Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Al Bukhori
Muhammad Ilham Al Bukhori Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membuat artikel tentang sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cagar Alam Pangandaran Bukan Hanya Tentang Flora dan Fauna Namun Ada Sejarah di Baliknya

29 Desember 2023   23:58 Diperbarui: 30 Desember 2023   00:06 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Cagar Alam, Pangandaran, senin 11 desember 2023. Banyak wisatawan yang mengunjungi
Cagar Alam Pangandaran, banyak wisatawan yang datang ke Cagar Alam Pangandaran untuk
melihat dan ingin mengetahui berbagai macam flora dan fauna yang ada di Cagar Alam tersebut.

Namun ada segelintir orang yang memiliki niat dan tujuan yang berbeda datang keCagar Alam tersebut, yakni beberapa orang yang datang ke Cagar Alam untuk mengunjungi gua rengganis,
mereka datang ke gua renganis untuk mandi dan mencuci muka mereka di air yang berada di gua
tersebut, yang konon katanya jika mereka mandi atau membasuh muka di sana akan memberikan
efek awet muda, mereka datang kesana juga mengunkan pakaian yang sangat rapih yang
mengisyaratkan bahwa tempat yang ingi mereka datangi itu sangat sakral bagi mereka, namnun
jika dilihat dari sisi niat mereka ini memberikan nuansa mistis dan spiritual pada kunjungan
mereka ke gua tersebut, karena ada apa dengan air gua tersebut hingga mereka mempercai bahwa
air tersebut bisa membuat mereka menjadi awet muda.

Gua rengganis tersebut memiliki sejarah dibaliknya, Gua Rengganis erat kaitannya dengan
sejarah Kerajaan Galuh Tanduran yang dipimpin oleh Raden Anggalarang. Nama Gua Rengganis
diambil dari nama Dewi Renggaanis yang merupakan salah satu putri pertama Eyang Argopuro seorang petapa dari Desa Bagelen, Purworejo, Wonosobo yang mengembara ke Tatar Galuh pada abad 14 hingga abad 16. Dalam sejarahnya, Dewi Rengganis merupakan istri Raden Anggalarang yang pernah mendirikan kerajaan Galuh Tanduran di daratan Pananjung, berdirinya kerajaan Galuh Tanduran tersebut atas permintaan Raden Anggalarang kepada ayahnya Prabu Haurkuning salah satu Raja ditanah Pajajaran waktu itu.

Setelah Raden Anggalarang dan Patih Kidang Pananjung berhasil mendirikan kerajaan, akhirnya Raden Anggalarang menikah dengan Dewi Rengganis. Karena kecantikan Dewi Rengganis, para bajak laut dari Nusakambangan ingin menangkap Dewi Rengganis, padahal ia adalah istri raja. Melalui berbagai cara dan usaha, Bajo beberapa kali ingin menculik Dewi Rengganis
hingga akhirnya Bajo membunuh Raden Anggalarang.

 Sepeninggal Raden Anggalarang, usaha Bajo untuk menculik Dewi Rengganis gagal karena Patih Kidang Pananjung selalu
melindunginya. Saat Bajo mengejar Dewi Rengganis, Dewi Rengganis bersembunyi di Taman Sari atau Keputren, salah satu taman Kerajaan Galuh Tanungan. Di tempat Taman Sar terdapat sebuah gua yang dialiri air, namun dengan kesaktian Dewi Rengganis, ia dapat memasuki gua tersebut, meskipun seluruh tempat gua tersebut berupa sungai. Ketika Dewi Rengganis sampai di gua tempat aliran sungai itu, tidak ada satupun bajo yang berani atau mampu memasuki tempat tersebut dan akhirnya mengurungkan niatnya untuk menculik Dewi Rengganis, "gua Rengganis itu tempat trakhir Dewi Rengganis diketahui sebelum dia menghilang"ucap Haris seorang
penjaga cagar alam, Oleh karena sejarah tersebutlah Cirengganis menjadi tempat yang disakralkan dan banyak dikunjungi oleh pengunjung yang mempercayai tempat tersebut sebagai tempat trakhir dewi rengganis diketahui keberadaannya,mereka yang kesana banyak yang mengambil air dari gua tersebut karena dipercaya dapat membuat awet muda, padahal dalam penelitian ternyata air gua tersebut memang memiliki kandungan yang sangat baik untuk kulit dan memang sangat berkhasiat dan bisa membuat kulit menjadi lebih cerah dan awet muda.

Bukan hanya gua saja yang menjadi daya tarik yang bisa dinikmati dan di kunjungi oleh
pengunjung, banyak sekali peninggalan dari zaman prasejarah,kerajaan panajung, masa kolonial belanda, hingga zaman penjajahan jepang juga dicagar alam pangandaran tersebut yang bisa menabah wawasan sejarah kita, namun memang tempat favorit yang biasanya para pengunjung datangi adalah Gua Rengganis, "dicagar alam ini banyak sekali peninggalannya mulai dari masa prasejarah, masa kerajaan yang banyak sekali bukti peninggalannya, hingga masa penjajahan belanda yang ada bukti peninggalannya seperti beberapa gua jepang yang ada dikawasan cagar alam ini itu semua sebagai bukti sejarah yang harus kita ketahui dan jaga agar bisa kita jadikan bukti sejarah yang harus dijaga dan lestarikan"ucap Haris.

Gua rengganis tersebut terletak dipangandaran lebih tepatnya berada didalam kawasan cagar
alam pangandaran, Pangandaran terletak di Jawa Barat dan sangat mudah ditemukan di peta
karena lokasinya yang menjorok di laut di tengah teluk. Lokasi ini sudah menjadi kawasan
konservasi sejak Desember 1934 oleh pemerintah Hindia Belanda atas usul Residen Priangan, Y.
Eycken. Pemerintah kolonial menetapkan kawasan konservasi ini seluas 457 ha, yang
sebelumnya merupakan areal pertanian masyarakat setempat. "dahulu sebelum menjadi cagar alam nama dari cagar alam ini namanya tanan buru satwa yang kemungkinan rusa yang ada dicagar alam ini sebagai buruan orang belanda tersebut" ucap Haris sang penjaga cagar alam
tersebut, rusa yang ditinggalkan orang belanda tersebut masih ada hingga ssekarang dan teus
terjaga populasinya, dan dicagar alam tersebut bukan hanya ada rusa namun banyak juga hewan
hewan yang ada di tempat terseut, dan bukan hanya hewan saja yang ada di tempat tersebut
adapula trumbu karang yang dilindungi dan tumbuhan yang dilindungi yang berada di cagar
alam tersebut.

Karena banyaknya unsur peninggalan yang ada di cagar alam ini diharapkan untuk para
pengunjung yang ingin mengunjungi cagar alam tersebut agar selalu menjaga dan tidak merusak
apapun unsur peninggalan yang ada di tempat tersebut mulai dari unsur peninggalan budaya
sampai peninggalan alamnya, supaya peninggalan tersebut bisa selalu terjaga dan selalu bisa
dinikmati dan di pelajari agar generasi selanjutnyapun bisa mengetahui dan menikmati
peninggalan yang ada dicagar alam terseut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun