Mohon tunggu...
Muhammad Andre
Muhammad Andre Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Budaya Tari Rentak Kudo Zaman Dahulu dan Zaman Sekarang

22 Desember 2021   06:35 Diperbarui: 22 Desember 2021   06:46 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

    Disebut Rentak Kudo karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda, dan gerakan silat asli dari Kerinci. Tari ini merupakan tari tradisional Indonesia yang berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci, Jambi. Sampai saat ini belum ditemukan sumber yang benar-benar menjelaskan asal usul seni budaya ini.  

    Keberadaan seni tari ini terus dijaga secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dengan melakukan pengenalan Budaya Rentak Kudo ini kepada anak dan keluarga. Tari Rentak Kudo sendiri memiliki lirik atau pantun dalam Bahasa Hamparan Rawang yang mengandung adat istiadat di Kerinci pada umumnya dan Hamparan Rawang pada khusunya.

    Lirik ini banyak dipakai dalam orang berjawab kata dalam hal ini disebut parno adat, dalam balam bahasa Kerinci yang artinya pepatah adat Kerinci Salah satu lirik di dalam pantun yang menjadi pokok adalah: "Tigo diilui, empauk taneh rawo. Tigo dimuduik, empauk taneh rawo". ( Bahasa Indonesia:"Tiga di Hilir, Empat dengan Tanah Rawang. Tiga di Mudik, Empat dengan Tanah Rawang").

    Lirik ini menceritakan kisah pada zaman nenek moyang suku Kerinci dahulu kala, dikala pemerintahan dipimpin oleh para Depati (Adepati), Tanah Hamparan Rawang merupakan pusat pemerintahan, pusat kota dan kebudayaan di kala itu,yaitu dalam lingkup Depati 8 helai kain yang bepusatdi Hiang (Depati Atur Bumi).

    Yang mana Tanah Hamparan merupakan tempat duduk bersama ( pertemuan penting dalam adat Kerinci). Ini adalah salah satu contohnya, banyak lagi yang lainnya yang menceritakan budaya dan adat kerinci yang luas ini. Semakin dikaji maka semakin kita ketahui adat dan budaya Kerinci pada zaman dahulu.

    Pada zaman dahulu, Tari Rentak Kudo sebagai sarana untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketika dilanda kemarau panjang. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari. Sampai pada hari puncak acaranya.

    Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun dalam musim kemarau untuk memohonberkah hujan.

    Tari Rentak Kudo dimainkan dengan diiringi alat musik gendang dan diiringi oleh nyanyian yang berisi pantun-pantun. Para penari terdiri dari pria dan wanita dengan gerakan khas yaitu gerakan silat "Langkah Tigo", merayap, berseling dengan bercampur tari. Pembakaran kemenyan tradisional membuat gerakan lebih khidmat bahkan sampai ada yang kesurupan.

    Kesurupan ini biasanya didapatkan oleh orang tertentu saja, ada yang tidak bisa mendengar alunan lagu dan music dari Rentak Kudo ini. Biasanya kesurupan ini melakukan gerakan-gerakan pencak silat langkah tigo atau disebut langkah harimau. Asap dari kemenyang tradisional tersebut dijadikan obat untuk yang kesurupan.

    Orang ini akan diladeni oleh orang yang bisa mengobati kesurupan ini, inilah menariknya Tari Rentak Kudo yang bisa dirasakan pada setiap acaranya.Tari Rentak Kudo pernah memecahkan rekor MURI pada tanggal 30 Maret 2019 lalu, dengan peserta terbanyak yakni diikuti ribuan peserta Jambore Kewirausahaan Tingkat SMK seprovinsi Jambi.

    Boleh dikatakan dari tari Rentak Kudo yang semula ritual sehabis panen berubah menjadi hiburan. Perubahan ini tidak menjadi masalah selama tujuannya untuk pelestarian kesenian tradisional. Seni tradisional ini harus dilestarikan agar sampai ke generasi seterusnya, bahkan tari Rentak Kudo sudah banyak dikenal di daerah Sumatra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun