NARASI CERAI
baru saja aku tiba
di jalan pulang ini
tapi dirimu kutemukan tak ada
hanya sehelai kerudung toska
tergerai di atas tilam lama
dan sepasang bantal merah rona
terlerai oleh sebatang guling kelabu
ulu di hatiku nyeri sekali
saat kupadangi cermin terbelah di almari
dan bayangmu menguntit di balik sunyi
sembari tersenyum dengan urai air mata
apa lacur kita gelar sajadah pisah
kalau ego lantaran menikam tubuh?
kau tak tahu kini
kedua kantong di mataku menampung darah
genangkan rindu, sesal, sayang, sekaligus amarah
cinta apa laksana tiang rapuh
dipukuli cuma sepoi angin tumbang
: ijab kabul sekadar polesan
cincin di jari semata hiasan
layang kenangan kita tak sempat melambai
: pada anak-anak yang kita tuntun menulis puisi
juga malam jumat yang kita ibadahi
siang yang kita baringkan di pendopo
dan kamar keluarga berjuntai lampion
sayang, takdir terlanjur merenggut minggat
bersama palu yang diketuk perih di dada
dan di jalan pulang ini
masa depan mustahil jadi masa lalu
Lamahala, 2017-2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H