Setiap individu merupakan makhluk yang unik dan berbeda antara sesamanya, begitu pula dengan tulisan seseorang. Tulisan juga dapat mencerminkan kondisi individu seseorang yang berupa karakteristik serta kepribadian seseorang. Hal tersebut merupakan lingkup grafologi sebagai ilmu yang menganalisis tulisan tangan seseorang. Analisis tulisan selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai tujuan salah satunya adalah pengungkapan kejahatan melalui grafologi forensik. Salah satu kasus yang berkaitan dengan penerapan ilmu ini adalah kasus Akseyna yang diduga oleh pihak kepolisian sebagai bunuh diri. Dugaan itu didasarkan atas adanya bukti berupa surat 'wasiat' yang ditemukan dari kamar kosnya (Kompas.com, 2021).
Terkait kasus tersebut, seorang grafolog Indonesia yakni Deborah Dewi menemukan beberapa kejanggalan dalam surat yang dijadikan petunjuk oleh polisi. Dalam media sosial Twitternya, beliau menuturkan bahwa menurutnya, surat tersebut bukan murni tulisan dari Akseyna. Hal itu disimpulkan setelah membandingkan tulisan asli Akseyna dengan surat yang dianggap surat 'wasiat'. Hasil itu menjadikan polisi mempertimbangkan petunjuk tersebut dalam penyelidikan dan menjadikan grafolog sebagai saksi ahli dalam kasus Akseyna.
Ada 6 kejanggalan yg saya temukan dari hasil analisa tulisan tangan asli alm Akseyna Ahad Dori VS "surat wasiat"-nya pic.twitter.com/y7HRl8F6vF--- GrafologID (@deborahdewi) April 14, 2015
analisa tulisan tangan asli alm Akseyna Ahad Dori VS "surat wasiat"-nya pic.twitter.com/y7HRl8F6vF --- GrafologID (@deborahdewi) April 14, 2015
Apa itu Grafologi?
Grafologi atau ilmu yang menganalisis tulisan tangan (handwriting analysis) berasal berasal dari kata graphein yang berarti menulis/tulisan dan logos yang berarti ilmu. Â Tujuan dari grafolog sendiri adalah untuk menentukan perilaku, karakteristik serta kepribadian seseorang berdasarkan tulisan. Tulisan setiap individu merupakan hal yang unik dan dianggap mewakili kepribadian karena berdasar pada cara kerja otak seseorang (Mishra, 2018). Contohnya, ketika seseorang sedang tertekan maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap tulisannya.
Dalam menentukan hal-hal tersebut, para ahli grafologi mengidentifikasi elemen-elemen dalam tulisan secara individual setiap hurufnya seperti konfigurasi tata letak, ukuran huruf, bentuk, kemiringan dan sudut kemiringan garis (Ghosh et al., 2020). Selain menentukan karakter seseorang, grafologi juga dapat menentukan hubungan antara penulis dengan tulisannya secara ilmiah (Grbz, 2015).
Selanjutnya, grafologi dapat diterapkan dalam membantu penyelesaian perkara pengadilan melalui grafologi forensik. Grafologi dapat berperan untuk membuktikan apakah seseorang merupakan penulis asli dari sebuah surat seperti dalam kasus kriminal seperti bunuh diri atau suicide letter (Miri & Aranelovi, 2021). Identifikasi surat seperti yang dilakukan dalam upaya penyelidikan kasus Akseyna merupakan salah satu bentuk dari penerapan grafologi forensik.
Meskipun grafolog dipercaya sebagai saksi ahli dalam kasus kejahatan, grafologi masih menjadi perdebatan akibat dianggap sebagai pseudoscience atau ilmu semu. Anggapan itu didasarkan atas metode yang digunakan untuk mengidentifikasi tulisan hanya berdasarkan faktor internal serta tidak mempertimbangkan faktor eksternal yang mempengaruhi sebuah tulisan seperti kondisi lingkungan. Selain itu, dalam mengidentifikasi tulisan akan dapat berbeda antar ahli karena hanya berbasis interpretasi (Shermer & Linse, 2002). Namun selama ilmu ini dapat membantu memberikan petunjuk terkait penyelesaian kasus kejahatan secara saintifik untuk menegakkan keadilan, lantas mengapa kita justru menolak hal tersebut?
*Informasi mengenai kasus Akseyna dapat dilihat melalui akun sosial media Instagram @peduliakseyna