Mohon tunggu...
Muhammad syarif
Muhammad syarif Mohon Tunggu... Mahasiswa - kata adalah senjata

banyak baca lalu tuangkan dengan menulis untuk menghasilkan sebuah karya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mahasiswa Malang

10 Juni 2021   00:03 Diperbarui: 10 Juni 2021   00:23 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jika siang malas karena lapar,saat malam malas karena lapar juga, yah itulah saya saat mengerjakan tugas tugas kuliah. Secara teoritis tugas kuliah adalah 'residensi alami' bagi seorang pelajar. 

Tetapi terkadang kita mengeluh dalam tugas tugas yang diberikan oleh dosen, karena persoalan dedline yang sangat pantas diacungkannya jari tengah. Tapi saya sangat heran mengapa didalam grub itu ketika dosen memberikan tugas, semua dengan sopan menjawab, iya buk, baik pak, terimakasih pak. dan setelah itu, lontaran kekesalannya itu di lampiaskan ke grub yang lain. Ya wajar sih, siapa juga yang mau merusak nilai dengan  mengkritik dan mempertanyakan dosen ketika yang lain hanya diam.

Mahasiswa didalam kampus tidak hidup sendiri. Tetapi dalam persoalan mempertanyakan dan menkritik merupakan kesendirian yang nyata. Karena persoalannya kekuatan yang sekarang dimiliki mahasiswa terkadang, melemah . Padahal persoalan sekarang, problem baik di linkup kampus terkhusus di masyarakat. Banyak tidak menyadari potensi kekuasaaan birokrat, sebab dalam kenyataannya pendidikan bukan lagi arena untuk mewujudkan doktrin tridarma perguruan tinggi, tetapi lebih merupakan kekuasaan ekonomi dan politik dari pihak pihak yang berkepentingan.

Waktu itu beberapa bulan kemarin saya di hubungi teman saya mengadakan suatu bagi bacaan dengan buku IDENTITAS politik kebencian dari buku francis fakuyama. Didalam buku itu fakuyama memulai pembahasaan mengenai identitas melalui pengenalan terhadap thymos, dimana mendefinisikan sebagai bagian dari jiwa yang membutuhkan pengakuan atau martabat, butuh dihormati karena pada dasarnya tidak adanya suatu pengakuan dari oran lain, maka dia akan menjadi korban dan memicu konflik.

Didalam kampus saya terkadang melihat teman teman difabel bahwa mereka hanya diakui dalam lingkup masyarakat ketika proses dalam penelitian saja. untuk mencari kepentingan perut, karena para dosen sekarang berasal dari jenjang gelar sarjana want, tidak banyak melakukan kegiatan akademik. Kecuali kegiatan kegiatan meneliti, yang secara instan menghasilkan Rupiah. Sebab meneliti dan mengajar bukan lagi kewajiban yang yang harus di lakukan oleh seorang akademisi, tetapi merupakan suatu proyek yang dibalik kegiatan itu menghasilkan rupiah baik dari skala kecil maupun yang besar. 

Hal meneliti dan sasaran objeknya itu teman difabel sebenarnya hal yang paling baik agar kita mengetahui tentang proses yang dibutuhkan dalam pembelajaran.  Tetapi penelitian itu  terkadang tidak ditindak lanjuti, ketika proses pendanaannya itu sudah cair. 

Pada suatu hari, kami melaksanakan salah satu mata kuliah melalui dearing, kami beranggapan bahwa di mata kuliah ini adalah hal yang paling spesial sebab kami diajar salah satu dosen yang mempunya gelar profesor. Saya pun memulai melakukan pembelajaran dengan membuka link google meet yang telah di sediakan oleh prof. Saya dengan keseriusan ingin mendengarkan penjelasan dari seorang prof ini, karena saya baru pertama kali diajar oleh seorang ahli akademisi. 

Siapa coba yang tak terkesima diajar oleh seorang yang bergelar profesor itu. Semua pasti ingin mendengarkan penjelasan dari seorang profesor, apalagi ini adalah pengalaman pertama saya yang secara langsung di ajar oleh beliau. Di awal pertemuan kami hanya melakukan suatu perkenalan dan membahas tentang kesepakatan dalam keberlangsungan pembelajaran kedepannya. Diawal pertemuan ini ekspektasi yang saya gambarkan dalam imajinasi saya. Rasa penasaran saya tambah tinggi, soalnya dosen saya satu itu ternyata humoris dan suka menyanyikan salah satu pedangdut terkenal dengan  gaya gitarnya yang berbeda, siapa lagi kalau bukan sang raja dangdut Roma Irama. Sebab dalam kutipan kutipan lagu beliau merupakan suatu filosofi hidup menurut prof saya.

Pada saat pertemuan kedua kami bertemu lagi dengan memulai pelajaran pertama setelahnya perkenalan, saat itu ia pun mulai menjelaskan tentang perilaku perilaku penyimpangan pada anak (modifikasi perilaku anak). Setelahnya beberapa menit entah mengapa dosen saya tiba tiba mengalihkan penjelasan mengenai modifikasi perilaku anak, karena dosen saya melontarkan pertanyaan, terus salah satu teman saya dari gorontalo menjawabnya, dan saat itulah prof saya mempertanyakan dari asal mana, tempat tinggalnya di makassar, serta mulai mempertanyakan siapa yang tahu jalan ini maka saya beri nilai.

Selang pertengahan semester sampainya UAS prof itu hanya menjelaskan hal hal yang diluar dari mata kuliah itu. Dengan orang yang humoris kami di mata kuliah itu, seakan menonton stend up komedi dengan khas lagu roma irama dan menceritakan dimana saja ia sudah melaksanakan khutbah, serta menjelaskan dan memberi tahu bahwa ia sedang membangun masjid, dan iapun mempromosikan bahwa ia juga punya kos dekat kampus. 

Sampai sampai mata kuliah yang kami program itu dengan bayaran UKT mahal, ketinggalan jauh. anehnya lagi, kami di dalam kelas itu berbagai keyakinan yang berbeda. Tetapi dosen itu sering melontarkan pertanyaannya dengan pertanyaan siapa yang tahu surah dan ayat ayat dalam qur'an tersebut akan diberi nilai yang baik, dan beberapa teman saya yang non muslim pun mengatakan bagaimana mungkin saya bisa mendapatkan nilai yang baik jika indikator penilaiannya semacam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun