ialah ketika  Rizal juga bicara tentang masalah Blok Masela, suatu lapangan gas di dasar laut di daerah Maluku yang mempunyai POD (potential of development) sebesar 40 TCF, suatu angka cadangan yang sangat besar sehingga disebut lapangan gas abadi. Semula publik tidak faham atas apa yang diributkan oleh Rizal, akhirnya sekarang masyarakat pun menjadi tahu bahwa betapa sebenarnya sangat  besar kekayaan dan harta terpendam di dasar laut negara kita didaerah Maluku ini. Bahkan orang Maluku sendiri pun baru tahu bahwa didaerah mereka ternyata tersembunyi harta karun yang terpendam dan bernilai sangat tinggi.

Begitu juga dengan masalah Freeport, Rizal Ramli lagi-lagi mengangkat masalah ini kepermukaan sehingga akhirnya menjadi luas dan bahkan semakin lama menjadi semakin besar. Semua orang akhirnya menjadi tahu "kelakuan" para pejabat dan bahkan menteri tertentu yang dengan begitu mudahnya mengirimkan surat kepada PT. Freeport Indonesia tentang "jaminan" akan diperpanjangnya kontrak karya PT. Freeport Indonesia oleh pemerintah Indonesia.  Saya ingat betul tanggalnya, 7 Oktober 2015.

Ketika itu saya hadir dalam acara seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Teknik Kimia Universitas Diponegoro di Ballroom Djakarta Theater.  Yang sangat menarik adalah Keynote Speaker Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli yang mengatakan bahwa beliau kecewa ada pejabat berfikir keblinger. Berfikir jangka pendek, berfikir tidak komprehensif. Beliau mengatakan bahwa kebijakan energi kita saat ini lebih bersifat jangka pendek, adhoc. Sementara kita harus berfikir out of the box. Harus ada cara yang luar biasa. Kita harus biasakan mencari jalan baru.

Selengkapnya : http://m.kompasiana.com/muhammad_e_irmansyah/rizal-ramli-jadi-pejabat-jangan-keblinger_5614a4a6e322bd0e148ecce8 

Semula banyak orang bingung dan bertanya-tanya dalam beberapa diskusi, "Kemana arah Rizal Ramli?". Bahkan pertanyaan yang sama  itu ditanyakan oleh seorang alumni senior ITB sendiri kepada saya minggu lalu.  "Koq kesannya bikin recok?", ujar teman saya satu lagi. Saya hanya jawab, "Sabar, memang situasinya harus dibuat seperti ini. Harus dibuat gerah sehingga para ular-ular itu kepanasan dan akhirnya keluar dari lubangnya. Kalau sudah keluar mudah untuk di keprak.".

Terbukti bukan? Sekarang ular-ular yang keluar dari lubangnya dengan mudah kita lihat, karena mereka berlari meliuk-liuk kesana kemari, kebingungan sebab lubangnya sudah kena asap. Bahkan para ular itu saling mematuk dan saling melilit satu sama lain.

Kita hitung saja, 3 hari yang lalu ada ular yang kena asap sehingga jatuh dari kursi nya yang tinggi. Bahkan diperkirakan akan menjadi tersangka dalam waktu dekat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun