Mohon tunggu...
Muhammad Luthfi Hakim
Muhammad Luthfi Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendudukan, Progam studi Bahasa dan Sastra Indonesia

mencoba menjadi lebih baik dari waktu yang telah lalu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Sastra di SMK Cut Nya' Dien Semarang dan Permasalahannya

4 Januari 2023   10:15 Diperbarui: 4 Januari 2023   10:25 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Muhammad Luthfi Hakim, Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Pada abad ke-21 di era society 5.0 seperti ini, inovasi dalam pembelajaran menjadi hal yang penting untuk dilakukan setiap pengajar guna menunjang peserta didiknya agar dapat memahami materi dengan lebih mudah dan menyenangkan (tidak membosankan). Guru tidak boleh kalah dengan peserta didik dalam hal memahami kecanggihan teknologi yang ada pada zaman sekarang.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam hal ini terdapat tiga komponen dalam pembelajaran, yaitu pendidik; peserta didik; serta sumber belajar. Selain tiga komponen tersebut, pembelajaran biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan belajar (biasanya disebut sekolah) yang diorganisasikan sedemikian rupa berdasarkan administrasi yang telah diatur oleh suatu lembaga pendidikan.

Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat dua aspek yang biasanya diajarkan, yaitu aspek kebahasaan yang meliputi menyimak; membaca dan memirsa; berbicara dan mempresentasikan; serta menulis. Sementara aspek kedua ialah sastra yang biasanya merupakan proses kreatif peserta didik dalam menghasilkan dan menyebarkan karya yang telah dibuat (baik dalam tulisan maupun lisan).

Sementara dalam penelitian kali ini, penulis telah melakukan wawancara terhadap salah satu guru terkait pembelajaran sastra yang dilakukan pada sekolah yang diajarnya.

Implementasi Pembelajaran Sastra pada SMK Cut Nya' Dien Semarang

Ibu Hasna Nur M., S. Pd. merupakan pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah dua tahun lebih mengajar di SMK Cut Nya' Dien Semarang.  Dalam proses mengajarnya beliau menggunakan berbagai macam metode pendekatan seperti Problem Based Learning, Inquiry, projek ceramah, juga menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di kelas. Salah satu contohnya ialah menulis puisi, Ibu Hasna mengajak para siswanya untuk keluar kelas dan menulis di luar agar para peserta didik mengamati alam sekitar untuk dijadikan objek dalam menulis puisi. Adapun teknik dan prosedurnya menggunakan berbagai jenis media mulai dari laptop, buku teks, LKS, proyektor, dan media lain yang disediakan oleh sekolah. Pemanfaatan media daring seperti gim atau aplikasi dianggap penting oleh Ibu Hasna dalam mendongkrak semangat peserta didik dalam menyimak pelajaran, juga memudahkan mereka untuk memahaminya. Dalam materi puisi, biasanya Ibu Hasna akan menampilkan video dari salah satu penyair Indonesia, kemudian peserta didik diminta menyimak secara cermat. Kemudian di luar kelas lah proses kreatif itu dilaksanakan--penulisan puisi.

Permasalahan Pembelajaran Sastra di SMK Cut Nya' Dien Semarang

Umumnya, luaran mata pelajaran Bahasa Indonesia selalu tentang menyimak; membaca dan memirsa; berbicara dan mempresentasikan; serta menulis. Dan masalah yang sering dihadapi guru Bahasa Indonesia ialah kepercayaan diri dari peserta didik yang biasanya kurang, mereka lebih mahir ketika menulis, namun kikuk (kurang pede) ketika diminta menampilkan karya yang telah dibuatnya tersebut. Dan masalah itu pula yang dihadapi oleh Ibu Hasna di SMK Cut Nya' Dien Semarang tersebut.

Dalam mengatasinya Ibu Hasna sering menyampaikan motivasi-motivasi untuk menguatkan mental para peserta didik agar lebih percaya diri ketika menampilkan karya mereka. Selain itu beberapa peserta didik yang dianggap memiliki latar belakang yang berbeda yang mungkin menyebabkannya kurang percaya diri didekati oleh Ibu Hasna secara persuasif, dan tentu saja dicarikan solusi oleh beliau.

Sebagai salah satu guru muda di sekolah tersebut, Ibu Hasna tentu saja merasa mengemban tanggung jawab yang menjadi PR untuk dapat membawa pembelajaran menjadi lebih inovatif dan terkini dengan segudang kecanggihan teknologi yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi ketercapaian siswa yang adaptif menghadapi dunia yang serba canggih. Sebagaimana dimensi Profil Pelajar Pancasila yaitu 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebhinekaan global; 5) Bernalar kritis; dan 6) Kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun