Petilasan Keraton Pajang adalah tempat bersejarah saksi bisu keberadaan Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya. Menurut naskah Babad Pajang, kerajaan ini berumur relatif singkat, berkisar sekitar 20 tahun. Keruntuhan kerajaan ini disebabkan oleh perebutan kekuasaan dan tahta kerajaan sepeninggal Jaka Tingkir, saat ini kita hanya dapat melihat sisa-sisa peninggalan Kerajaan Pajang melalui petilasan ini yang terletak di Dukuh Sonojiwan, Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura. Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Keadaan petilasan saat ini bisa dibilang cukup terawat karena ada Yayasan yang mengelola tempat ini yang menggunakan dana Yayasan, sebenarnya sudah ada rencana pengelolaan dari pemerintah, namun sampai sekarang wacana tersebut belum terealisasikan, tutur Mbah Slamet Rahayu yang kerap disapa Mbah Jasmin selaku juru kunci Petilasan Keraton Pajang saat di wawancarai pada tanggal 11 Januari 2024 di tempat.
Jika kita melihat isi dari petilasan ini, memang tidak banyak yang tersisa hanya beberapa benda-benda peninggalan Kerajaan Pajang, selebihnya nampak bangunan khusus yang didalamnya berisi beberapa bagian, yaitu tempat berdoa, sendang yang konon airnya bermanfaat untuk kesehatan, dan musholla. Pada bangunan khusus ini, memang dikhususkan untuk kegiatan spiritual untuk berdoa, meminta hajat, dan segala hal yang berhubugan dengan rohani. Kebanyakan tamu yang melancong ke tempat ini berasal dari keluarga keraton yang merupakan keturunan dari Kerajaan Pajang, entah itu ziarah, meminta hajat, atau hanya sekedar sowan mendoakan eyang-nya, tutur Mbah Jasmin.
Petilasan ini memang kaya akan objek spiritual yang bisa dijadikan tempat mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa dengan berdoa atau menyempatkan diri ke sendang untuk sekedar cuci muka menggunakan airnya. Ibu Yasmin menuturkan, bahwa konon tamu yang melancong dan menyempatkan untuk berdoa dan ke sendang maka hajat yang di inginkan akan terwujud, tapi beliau juga menegaskan bahwa itu semua kembali ke kepercayaan masing-masing dan kita harus menghargainya,
Pada petilasan ini juga terdapat kegiatan kebudayaan yang masih dilaksanakan, seperti Kirab, Wayangan, Labuan, Malam Bancaan Jumat Legi. Para pengurus mempersiapkan dengan baik pada saat kegiatan tahunan ini yang biasanya diadakan pada bulan Suro. Kegiatan ini diharap agar budaya yang telah diwariskan turun-temurun terjaga eksistensinya, tutur Mbah Jasmin, beliau juga menambakan bahwa budaya yang ada ini akan tetap diteruskan oleh generasi selanjutya agar tidak hilang dari sejarah.
Generasi muda sekarang sepertinya memang perlahan mulai melupakan budaya-budaya warisan dari nenek moyang, banyak yang merasa apatis terhadap hal yang berhubungan dengan mistis, padahal hal ini juga merupakan bagian dari warisan budaya. Hal ini yang menjadikan kegelisahan akan tidak adanya penerus untuk menjaga warisan budaya ini, seperti yang kita tau bahwa kita adalah generasi penerus dari generasi sebelumnya. Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan budaya, membutuhkan tangan-tangan dari generasi muda untuk melanjutkan warisan budaya ini, hal ini bertujuan agar di masa yang akan datang warisan ini tidak akan hilang dari sejarah peradaban bangsa Indonesia, dan anak cucu kita kelak dapat melihat bagian dari sejarah bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H