Mohon tunggu...
Muhammad syarif
Muhammad syarif Mohon Tunggu... Mahasiswa - kata adalah senjata

banyak baca lalu tuangkan dengan menulis untuk menghasilkan sebuah karya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Apatis atau Aktivis

10 Juni 2021   01:24 Diperbarui: 10 Juni 2021   01:25 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dimalam minggu ini terasa sepi, persis di malam minggu yang lain saya lewati. Tak ada yang menarik di malam minggu ini, tetapi saya bingung, mengapa orang terasa sering menunggu malam minggu itu? Seakan malam minggu adalah malam yang spesial, tapi kenapa malam minggu ini adalah hal hal yang biasa saja, persis di malam malam lainnya. Apa persoalannya adalah saya jomblo? Aah..! sudahlah, saya mungkin takkan menceritakan banyak kisah romens malam ini. Sebab dunia percintaan saya mungkin berbeda dengan kebanyakan orang lainnya. mungkin istilah "cinta" seringkali dialokasikan pengertiannya dalam relasi individu dalam sebuah hubungan spesies. Makanya di dalam buku " seni mencintai" karya dari Erick fromm, bahwa cinta bukan semata hubungan, melainkan sikap, orientasi, karakter, dan kekuatan jiwa, serta mengarah pada semua, bukan hanya pada satu orang. 

Di sore tadi saya duduk di depan sekret himpunan saya, sambil menikmati kue yang di buat ibu saya saat lebaran, ya walaupun rasa tak seenak rasa yang baru matang, sengganya kue itu merupakan usaha ibu saya, serta hasil susah payahnya dalam membuat. Tiba-tiba dari depan mesjid, senior saya datang bersama guru di salah satu sekolah slb di makassar, mungkin guru itu lapar dan lelah dalam membimbing senior saya yang sedang penelitian. Beliau lalu duduk didepan saya. Saya pun cepat cepat mengumpul sampah yang berserakan dimeja itu.sambil berkata maaf kak, mejanya kotor. Beliau lalu tertawa dan berkata" puah tidak apa apa"begitu ji memang mahasiswa. Mengapa di pikiran bapak itu, mahasiswa di identik dengan kekotoran, walaupun bapak itu bercanda, 

Setelah beberapa lama duduk di bangku depan saya, tiba tiba bapak itu mengeluarkan uang dari dompet yang berada di kantung sebelah kanannya dan lalu menyodorkan ke saya untuk membelikan ia makanan. Dan bapak itu juga mengatakan " beli maki  juga kita terserah apa dan jangan lupa belikan juga seniormu dan orang orang di dalam sekret", kebetulan di dalam di sekret itu haya ada satu orang, kebetulan juga saya belum makan hehe "rejeki nomplok . saya pun tiba tiba mengambil uang itu lalu bergegas untuk pergi, tiba tiba senior saya mengatakan" tidak usah pak" kami sudah makan, saat itu saya terasa kesal karena, senior saya mengatakan hal itu ke bapak, padahal kenyataanya, saya sangat lapar siang itu. Tetapi, untung saja bapak itu mengatakan "tidak apa apalah, terserah kalian mau habiskan uang itu untuk apa" dan tanpa berlama lama saya lalu bergegas pergi, dan membeli makan di bokatan depan kampus, tempat para mahasiswa yang tenggorokannya sakit ketika nasi kuning ia makan, hehehe bercanda..!

Saat saya di bokatana, saya memesan makanan, nasi ayam geprek paket 1 dengan level 3, 4 bungkus serta, minuman teh dingin. Usainya pesan, saya duduk bersama tukang ojek yang menunggu pemesanan juga. Selang berapa menit saya duduk. Tiba tiba pesanan tukang ojek itu sudah jadi, dan kasirnya pun memanggil dengan panggilan semacam nomor antri, saya bingung karena saat saya memesan saya tidak di beri nomor antri tersebut. Setelah 3 kali panggilan tukang ojek itu tak mendengarkan, dalam hati saya, nomor antrian itu punya tukang ojek itu atau saya, saya pun berdiri lalu mendekat ke kasir, Kasir itu memanggil lagi dan tiba tiba tukang ojek itu bergegas mengambil pesanannya.  Dan saya pun duduk kembali dan memikirkan jika pesanan saya datang, apakah akan di panggil dengan nomor antrian juga atau tidak karena saya tidak mengambil nomor antrian. dan kalaupun nama saya yang di panggil dari mana ia mengetahui nama saya, sebab saya tak menuliskannya juga di tempat pesanan. Perasaan saya mulai panik kan, kebetulan saya baru pertama masuk di bokatana itu, biasanya saya makan di perempatan pinggir jalan sana, di warung ibu nasi kuning, dia adalah adalah tempat langganan saya soalnya porsi dari makanan ibu serasa porsi 20  ribuan padahal hanya seharga 5 ribuan.  

