Kota Malang (05/02/22). Setiap 1 bulan sekali, Di Kota Malang terdapat kebijakan pengumpulan sampah anorganik dari seluruh warga. Â Di setiap RT ada warga yang bertugas sebagai koordinator pengumpulan sampah atau koordinator BSM.Â
Warga diwajibkan membawa sampah anorganik dari rumah masing-masing ke koordinator BSM. Sampah yang dibawa warga dari rumah masing-masing sangat banyak. Warga banyak kerepotan membawa sampah dari rumah masing-masing.Â
Masalah juga tidak berhenti disitu saja. Koordinator BSM harus memilah dan menggolongkan  sampah yang sedemikian banyak dibawa warga sebelum dibawa ke pengepul BSM dari Kota Malang. Sampah sampah berserakan tidak karuan dan memenuhi rumah koordinator BSM.Â
Koordinator BSM juga membutuhkan waktu lebih lama untuk memilah sampah sampah tersebut. Hal inilah yang mendasari pembuatan kotak Bank Sampah Malang oleh Muhammad Ryan Afrizal ( 22 ), Mahasiswa jurusan Teknik Sipil , Universitas Diponegoro.
Kotak BSM berukuran  panjang 1,2 m , lebar 0,9 m, dan tinggi 0,9 m. Di dalam kotak tersebut terdapat sekat sekat yang membagi dan membentuk 8 ruang untuk pengelompokan sampah anorganik.
Dari 8 ruang tersebut berisi 8 macam tipe sampah organik yaitu botol kaca, gelas plastik, botol shampoo dan sejenisnya, kresek, botol plastik , kaleng, kardus , bungkus minyak goreng dan sejenisnya.Â
Warga yang membawa sampah ke koordinator langsung membuang sampah tersebut sesuai ruang yang tertulis. Dengan demikian koordinator BSM tidak perlu repot lagi dalam memilah sampah anorganik dan sampah tidak berserakan dimana-mana.
Dengan adanya kotak BSM ini Warga RT 01 dapat langsung membuang sampah sesuai penggolongannya . Sampah- sampah sudah tidak lagi berserakan di rumah koordinator BSM. Selain itu kotak ini dilengkapi roda supaya bisa bergerak fleksibel dari rumah ke rumah dan membantu warga untuk mengumpulkan sampah jika tidak sempat. Â Warga RT 01 dapat membuang sampah langsung ke koordinator ataupun dengan estafet dari rumah ke rumah.