Dalam era modern ini, pertanyaan yang mungkin sering muncul di benak kita adalah, "Bisakah guru hidup dengan tenang setelah pensiun atau bahkan mencapai financial freedom?" Seringkali, kata "pensiun" terdengar seperti liburan abadi di pulau tropis, tetapi bagi sebagian guru, itu lebih seperti berkemas-kemas koper di sebuah peternakan tanpa hewan peliharaan.
Seiring berjalannya waktu, banyak guru yang telah memberikan segala energi dan dedikasi mereka untuk membentuk masa depan generasi muda. Mereka mengajarkan kita huruf, angka, dan mungkin, di antara itu semua, kebijaksanaan hidup. Tetapi apakah kisah mereka setelah pensiun seindah dongeng yang mereka ceritakan di kelas?
Satu kata: financial freedom. Sebuah mimpi indah yang sering kita dengar di seminar-seminar motivasi keuangan. Namun, bagi guru, mungkin hal itu terdengar seperti seseorang menceritakan kisah tentang Narnia. Ya, memang, itu adalah tempat yang indah, tetapi di mana kunci pintunya?
Berbicara tentang kunci, guru-guru mungkin merasa seolah-olah mereka telah kehilangan kunci ajaib tersebut setelah pensiun. Sebaliknya, mereka hanya mendapatkan seikat kunci tambahan untuk kantong kelas yang sekarang sudah tidak terpakai. Siapa sangka, kuncinya mungkin justru ada di sana, bersamaan dengan tumpukan buku catatan tahunan dan stapler setia.
Tentu saja, ada guru yang berhasil mencapai financial freedom setelah pensiun. Mereka yang mengelola tabungan dengan cermat, berinvestasi sejak usia muda, dan mungkin memiliki klan keluarga yang rajin memberi "uang jajan pensiun." Tetapi untuk banyak guru lainnya, financial freedom mungkin terdengar seperti nama band yang tidak pernah mereka dengar.
Saat kita menghormati para guru di Hari Guru, mungkin juga waktunya bagi kita untuk merenung, "Apakah kita memberi mereka penghargaan yang setimpal dengan dedikasi mereka?" Bukan hanya dalam bentuk pujian di ruang guru atau bingkisan selamat, tetapi juga dengan memberikan mereka kunci sejati menuju financial freedom. Barangkali kunci tersebut terletak di laci meja guru atau di rak buku belakang, yang selama ini terlupakan.
Jadi, sambil kita merayakan Hari Guru, mari juga kita renungkan apakah kita bisa memberikan mereka bantuan nyata, bukan hanya janji-janji manis tentang masa pensiun yang indah. Financial freedom mungkin bukanlah obat mujarab, tetapi setidaknya, itu bisa menjadi suntikan semangat untuk para guru yang telah memberikan begitu banyak untuk masa depan kita. Selamat Hari Guru, dan semoga kunci-kunci financial freedom berdenting dengan indahnya di laci-laci mereka yang penuh kenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H