Setelahnya pesanan saya tiba, ternyata kasir memanggil saya, dengan ucapan pesanan ta. sambil pandangannya melirik ke saya , tampa menggunakan nomor antri ataupun nama saya. Aah..! bikin panik saja, ternyata hanya segini proses pembayaran dan pemesanannya. Saya pun bergegas balik ke kampus dengan membawa tentenan pesanan. Bapak itu pun mengatakan "mari makan bapak juga sudah mulai lapar soalnya bapak tak makan dari tadi pagi." 

Tak beberapa lama kami pun asyik mengobrol dengan percakapan yang menarik, bapak itu menjelaskan pengalamannya ia waktu di jepang setelah memilih memutuskan kuliahnya karena biaya yang sangat membebani ia saat itu, agar adiknya tetap menyelesaikan kuliahnya iapun mencoba ke jepang untuk memulai kehidupan baru disana. Banyak yang ia ceritakan dari soal pekerjaannya, gaji,keramahan penduduk jepang, kedisiplinan orang jepang serta kebersihan lingkungan orang jepang. 

Di jepang kata bapak bahwa, mereka menjadi negara berkembang sebab orang jepang tak pernah melanggar soal kedisiplinan dalam bekerja, ketika waktu kerja mereka kerja dan ketika waktunya istirahat merekapun istirahat, beda dengan di indonesia terkadang waktu kerja, biasanya hanya menitip absen serta seenak dengkulnya saja mau masuk atau tidak. Bukan hanya pekerja tetapi pelajar terkhususnya mahasiswa. 

Hal yang paling menonjol di sana adalah lingkungan yang paling bersih, jangankan cerobong asap hitam bagi pekerja industri pabrik pabrik sampai penggundulan hutan, bahkan pembungkus permen tak berani mereka buang sembarangan. Di indonesia mulai volusi dari asap hitam dari pabrik pabrik, penebangan pohon di hutan sampai kepada pembuangan sampa sembarangan sudah menjadi hal yang tak jarang di miliki penduduk indonesia, saya terkadang bingung mahasiswa adalah pembawa suatu perubahan kepada masyarakat, tetapi tak jarang kita sendiri yang sebagai pelaku, kita terkadang meneriakkan REVOLUSI tetapi kenyataanya hanya persoalan sampah bukannya untuk dibersihkan tetapi kita paling banyak yang melakukannya,sampai tukang pembersih membersihkannya, setelah itu kita hambur kan lagi.

Ditanggal; 5 juni 2021 semua kalangan organisasi pecinta lingkungan serta sampai kepada organisasi yang lainya memperingati hari lingkungan hidup, tetapi kita sebagai pelaku membuat linkungan itu mati, saya terkadang berfikir bahwa letak kecintaan terhadap lingkungan serta perjuangan mencapai perubahan serta menjunjung tinggi atas keharmonisan terhadap sesama mahluk tuhan itulah yang dimiliki seorang mahasiswa

Saya mungkin takkan menjelaskan tentang devinisi cinta yang sesungguhnya, tetapi kita semua tahu tentang cinta yang sesungguhnya yang ada dalam diri mahasiswa, dimana cinta yang tidak hanya meliputi ego pribadi. Sebenar benarnya cinta adalah yang mampu mengiringi manusia menyukai keadilan dan kebenaran, saya pernah membaca kutipan dari _"Soyomukti pertanyaan soal dengan kata kata cinta, bahwa"jika anda mahasiswa, pada saat kawan kawan anda sedang peduli dengan kemiskinan dan penindasan pemerintah dengan meluapkannya dengan aksi demonstrasi,sementara anda justru cuek dan sibuk berduaan dengan pacarmu, seperti itu pulalah akibat dari pada ide(ologi) dan paham individualisme yang diajarkan kapitalisme agar orang cuek dengan orang lain, agar orang memikirkan dirinya sendiri atau orang dekat dengan memenuhi kebutuhan dirinya tanpa memikirkan dan mau terlibat untum membantu menyelesaikan masalah orang lain. Cinta macam apakah seperti ini.?

Ruang kesadaran dan cita cita intelektualisme tidak akan terwujud jika tidak ada yang peka terhadap praktik praktik kekuasaan yang dilakukan oleh pemerintah, sejak beberapa tahun terakhir, sudah banyak perusahaan sawit dari berbagai wilayah di indonesia. Terkhususnya penebangan hutan adat di daerah kinipan, meski banyak mayarakat yang menolak dengan cara sosialisasi dan konsultasi saja. Atas propaganda lana, masyarakat merasa dan mengendus permainan kotor para investor dibelakang peninjauan itu, mereka, korporasi, diam diam sudah berusaha bernegosiasi dalam bahasa yang jujur, mereka mencoba merangkul beberapa tokoh dari marga marga dengan rayuan rayuan dan tipu daya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun