[caption caption="Foto Koleksi Pribadi"][/caption] Gambar: Lokasi kebakaran hutan di tanjakan Emen. Jawa Barat. 25 Oktober 2015
Dari mulai terkejut, sedih sampai marah dan geram. Begitulah perasaan kita tercabik melihat pelbagai peristiwa di Republik Indonesia tercinta dalam beberapa hari ini.
Dari mulai asap dan bara api yang mengepung lahan Nusantara yang telah menghanguskan 1,7 juta hektar lahan, lebih dari 43 juta warga terpapar, 504 ribu warga terkena infeksi saluran nafas, 12 warga meninggal dunia dan kerugian material ditaksir sekitar Rp. 20 trilliun. Sampai kekerasan dan kejahatan terhadap anak yang kian hari semakin mengkhawatirkan.
Kebakaran yang terjadi juga akibat adanya moral rakus yang luar biasa pelaku bisnis sawit sehingga mengambil jalan mudah dengan membakar hutan secara membabi-buta. Walaupun ada juga kebakaran  yang terjadi karena adanya segitiga api yaitu, bahan yang mudah terbakar, terik matahari yang menimbulkan panas dan oksigen. Ada juga pengusaha sawit yang dengan sengaja menyediakan bahan bakarnya yaitu berupa gambut yang kering sehingga menjadi bahan bakar yang banyak. Sehingga seolah-olah kebakaran terjadi dengan sendirinya.
Dengan adanya bencana asap ini Indonesia seakan tak mendapat apa-apa dari kehadiran perusahaan kelapa sawit, kecuali bencana dan wajah coreng-moreng hitam akibat asap. Indonesia seolah rela diolok-olok bangsa lain demi keuntungan segelintir perusahaan sawit.
Masalah lain yang mengemuka terkait dengan moral adalah tentang kejahatan dan kekejaman terhadap anak yang kalau dibiarkan dan tidak ada tindakan luar biasa untuk mencegahnya maka masa depan generasi penerus bangsa ini bisa kian terancam. Banyak kasus yang terjadi sampai beberapa hari lalu terjadi kasus kekerasan seksual dan pembunuhan keji terhadap siswi madrasah tsanawiyah di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat yang jasadnya ditemukan di Jasinga, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Belum lagi pekan lalu polisi berhasil membongkar kasus kejahatan seksual massal terhadap belasan anak di Jakarta Selatan.
Begitu banyaknya persoalan di negara ini seakan datang bertubi-tubi tiada henti.
Kita disibukkan oleh masalah ekonomi, politik sehingga seakan lupa pada hal lain yang justru sangat penting, yaitu moral. Padahal kasus kebakaran hutan yang menjadi bencana di negara ini saat ini dan masalah kejahatan terhadap anak penyebabnya juga masalah moral.
Kita lihat saja di media sosial betapa banyak orang yang menebar kebencian dengan dalih kebebasan mengutarakan pendapat. Padahal Pemilu dan Pilpres sudah lama berakhir. Nampaknya masyarakat kita belum selesai dengan pengkotakan yang terjadi selama pilpres kemarin.
Gambar, ujaran kebencian (hate speech) Â yang bernuansa pelecehan, diskriminasi, pengucilan, kekerasan sampai pembantaian etnis kerap kita dengar dan lihat pada pembicaraan di media sosial dari mulai Facebook sampai WhatsApp Group.
Para penebar kebencian atau haters ini melakukannya seolah tanpa dosa. Padahal ujaran kebencian seperti ini jika  tetap dipelihara maka akan berujung kepada kerusakan moral bangsa secara masif dan merata.