Mohon tunggu...
Devan Alhoni
Devan Alhoni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas Dan Konsultan Independen

Seorang penikmat karya-karya abstrak dan filosofis, Saya memiliki hasrat yang mendalam untuk menjelajahi makna-makna tersembunyi dalam setiap untaian kata. Pena dan buku menjadi kawan setianya dalam mengarungi samudra gagasan yang tak berbatas. Bagi saya, menulis bukan sekadar mengekspresikan pemikiran, melainkan juga upaya untuk menggali kebenaran di antara celah-celah realitas. Membaca pun tak hanya sekadar aktivitas menelan baris demi baris kata, tetapi juga menjadi petualangan intelektual yang tak pernah usai. Dengan kecermatannya dalam mengurai konsep-konsep kompleks, saya senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi manusia dan alam semesta. Baginya, dunia adalah panggung metafisika yang tak pernah mengering dari teka-teki untuk dipecahkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prasangka Manis Mimpi Makmur 2045: Antara Janji Politik dan Realita Bangsa

17 Maret 2024   17:12 Diperbarui: 17 Maret 2024   17:12 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keenam, transformasi mental dan budaya. Hal yang paling sulit namun paling penting untuk dilakukan secara simultan bersama program pembangunan infrastruktur, adalah transformasi mental generasi bangsa secara menyeluruh. Indonesia memiliki warisan nilai Pancasila yang luhur, tetapi kebobrokan moral menggerogotinya akibat pengaruh globalisasi bebas nilai. Kondisi ini memperparah kesenjangan dan jurang pemisah antara bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan identitas.

Dari Aceh hingga Papua, serta Sabang sampai Merauke memang memiliki kemajemukan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang bisa dianggap unik. Namun semua itu hanyalah perbedaan kulit luarnya, sementara secara batiniah-spiritual tetap menganut akar budaya Nusantara yang menjunjung tinggi gotong royong, kekeluargaan, persaudaraan, religius, dan cinta akan keindahan alam.

Menyadari hal ini, segala kebijakan pembangunan bangsa semestinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yang mengedepankan persatuan dalam kebhinekaan. Misi mulia ini perlu disosialisasikan secara masif dan di internalisasi sejak dini pada generasi penerus bangsa melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Hanya dengan demikian nilai-nilai Pancasila bisa tetap hidup dan menjiwai cara pandang serta sikap setiap insan Indonesia dalam menatap masa depan bangsanya. Slogan NKRI harga mati pun tidak akan pernah pudar meski demografi dan regenerasi terus berlanjut dimakan masa.

Itulah enam kunci penting yang perlu ditelaah Indonesia dalam upaya pencapaian kemakmuran di 2045 nanti. Bonus demografi dan sumber daya alam melimpah memang modal berharga sebagai fondasi awal. Namun tanpa keenam faktor tersebut, semuanya akan sia-sia belaka karena hanya dieksploitasi asing. Kita tidak akan pernah belajar dari sejarah dan terus terjebak dalam siklus kesalahan masa lalu.

Hanya Bangsa yang Berpikir Jauh ke Depan yang Akan Maju Berbicara tentang pembelajaran dari sejarah, ada fenomena menarik terkait bagaimana Jepang yang kini menjadi negara maju bisa bangkit dari bencana dan kekalahan perang. Pada 6 Agustus 1945, Amerika menjatuhkan bom atom ke Kota Hiroshima yang meluluhlantakkan hampir semua infrastruktur pendukung kehidupan warganya. Tiga hari berselang yakni 9 Agustus 1945, bom atom kedua kembali dijatuhkan ke Kota Nagasaki, menewaskan puluhan ribu jiwa dalam sekejap.

Dua kota ini menjadi lautan api dan puing bangunan hancur lebur akibat daya ledak dahsyat bom atom buatan manusia yang pertama di dunia. Korban yang selamat sebagian besar mengalami luka bakar hebat, keracunan radiasi, dan beragam penyakit mematikan akibat dampak jangka panjang bom tersebut.

Presiden AS saat itu Harry Truman bahkan sempat memperkirakan butuh waktu 50 sampai 100 tahun agar Jepang bisa pulih dari bencana kemanusiaan terburuk abad 20 tersebut. Namun apa yang terjadi selanjutnya sungguh di luar dugaan siapapun. Butuh kurang dari 10 tahun bagi Jepang untuk bangkit dan kembali membangun kedua kota yang sudah hampir punah oleh perang itu dari awal.

Kini Hiroshima dan Nagasaki sudah menjadi kota modern bergelimang kemakmuran, lengkap dengan gedung pencakar langit serta jalanan super rapi dan bersih. Luka dalam yang pernah dialami penduduknya di masa lalu seolah lenyap seiring kemajuan pesat Jepang pasca Perang Dunia 2. Bagaimana bisa?

Rahasia utamanya adalah karakter rajin, disiplin, ulet, dan pantang menyerah yang dimiliki mayoritas rakyat Jepang sejak zaman kuno. Hal ini kemudian diperkuat lagi oleh filosofi bushido yang mengajarkan nilai kehormatan, kesetiaan, keberanian, dan menepati janji di tengah kesulitan apapun.

Maka ketika berhadapan dengan berbagai bencana alam seperti gempa dan tsunami, atau akibat ulah manusia seperti perang, rakyat Jepang tidak akan mengeluh dan menyerah begitu saja. Mereka akan bergotong royong bangkit kembali dengan gigih merintis segala sesuatunya dari awal. Pepatah lama menyebutkan bahwa "rakyat yang berpikir jauh ke depan akan menjadi unggul".

Itulah Jepang. Dari reruntuhan kedua kota yang nyaris punah oleh bom atom, tumbuh keinginan besar mewujudkan kejayaan bangsa yang lebih indah di masa mendatang. Dari situlah lahir beragam inovasi teknologi canggih yang hingga kini masih susah ditandingi negara manapun, termasuk oleh Amerika Serikat sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun