Mohon tunggu...
Pion Ratulolly
Pion Ratulolly Mohon Tunggu... Pegiat Literasi Flores Timur -

Pegiat Literasi Flores Timur

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Narasi Cerai

31 Januari 2019   21:32 Diperbarui: 31 Januari 2019   21:33 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pesma-annur.net

NARASI CERAI

baru saja aku tiba
di jalan pulang ini
tapi dirimu kutemukan tak ada
hanya sehelai kerudung toska
tergerai di atas tilam lama
dan sepasang bantal merah rona
terlerai oleh sebatang guling kelabu

ulu di hatiku nyeri sekali
saat kupadangi cermin terbelah di almari
dan bayangmu menguntit di balik sunyi
sembari tersenyum dengan urai air mata
apa lacur kita gelar sajadah pisah
kalau ego lantaran menikam tubuh?

kau tak tahu kini
kedua kantong di mataku menampung darah
genangkan rindu, sesal, sayang, sekaligus amarah
cinta apa laksana tiang rapuh
dipukuli cuma sepoi angin tumbang
: ijab kabul sekadar polesan
cincin di jari semata hiasan

layang kenangan kita tak sempat melambai
: pada anak-anak yang kita tuntun menulis puisi
juga malam jumat yang kita ibadahi
siang yang kita baringkan di pendopo
dan kamar keluarga berjuntai lampion

sayang, takdir terlanjur merenggut minggat
bersama palu yang diketuk perih di dada

dan di jalan pulang ini
masa depan mustahil jadi masa lalu

Lamahala, 2017-2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun