Mohon tunggu...
M. Hasybi Rabbani
M. Hasybi Rabbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulusan S1 Sejarah dan Kebudayaan Islam, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Merupakan seorang lulusan Prodi S1 Sejarah dan Kebudayaan Islam. Selain tertarik terhadap hal yang berhubungan dengan sejarah maupun kebudayaan, saya juga terkadang menyukai hal tentang lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Dulu"... Aceh Itu Hebat

31 Mei 2023   20:53 Diperbarui: 3 Juni 2023   18:56 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo kegiatan Dakwah Expo IV yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Sumber: Instagram DAKWAH EXPO IV

Siapa sih yang tidak kenal dengan Aceh? Ya, kita akan bercerita tentang sebuah negeri yang dimana, diatas tanahnya, lahir dan hidup orang-orang hebat, membawa perubahan dan menciptakan peradaban besar bagi Asia Tenggara. Terlepas dari berbagai teori mengenai dimana awal tibanya Islam di Nusantara, namun semuanya sepakat bahwa Aceh adalah daerah dengan peradaban Islam yang sangat maju, yang berhasil membawa perubahan besar bagi Asia Tenggara khususnya Indonesia. Namun, itu "dulu"....

Belum begitu jelas tentang kapan masuknya Islam di Aceh. Jika merujuk pada Kerajaan Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia, maka kita akan memilih 1292 Masehi sebagai awal masuknya Islam di Aceh. Namun bergerak sedikit ke arah barat, kita akan menemukan bahwa Kerajaan Samudra Pasai berdiri bersama Islam pada 1267 Masehi. Namun jika terus bergeser ke arah barat hingga kita kemudian akan menemukan Kerajaan Lamuri sebagai suatu kerjaan Islam pada 1007, dengan bukti sebuah nisan yang bertarikh demikian. Kerajaan Lamuri sendiri diyakini sebagai sebuah kerajaan peralihan dari masa Hindu pra-Islam pada abad 9 Masehi yang kemudian berdiri menjadi kerajaan Islam. Belum begitu jelas mengenai dimana dan siapa pemilik gelar kerajaan Islam pertama di Nusantara, karena sejarah sendiri akan terus mengalami perkembangan dan perubahan mengikuti bukti dan temuan yang terus bermunculan.

Terlepas dari siapa pemilik gelar kerajaan Islam pertama di Indonesia, semua akan kembali sepakat bahwa Aceh merupakan pusat peradaban Islam terbesar di Asia Tenggara, dan tak ada ikhtilaf mengenai hal itu. Jauh sebelum Islam tiba, Aceh telah menjadi sebuah peradaban yang hebat. Sebut saja Indra Purba, sebuah kerajaan Hindu yang pernah bertapak di Aceh pada masa pra-Islam, dengan tiga benteng terkenal mereka: Benteng Indrapatra, Benteng Indrapurwa, dan Benteng Indrapuri menunjukkan Aceh telah menjadi sebuah bangsa yang besar jauh sebelum Islam tiba. Setelah Islam tiba, Aceh justru semakin maju. Terdapat beberapa kerajaan Islam di Aceh yang memberi perubahan dan peradaban besar bagi dunia Islam di Asia Tenggara, seperti Samudra Pasai dan Aceh Darussalam. Walau sangat terbatas, namun bukti hebatnya Aceh pada masa dahulu bisa kita lihat dari bentuk-bentuk nisan yang mereka hasilkan, seperti nisan Tipe Plak Pleng (Lamuri), Tipe Samudra Pasai dan Tipe Aceh Darussalam. Beragam bentuk seni dan motif yang terpahat pada berbagai tipe nisan Aceh yang berasal dari masa lampau, membuktikan bahwa "Dulu... Aceh Itu Hebat". Ya, Aceh itu hebat, dulu.

Diantara banyak nya kerajaan Islam di Aceh, Kerajaan Aceh Darussalam menyumbang peradaban yang cukup besar bagi Islam di Asia Tenggara. Kerajaan ini dipercaya sebagai kerajaan gabungan antara Darul Kamal dengan Meukuta Alam (Lamuri), yang kemudian membentuk persekutuan besar dengan 7 kerajaan lainnya: Pedir, Daya, Lingga, Samudra, Pasai, Perlak dan Benua Raja. Kerajaan ini didirkan pada 1496 oleh Sultan Ali Mughayat Syah di Bandar Aceh Darussalam, yang sekarang disebut Banda Aceh. Kerajaan ini bertahan hingga tahun 1903 dan begitu banyak melahirkan para tokoh dan cendikiawan pada masanya. Sultan Iskandar Muda yang berkuasa pada 1607-1636 dikenal sebagai sultan yang membawa masa keemasan di Aceh, dikenal hingga seluruh penjuru negeri. Salah satu hal hebat yang dikenang oleh orang-orang Eropa tentang sultan ini bahwa beliau pemilik kapal induk Aceh dengan nama Cakra Donya, yang oleh bangsa Portugis dinamakan Espando del Mundo (Teror Dunia). Kapal ini terkenal dengan kehebatannya yang berhasil memporak-porandakan Portugis di Semenanjung Melayu dengan 100 meriam yang diangkut diatas kapal berukuran panjang 100 meter ini.

Berbicara tentang konfrontasi antara Aceh dan Portugis, kurang rasanya jika tak mengangkat nama Laksamana Malahayati yang hidup pada 1550 sampai 1615. Wanita yang menyandang gelar Laksamana Wanita Pertama di Dunia ini, selain melakukan konfrontasi dengan Portugis di perairan Selat Malaka, juga berhasil memberikan hadiah kematian bagi Cornelis de Houtman, orang Belanda yang pertama kali tiba di Nusantara. Sejatinya fakta sejarah mengatakan bahwa Aceh adalah negara berdaulat pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Belanda dari Spanyol pada 1602 dan  berhasil menjalin hubungan diplomatik, namun perang antara Aceh dan Belanda akhirnya pecah pada 1873 dalam perang yang disebut dengan Perang Aceh. Dalam perang ini juga lahirlah para pejuang Aceh yang kehebatan mereka tak kalah dari leluhurnya. Nama-nama seperti Teuku Umar, Cut Nyak Dien dan Teungku Chik Di Tiro bahkan menyandang gelar Pahlawan Nasional. Bangsa-bangsa Eropa menyebut orang Aceh tak takut mati, jiwa patriotisme mereka sangat tinggi dalam membela negara dan rela syahid membela agamanya. Hal-hal "diluar nalar" bangsa Eropa ini disebut oleh mereka dengan istilah Aceh Pungoe (Aceh Gila).

Bergeser dari cerita-cerita patriotis nasionalis leluhur kita yang selalu kita banggakan, masih ada para agamawan dan cendikiawan muslim yang membawa cahaya Islam dari Aceh ke seluruh penjuru Asia Tenggara. Hamzah Fanshuri yang hidup pada abad 16 Masehi merupakan seorang ulama sufi yang juga terkenal sebagai sastrawan Melayu terbesar, bahkan ia dijuluki Sang Pemula Puisi Indonesia karena berhail menciptakan genre syair dalam sastra Melayu. Diantara satu syair masyhur yang terkenal dari beliau adalah Syair Perahu, yang berisi tentang nasehat bagi kaum muda untuk mengingat nilai-nilai agama dalam kehidupan mereka. Bahkan ratusan tahun setelah wafatnya, beliau masih mendapat penganugrahan Bintang Budaya Parama Dharma dari Republik Indonesia pada tahun 2013. Tak hanya Hamzah Fanshuri, masih ada Syekh Abdul Rauf As-Singkili atau yang lebih dikenal dengan Syiah Kuala yang hidup pada abad 17 Masehi. Selain menjadi seorang Qadhi pada masa pemerintahan Sultanah Safiatuddin, beliau juga orang pertama yang menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam Bahasa Melayu, yang menjadi cikal bakal penerjemahan Al-Qur'an ke dalam Bahasa Indonesia.

Tak hanya berhenti pada dua orang tersebut, ulama-ulama besar terus lahir dari kerajaan ini. Di antara nama-nama besar seperti Syamsuddin As-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniry, Teungku Chik Pantee Kulu hingga ulama-ulama yang hidup dimasa perjuangan kemerdekaan Indonesia seperti Abu Hasan Krueng Kalee. Abu Hasan Krueng Kalee merupakan salah seorang ulama asal Aceh Besar, tepatnya di Mukim Siem yang ikut ambil bagian dalam perpolitikan nasional Indonesia. Beliau merupakan seorang ulama pada abad 20 yang menjadi tokoh pergerakan nasional asal Aceh dan kemudian di angkat menjadi anggota Konstituante pada 9 November 1956 hingga dibubarkan atas dekret Soekarno pada 5 Juli 1959.

Begitulah sekira gambaran mengenai kehebatan orang-orang Aceh pada masa lalu. Jiwa patriotisme, nasionalisme dan religius mereka tak perlu diragukan lagi. Orang-orang Aceh memiliki peranan yang cukup besar pada masa lalu, sangking besarnya peranan mereka, bahkan hingga hari ini tetap masih bisa dibanggakan oleh anak cucu nya. Lalu, bagaimana anak cucu nya sekarang? Bagaimana kondisi Aceh beserta orang-orangnya pada masa kini?

FANATIK!!!

Mungkin itu adalah kata-kata yang secara garis besar dapat menggambarkan sifat dan watak orang Aceh pada masa sekarang. Kita telah melampaui batasan dalam mencintai masa lalu, sehingga kecintaan itu telah menjadi fanatisme. Fanatisme sendiri secara bahasa dapat diartikan sebagai kondisi dimana seseorang memiliki obsesi berlebihan terhadap sesuatu, dalam hal ini masyarakat Aceh sangat terobsesi dengan masa lalu mereka.

"Apakah salah menceritakan sejarah?", "Apakah salah mencintai sejarah?", "Apakah salah mengingat sejarah?", "Apakah salah mengabadikan sejarah?". Sebagai salah seorang mahasiswa yang berkuliah pada jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, tentunya secara tegas saya menjawab "Tidak ada yang salah". Sejarah dapat diartikan secara keilmuan sebagai salah satu disiplin ilmu yang mempelajari masa lalu untuk diaplikasikan pada masa depan. Terdapat empat fungsi dari sejarah: rekretatif, inspiratif, instruktif, dan edukatif. Rekreatif dapat menjadikan kisah-kisah sejarah menjadi lebih menarik untuk dibaca dan didengar. Kemudian inspiratif menjadikan kisah-kisah dan tokoh sejarah sebagai inspirasi dalam hidup. Selanjutnya ada instruktif yang dapat menjadikan sejarah sebagai tolak ukur ilmu pengetahuan. Dan terakhir ada edukatif yang dapat menjadikan sejarah sebagai nilai pembelajaran. Dari empat fungsi sejarah tersebut, tidak ada yang menyertakan bahwa sejarah dapat dijadikan sebagai sebuah kebanggan masa lalu yang dapat dibanggakan secara terus menerus hingga masa depan. Terlalu membanggakan masa lalu inilah yang kemudian menjadikan masyarakat Aceh pada masa sekarang menjadi fanatik dan terperangkap pada masa lalu serta tidak memperbaiki masa depan. Kita terlalu lalai membanggakan masa lalu. Lalai dalam kalimat "Dulu... Aceh itu hebat". Lalu, bagaimana dengan kondisi masyarakat Aceh pada masa sekarang? Tentunya sangat bertolak belakang dengan kondisi Aceh pada masa lalu, masa yang selalu kita bangga-banggakan itu. Tidak perlu mencari pembenaran atau menyalahkan satu sama lain, fakta dapat kita lihat dengan mata kepala kita sendiri bagaimana kondisi Aceh sekarang. Ya, MIRIS!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun