Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masa Depan Kok Di-overthinking, Santai Aja Bro!

15 Oktober 2022   14:36 Diperbarui: 15 Oktober 2022   14:47 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuatu yg wajar ketika seseorang melihat masa depan dengan dua sudut pandang yang berbeda: optimis dan pesimis. Sebab, hal itu merupakan produk akal pikiran masing-masing individu. Akal lah yang terkadang bisa membuat manusia cemas memikirkan jalan hidup yang belum dirasakan oleh nya atau bisa juga berpikir bahwa semua akan berjalan sesuai dengan kehendak sang pencipta, dan tentu itu akan baik-baik saja.

Pada realita kehidupan yang sudah banyak disuguhi berbagai konsumsi informasi, sebagian manusia seakan sulit untuk tidak memikirkan masa depan secara berlebihan. Memang betul, kita harus merancang masa depan kita, namun ketika hal tersebut kita pikirkan hingga membuat waktu tidur kita rusak dan membuat kesehatan mental kita terganggu, maka hal itulah yang harus dihindarkan sesegara mungkin

Kalau kita lihat pada keadaan sekarang, overthinking sudah merasuki jiwa anak-anak muda yang sedang tumbuh dalam menemukan jati dirinya. Dari data yang ada, sebanyak 29% anak muda telah memiliki gejala kecemasan yang berlebihan ketika memandang masa depan mereka. Ini suatu pertanda, bahwa pikiran kita cenderung tidak baik-baik aja, pikiran kita sedang dibanjiri oleh beragam informasi-informasi negatif, ketika hal itu dibiarkan, tentunya hal tersebut bisa membuat hidup kita menjadi tidak merasa nyaman.

Padahal ketika kita pikir-pikir, buat apa memikirkan masa yang belum pernah kita alami dan nikmati, yakni masa depan. Sebab, masa depan itu tak akan pernah nyata, yang ada dan bisa kita rasakan keberadaannya hanyalah masa sekarang. Seorang filsuf bernama Agustinus pun pernah membuat teori, kalau sebenarnya fase dalam waktu itu bukan ada 3 macam, masa lalu, masa sekarang, masa depan; namun fase dalam waktu itu menurutnya hanya masa sekarang saja. Lho kenapa bisa begitu? Coba pikirkan, malam ini adalah masa sekarang kita, lalu paginya adalah masa yang mana kita belum merasakannya (dibaca: masa depan), ketika kita memikirkan pada malam harinya tentang keesokan hari kita, maka itu hanya sebagai prediksi dan perkiraan kita saja; begitupun juga masa lalu, ia hanya tampil di masa sekarang sebagai kenangan, jadi yang benar-benar nyata dan ada hanyalah masa kini.

Masa depan kita tergantung pada pola pikir kita di masa sekarang. Ketika kita hanya mengeluh saja, maka sampe kapanpun kita akan tetap mengeluh, kalau kita tidak memberhentikan keluhan itu. Maka, perlahan cobalah untuk merubah segala hal yang berbau negatif terhadap pikiran kita, detik ini juga. Sebab, tak ada hari esok. Ketika hari esok tiba, "esok" itu sudah berubah menjadi saat ini. Begitupun dengan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, kita selalu merasa kalah jauh ketika melihat diri kita dengan yang lain dari berbagai hal; cobalah untuk membuang pikiran itu sekarang juga. Takdir kita dengan orang lain mempunyai jalan yang berbeda dan menempuh waktu yang berbeda juga, jadi janganlah dirisaukan. Semua masa yang akan datang, akan berubah menjadi masa sekarang. Maka segeralah berbenah dan hujani pikiran kita dengan hal-hal yang positif dan optimis

Resep yang harus kita tanamkan mulai saat ini di diri kita masing-masing adalah jangan khawatirkan masa depan. Alasan yang membuat diri kita tidak usah khawatir adalah, karena semua itu sudah diatur oleh sang pencipta kita, Allah ta'ala. Ketika Allah sudah ngatur kehidupan kita, pasti segalanya akan baik. Lagi pula, buat apa sih kita mengkhwatirkan masa depan, memangnya masa depan kita dipenuhi dengan segala kesusahan dan kesedihan doang? Kan tidak; pasti masa depan kita akan ada senang dan gembira nya juga. Ketika kita sudah berpikir demikian, kita sudah mengenal diri kita.

Penting dan perlu untuk kita ketahui bersama adalah, jaga pikiran dan akal kita, karena itu adalah kunci dari segalanya. Ketika kita bisa menjaga akal pikiran kita, tidak berpikir berlebihan, otomatis Kesehatan fisik kita juga akan terjaga. Sebaliknya, ketika kita overthinking terus-terusan, imun kita akan otomatis menurun dan akan gampang terkena penyakit. Ingatlah, ketika kita terlalu mendalam dan berlebihan memikirkan sesuatu yang belum pasti, hidup kita tak mungkin bisa tenang dan nikmat

Maka dari itu, yuk kontrol pikiran kita agar kita tidak sakit dan cemas memikirkan apapun itu. Jangan sampai, pikiran kita akan menjadi tombak sehingga bisa membahayakan untuk diri kita sendiri. Jadi, Kita harus bisa mengontrol pikiran kita, agar jangan sampai kita yang dikontrol oleh pikiran.

Mari kurangi Overthingking, terkhusus untuk seseorang yang setiap malam nya melakukan hal demikian. Ingatlah, bahwa Allah sudah tau masa depan kita, dan Allah mempersiapkan masa depan kita sesuai dengan apa yang kita lakukan dan kita usahakan pada masa sekarang. Dan ingat juga Allah menciptakan malam hari untuk kita beristirahat dan sleeping bukan untuk overthinking.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun