Jadi ceritanya awal tahun 2018 lalu teman kerja satu kantor saya, pengen membangun rumah kos dibelakang rumahnya. Katanya daripada tanahnya hanya sebagai taman yang hanya sedap dipandang mata, akan lebih baik dibangun rumah kos yang pastinya setiap bulan lebih menghasilkan finansial sebagai income pasif dan lebih menguntungkan ketika sudah pensiun.
Karena beliau tahu saya seorang arsitek dan meminta saya untuk mendesainkan sekaligus menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) pembangunannya, maka saya desainkanlah rumah kos impiannya dilahan sempit yang hanya berukuran 10 x 6 m (60 m2)tersebut.Â
Oh ya teman saya ini bernama Pak Sarkawi atau biasa dipanggil pak Seh oleh teman-teman sekantor karena logat orang melayu yang "berkarat", dan pada masa itu saya adalah teman sekantor beliau di perusahaan Sinarmas Forestry Pontianak, Kalimantan Barat.
Kira-kira seperti inilah gambaran rumah kos yang saya desainkan!
Kamar kos ini sesuai dengan standart kesehatan ruang, dimana tiap-tiap unit ruang kamar kos terdapat jendela dan ventilasi yang cukup untuk mengalirkan udara alami dan pencahayaan alami sampai kedalam ruang.
Ukuran jendela 120 x 70 cm berjumlah 1 unit dan ventilasi berupa roster ukuran 15 x 30 cm dengan jumlah 6 unit untuk setiap 1 unit kamar kos cukup untuk standart kesehatan ruang yang layak huni sehingga ruang tidak gelap, bau, lembab maupun pengap.Â
Entah beliau mengurungkan niat atau tidak ketika melihat biaya pembangunan tersebut! Yang pasti dalam membangun biasanya orang hanya memperkirakan biaya pembangunan, padahal dalam membangun bangunan pembiayaannya bisa dihitung secara matematis ketika ada gambar arsitekturnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H