Mohon tunggu...
Muhammad Faisal Sihite
Muhammad Faisal Sihite Mohon Tunggu... Auditor - An

Semper Fi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Batik, Pariwisata, dan Warisan Dunia dari BUMN

29 Desember 2024   23:14 Diperbarui: 29 Desember 2024   23:14 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Industri tekstil sedang mengalami penurunan yang begitu tajam beberapa tahun terakhir. Belum lama ini ditahun 2024, PT Sritex digugat pailit oleh kreditur dan terancam bangkrut. Agak aneh rasanya salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia terancam kebangkrutan, dan sialnya banyak perusahaan tekstil yang lebih kecil telah bangkrut terlebih dahulu. Apakah pandemi covid-19 yang harus disalahkan atau sebenarnya negara yang salah mengambil kebijakan dalam  sektor tekstil. Begitu derasnya pakaian impor baik melalui jalur resmi ataupun tidak resmi memasuki negara ini dengan harga murah dan entah bagaimana pajak atas impornya dituding salah satu penyebab mengapa industri tekstil mengalami penurunan yang begitu tajam menurut dari sumber-sumber yang beredar. Penurunan geliat industri tekstil ini juga berdampak pada sektor batik yang mengalami penurunan selama tahun 2024 akibat gempuran batik tiruan. Pemerintah memiliki BUMN yang bergerak pada pembuatan batik yaitu PT Primissima. Akan tetapi  pada pertengahan tahun 2024, PT Primissima melakukan pengurangan pegawai besar-besaran dan terancam bangkrut. Agak miris memang BUMN yang memiliki potensi sebagai lambang warisan dunia dan budaya terancam bangkrut karena salah urus.

Pemerintah harus mengkaji ulang mengenai kebijakan tarif impor pakaian dan regulasi cukai pengenaan tarif impor tersebut. Kerap kali masyarakat mengalami keluhan pada saat berliburan terkait bea cukai atas pakaian atau barang sehabis berlibur dari luar negeri karena pemeriksaan yang begitu rumit, namun disisi lain, produk tiruan batik begitu membanjiri pasar batik di Indonesia. Tentunya pemerintah harus mengusut fenomena yang lebih mendalam dan lakukan tindakan tegas dengan memberikan hukuman yang setimpal jika ada pelanggaran. Disamping itu, alangkah baiknya pemerintah melakukan penyelamatan atas  PT Primissima dengan memasukannya kedalam holding pariwisata dan aviasi. Miris rasanya jika seandainya PT Primissima yang merupakan perusahaan batik, wajah warisan budaya Indonesia, namun perusahaan milik negara tersebut bangkrut. Pemerintah Indonesia bangga batik terdaftar sebagai warisan budaya di dunia, namun rasanya tidak elok jika pemerintah membiarkan perusahaan batik tersebut bangkrut. Disamping itu, pemerintah yang sedang giat-giatnya mengenjot pariwisata, agak lucu rasanya jika tidak memanfaatkan potensi batik sebagai daya ungkit untuk meningkatkan pariwisata namun membiarkan perusahaan BUMN batiknya bangkrut. Memang, penyelamatan yang dilakukan harus secara komprehensif dan hati2 pada PT Primissima.

Penyelamatan PT Primissima dapat dimulai dengan refocusing bisnis untuk fokus pada melakukan produksi batik dan memasukan PT Primissima ke holding aviasi dan pariwisata yang beranggotakan injourney, angkasa pura, ITDC Mandalika, TWC (Taman Mini dan Borobudur), Natour, sarinah dan Garuda Indonesia. Bisnis produksi batik dapat berupa proses pembatikan dari bahan mentah menjadi batik dan membuat galeri proses pembuatan batik dengan mengenakan tiket masuk maupun mengenakan biaya tambahan untuk dapat mengajak masyarakat mencoba proses membuat batiknya sendiri . Tentu jika menerapkan proses bisnis yang seperti ini dan anggota holding seperti injourney, angkasa pura, ITDC Mandalika, TWC (Taman Mini dan Borobudur), Natour, sarinah dan Garuda Indonesia, akan memiliki dampak yang sangat bagus bagi PT Primissima maupun bagi anggota holding lainnya karena bisnis tersebut linear dan akan mendorong peningkatan bisnis anggota holding lainnya. Misalkan PT Primissima memasukan hasil produknya ke bandara ataupun ke mall milik sarinah dan hotel milik natour, tempat tersebut merupakan media yang sangat cocok untuk memasarkan produk batik milik PT Primissima. Dan jika PT Primissima membuka galeri proses pembuatan batik dan mengenakan tiket untuk melihat proses pembuatan batik di Taman Mini, Borobudur maupun mandalika, merupakan tempat yang sangat cocok dan dapat mendorong bisnis dari PT ITDC Mandalika dan PT TWC. Tentu pastinya pula pemerintah harus melakukan kebijakan yang komprehensif mengenai proses bisnisnya dari hulu dan hilir dan bagaimana proses channeling penjualanya secara mendalam agar tidak dilakukan kesalahan yang sama sebelumnya sebelum dilakukan penyelamatan. Jika pemerintah melakukan kebijakan seperti ini, melalui holding bumn pariwisata dan aviasi, batik akan semakin gencar dipromosikan dan meningkatkan awareness pada masyarakat akan warisan budaya dunia batik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun